Kamis, 05 Mei 2011

RANGK FRS

FARMASI RUMAH SAKIT
PHARMACEUTICAL CARE
 Pharmaceutical care adalah penggunaan obat demi tercapainya peningkatan kualitas hidup manusia.
 Tujuan pharmaceutical care :
a) Menyembuhkan penyakit
b) Mengurangi gejala penyakit
c) Menahan/memperlambat proses penyebaran penyakit
d) Mencegah gejala penyakit
e) Mencegah penyakit
 Peran mendasar Apoteker dalam Pharmaceutical Care
a) Mengidentifikasi drug related problem
b) Mencegah drug related problem
c) Mengatasi drug related problem
 Drug Related Problem (DRP) adalah masalah yang timbul pada seseorang yang sedang mengkonsumsi obat.
 Kategori DRP
a) Masalah yang timbul karena tidak tepat indikasi
Pasien DB diberi Antipiretik (Parasetamol, Asetosal), Alergi diberi Antibiotik (Amoxicilin)
b) Masalah yang timbul karena tidak tepat regimen
Obat Diuretik seharusnya diberikan pada pagi hari agar tidak menyebabkan pengeluaran urin yang sering. Ciprofolxacin seharusnya diberikan 2x1, tapi pada kenyataannya diberikan 3x1.
c) Masalah yang timbul karena tidak tepat obat
Parasetamol tidak boleh diberikan pada pasien gagal ginjal. Kloramfenikol diberikan pada ibu hamil. Tetrasiklin diberikan pada bayi.
d) Masalah yang timbul karena interaksi obat
Parasetamol + Asam Mefenamat. Tetrasiklin + Antasid
e) Masalah yang timbul karena efek samping obat
Obat Antihipertensi Captopril dapat menyebabkan batuk. Kloramfenikol tidak untuk Anemia, karena dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang, sehingga dapat terjadi Anemia Aplastik. Phenylpropanolamin menyebabkan mengantuk.
f) Masalah yang timbul karena tidak mendapat obat
Pasien tidak punya biaya untuk membeli obat, harga obat terlalu mahal, obat tidak ada/habis






 Pedoman pendekatan sistematika terhadap pasien

a. Location = dimana letak sakitnya
b. Intensity = seberapa kuat sakitnya (misal 1-5)
c. Nature = bawaan dari pasien
d. Duration = berapa lama sakitnya (jam)
e. Occurrence = pencetus timbulnya suatu penyakit
f. Concomittance = Sakit penyerta lainnya
g. Aggravating = yang membuat sangat sakit (misal pada saat kerja, duduk, atau berdiri)
h. Radiating = sakitnya sudah diperluas belum
i. Relieving = yang membuat rasa sakit berkurang (misal pada saat tidur)
j. Frequency = seberapa sering sakitnya (dalam sehari)
MANAGING DRUG SUPPLY
 Menurut WHO obat jadi masalah, karena :
a. Obat merupakan Life Saving (menyelamatkan hidup)
Harus dapat diakses segera agar dapat segera dapat digunakan
b. Obat mempengaruhi kinerja pelayanan kesehatan secara keseluruhan
Apabila ada pasien kecelakaan lalu masuk UGD dan harus segera dioperasi, operasai berhasil, kemudian masa-masa pengobatan/penyembuhan menggunakan obat yang mutunya jelek maka operasi jadi sia-sia, luka menjadi infeksi, jika hal ini terjadi maka pasien tsb akan menilai rumah sakitnya jelek, padahal yang membuat gagal adalah obatnya yang menyebabkan tujuan pengobatan tidak tercapai.
c. Obat itu mahal
Karena proses dari sintesa sampai menentukan zat aktifnya mengalami riset yang panjang dan harus melalui uji klinik.
d. Obat bukan komoditi biasa
Perlu penanganan oleh tenaga profesional sperti dokter, apoteker, karena setiap obat mempunyai efek samping.
e. Manajemen dapat meningkatkan kinerja obat
Kinerja dalam manfaat terapeutik obat.



 Siklus Manajemen Obat

a) Seleksi = obat apa saja yang dipilih, data yang dibutuhkan :
- Pola penyakit di RS tsb / Penyakit yang ada di RS
- Rasio antara efektifitas dan keamanan yang besar
- Mutu obat dibuktikan dengan Bioavailability
- Data literatur yang paling lengkap
b) Pengadaan
- Penyimpangan persediaan
- Pergudangan
- Inventory control
c) Distribusi
SDO Rawat Inap dan Rawat Jalan
d) Penggunaan
Menekan DRP semaksimal mungkin
 Sistem Distribusi Obat di Rawat Inap
Tergantung dari :
1. Lokasi Farmasi
a) Sentralisasi yaitu dari farmasi pusat langsung ke tiap ruangan
b) Desentralisasi yaitu dari farmasi pusat ke Depo Farmasi dulu baru ke ruangan
c) Gabungan keduanya yaitu sebagian obat didistribusi secara sentralisasi dan sebagian lagi secara desentralisasi
Keuntungan Desentralisasi :
- Mempermudah dalam hal kecepatan, karena ada obat yang harus ada di ruang rawat inap ada yang tidak
- Mempermudah dalam hal pengawasan
Kerugian Desentralisasi : butuh tenaga dan biaya yang banyak


ORGANISASI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
 Klasifikasi RS Berdasarkan Kepemilikan :
1) RS Pemerintah
- Dibiayai oleh pemerintah
- Diselenggarakan oleh departemen, TNI, Pemda atau BUMN
- Contoh RSPAD Gatot Subroto, RUMKITAL Dr. Mintohardjo
2) RS Non Pemerintah
- Diselenggarakan oleh yayasan
- Disahkan oleh badan hukum
- Berada dibawah naungan organisasi sosial atau agama
- Contoh : RS Islam, RS UKI
- Berdasarkan KepMenKes RI no 806/Menkes/SK/XII/1987 klasifikasi menjadi :
a) RSU Swasta
Pelayanan medis umum, spesialistik dan sub spesialistik
b) RSU Swasta Madya
Pelayanan medis umum dan 4 spesialistik dasar lengkap yaitu kebidanan/penyakit kandungan, penyakit anak, penyakit dalam dan bedah
 Klasifikasi RS Berdasarkan Jenis Pelayanan :
1) RSU
Pelayanan medis yang bersifat dasar, spesialistik dan sub spesialistik
2) RS Khusus
Fungsi primer, memberikan diagnosis dan pengobatan bagi penderita dengan kondisi medik khusus
3) RS Pendidikan
Melaksanakan program pendidikan di bidang kedokteran
 Klasifikasi RS Berdasarkan Pelayanan dan Jumlah Tempat tidur :
1) RS Kelas A
- Pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialistik dasar
- Berfungsi sebagai RS Pendidikan
- Jumlah tempat tidur > 1000
- RSCM, RS Hasan Sadikin
2) RS Kelas B
- Pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialistik terbatas
- Jumlah tempat tidur 500-1000
- RS Fatmawati, RS Persahabatan
- Digolongkan menjadi RS Kelas B1 dan B2
a) RS Kelas B1 : minimal 11 pelayanan spesialistik luas dan belum memliliki sub spesialistik luas, jumlah tempat tidur 500-750
b) RS Kelas B2 : pelayanan spesialistik luas dan sub spesialistik terbatas, jumlah tempat tidur 300-500
3) RS Kelas C
- Memiliki 4 pelayanan spesialistik dasar
- Jumlah tempat tidur < 200
4) RS Kelas D
- Pelayanan medis dasar, belum ada pelayanan spesialistik
- Jumlah tempat tidur <100
 Tugas IFRS (SK Menkes no 1189/1985)
1) Penyediaan dan pengelolaan, penerangan, pendidikan dan penelitian obat, gas medis serta bahan kimia
2) Penyediaan dan pengelolaan alat kedokteran, alat perawatan dan alat kesehatan
 Kegiatan pelayanan FRS
1) Perencanaan perbekalan farmasi
2) Pengadaan baik melalui pembelian atau droping
3) Penerimaan perbekalan farmasi
4) Penyimpanan perbekalan farmasi
5) Produksi dan pengemasan kembali
6) Distribusi dan penyerahan obat untuk pasien rawat jalan dan rawat inap
7) Penyediaan informasi dan edukasi bagi staf medik, tenaga kesehatan lainnya dan pasien
 Kegiatan pelayanan farmasi klinik
1) Melakukan konseling
2) MESO
3) Pencampuran obat suntik secara aseptik
4) Menganalisa efektifitas-biaya
5) Penentuan kadar obat dalam darah
6) Penanganan obat sitostatika
7) Penyiapan Total Parenteral Nutrisi (TPN)
8) Pemantauan penggunaan obat
9) Pengkajian penggunaan obat
10) Visite (kunjungan pada pasien)
 Perbekalan Farmasi
1) Obat : Injeksi, Tablet, Sirup, Drop, Salep, Cairan Infus, Bahan Baku
2) Gas Medis (O2)
3) Film Rontgen
4) Reagensia (pereaksi untuk uji lab)
5) Alkes habis pakai (jarum suntik)
6) Alat Kedokteran inventaris (stetoskop, tensimeter)


PANITIA FARMASI DAN TERAPI
 PFT adalah badan yang membantu pimpinan RS untuk menetapkan kebijakan menyeluruh tentang pengelolaan dan penggunaan obat di RS.
 Tujuan PFT adalah penggunaan obat yang rasional : 4T + 1 W (tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, waspada efek samping)
 Dasar pembentukan PFT yaitu obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan, menyerap 40-60% dari anggaran pelayanan kesehatan, kebutuhan makin meningkat, jumlah obat semakin banyak, penggunaan meningkat.
 Peran Farmasis :
1) Menyusun standar diagnosis dan terapi
2) Menyusun formularium RS
3) Menyusun tata laksana obat
4) Pengkajian penggunaan obat
5) Monitoring ESO
 MESO bagian dari PFT, karena :
1) Kegiatan ini menyangkut pengetahuan, kemampuan dan kewaspadaan dari tim pelayanan kesehatan (dokter, perawat, farmasis)
2) KFT merupakan forum komunikasi para dokter dan farmasis tentang segala aspek obat dalam seluruh kegiatan pelayanan kesehatan di RS
 Tugas umum PFT
1) Memformulasikan kebijakan tentang evaluasi, seleksi dan terapi obat yang digunakan di RS.
2) Memformulasikan kebijakan RS untuk meningkatkan pengetahuan dokter, perawat dan farmasi RS tentang obat dan penggunaan obat
 Tugas khusus PFT
1) Menentukan “Automatic Stop Order” untuk obat-obatan berbahaya, contohnya : narkotik, sedatif, hipnotik, dan antikoagulan
2) Membuat daftar obat emergency
3) Membuat pelaporan MESO
4) Melaksanakan program pengkajian obat
 Fungsi PFT :
1) Sebagai badan penasehat bagi pimpinan RS dan staf medik dalam segala hal yang menyangkut obat
2) Mengadakan dan mengembangkan formularium obat yang disepakati digunakan di RS
3) Menyeleksi obat yang boleh dan ditolak digunakan di RS
4) Membuat kategori obat yang dipakai di RS
5) Membantu farmasis RS mengkaji dan mengembangkan kebijaksanaan dan peraturan pemakaian obat yang berkaitan dengan peraturan pemerintah
6) Mengkaji penggunaan obat di RS dan mempromosikan standar terapi untuk pengobatan yang rasional
7) Mengumpulkan dan melengkapi laporan ESO
8) Mengadakan edaran/buletin yang bersifat ilmiah dan mendidik tentang obat untuk lingkungan RS
KONAS
 Kebijakan Obat Nasional (KONAS) adalah dokumen resmi berisi pernyataan komitmen semua pihak yang menetapkan tujuan dan sasaran nasional di bidang obat beserta prioritas, strategi, dan peran berbagai pihak dalam penerapan komponen-komponen pokok kebijakan untuk pencapaian tujuan pembangunan kesehatan.
 Tujuan KONAS :
1) Ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial.
2) Keamanan, khasiat, dan mutu semua obat yang beredar serta melindungi masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat.
3) Penggunaan obat yang rasional.
DOEN
 Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) merupakan daftar berisikan obat terpilih yang paling dibutuhkan dan diupayakan tersedia di unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatnya.
 Tujuan DOEN untuk meningkatkan ketepatan, keamanan, kerasionalan penggunaan dan pengelolaan obat yang sekaligus meningkatkan daya guna dan hasil guna biaya yang tersedia sebagai salah satu langkah untuk memperluas, memeratakan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
 Macam-macam DOEN :
1) DOEN untuk RSU kelas A, B, C, dan D
2) DOEN untuk RS Swasta
3) DOEN untuk Puskesmas
4) DOEN untuk Pos Obat Desa
 Kriteria pemilihan DOEN :
1) Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-Risk ratio) yang paling menguntungkan penderita.
2) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavaibilitas.
3) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
4) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan.
5) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita.
6) Memiliki rasio manfaat-biaya (Benefit-Cost Ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.
7) Bila terdapat satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan dijatuhkan pada :
- Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah
- Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan
- Obat yang stabilitasnya lebih baik
- Mudah diperoleh
- Obat yang lebih dikenal
8) Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut :
- Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi tetap
- Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi daripada masing-masing komponen.
- Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan yang tepat untuk sebagian besar penderita yang memerlukan kombinasi tersebut
- Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat-biaya (benefit-cost Ratio)
- Untuk antibiotika kombinasi tetap harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya resistensi dan efek merugikan lainnya.

FORMULARIUM
 Formularium adalah dokumen berisi kumpulan produk obat yang dipilih PFT disertai informasi tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut serta kebijakan dan prosedur berkaitan obat yang relevan untuk RS tsb yang terus menerus direvisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf profesional pelayanan kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf medik RS.
 Sistem Formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari suatu RS yang bekerja melalui PFT, mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia yang dianggap paling berguna dalam perawatan penderita.
 Kelompok Obat :
1) Obat Formularium
Obat yang direkomendasi sebagai obat esensial untuk perawatan pasien dan ada di pasaran. Semua dokter boleh menulis obat ini
2) Obat yang disetujui untuk periode percobaan
Obat yang sudah beredar di pasaran tapi baru diusulkan masuk formularium dan perlu dievaluasi selama 6-12 bulan. Selama masa ini dokter boleh menulis obat ini, kemudian dievaluasi dan diputuskan diterima atau tidak
3) Obat Formularium khusus
Obat yang beredar di pasaran direkomendasikan untuk pasien tertentu. Obat ini diterima rapat atas usul anggota PFT atau dokter lain dan ditentukan siapa yang boleh menulis resep obat itu
4) Obat uji klinik
Obat ini belum beredar di pasaran, tapo oleh BPOM diijinkan dipakai oleh peneliti utama.
 Keuntungan Formularium :
1) Terapeutik : memberikan manfaat besar bagi pasien dan dokter
2) Ekonomi : menghilangkan duplikasi obat dengan mengurangi duplikasi pengadaan obat dan memberikan harga yang rendah kepada pasien
3) Edukasi : formularium yang baik berisi informasi bagaimana membuat resep dan informasi tambahan mengenai obat untuk kepentingan edukasi

 Kerugian Formularium :
1) Sistem Formularium menghilangkan hak prerogratif dokter untuk menuliskan dan menuliskan dan memperoleh merek obat pilihannya.
2) Sistem Formularium dalam banyak hal, memungkinkan apoteker bertindak sebagai penilai tunggal atas merek dagang obat yang di beli dan di dispensing.
3) Sistem Formularium memungkinkan pembelian obat bermutu rendah, terutama dalam RS yang tidak memiliki apoteker, atau oleh apoteker yang tidak memiliki rasa komitmen pada mutu pelayanan penderita yang baik.
 Formularium dapat meningkatkan penggunaan obat secara rasional sebab Formularium membantu para klinisi dalam memilih obat yang paling efektif, aman dan ekonomis, selain itu Formularium selalu diperbaharui secara berkala sesuai dengan perkembangan ilmu farmasi dan kedokteran.
 Formularium membantu manajemen farmasi sebab dengan adanya Formularium pengaturan dan pengendalian mutu, pengelolaan, peredaran dan penggunaan obat di RS dapat terlaksana dengan tertib, selain itu Formularium menghilangkan duplikasi obat sehingga dapat menghemat dalam hal pengadaan.

SIKLUS PENGADAAN
 Pengadaan adalah suatu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan dan penganggaran sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 Proses pengadaan yang efektif, yaitu :
1) Membeli obat-obatan yang tepat dalam jumlah yang tepat
2) Memperoleh harga pembelian serendah mungkin
3) Yakin bahwa seluruh obat yang dibeli telah diketahui standar kualitasnya
4) Mengatur pembelian obat dari penyalur secara berkala (dalam waktu tertentu), untuk menghindari kelebihan maupun kekurangan persediaan.
5) Yakin akan kehandalan penyalur dalam hal pemberian pelayanan dan kualitas terjaga.
6) Mengatur jadwal pembelian obat.
7) Tingkat penyimpanan yang aman untuk mencapai total biaya rendah.
 Siklus pengadaan meliputi langkah-langkah berikut :
1) Meninjau kembali obat yang telah dipilih
2) Menentukan jumlah obat yang dibutuhkan
3) Menyesuaikan kebutuhan obat dengan anggaran yang tersedia
4) Memilih metoda pembelian
5) Memilih penyalur dan lokasinya
6) Menentukan masa kontrak
7) Menerima dan memeriksa obat-obatan yang diterima
8) Melakukan pembayaran
9) Distribusi obat
10) Mengumpulkan informasi pemakaian

 Visible Cost and Hidden Cost
Visible cost yaitu biaya yang sudah direncanakan contohnya biaya obat tambahan, biaya inventaris, biaya operasional pembelian dan biaya kekurangan (biaya yang dikeluarkan apabila dibutuhkan pengadaan secara cepat).
Hidden cost yaitu biaya yang berhubungan dengan kekurangan persediaan dan kinerja yang buruk dari pihak penyalur obat, tidak dapat terlihat jelas. Contoh :
a) Biaya pergantian karena barang hilang atau harus dimusnahkan karena kemasan yang buruk, kondisi pendistribusian yang buruk atau waktu daluarsa yang singkat.
b) Biaya pergantian karena bentuk sediaan yang salah.
 Mekanisme Metode Pengadaan Obat
1) Penawaran terbuka (tender)
2) Penawaran terbatas
3) Penawaran kompetitif
4) Pengadaan langsung

CARA PENGADAAN OBAT YANG BAIK
 Prinsip :
1) Pengadaan berdasarkan nama generik
2) Pengadaan terbatas dari daftar obat esensial atau formularium
3) Pengadaan dalam jumlah besar
4) Kualifikasi dan pemantauan penyalur resmi
5) Pengadaan yang bersaing
6) Komitmen sumber tunggal
7) Jumlah pesanan berdasarkan perkiraan kebutuhan sebenarnya
8) Pembayaran dan manajemen keuangan yang baik
9) Prosedur yang transparan dan tertulis
10) Pemisahan fungsi-fungsi pokok
11) Program jaminan mutu produk
12) Publikasi pemeriksaan tahunan
13) Laporan pengadaan secara periodik
 Fungsi-fungsi pengadaan apa saja yang harus ditangani secara terpisah, hal ini dikarenakan
Terdapat beberapa fungsi kunci pada pengadaan yang secara khusus memerlukan keahlian berbeda. Secara umum, fungsi ini harus ditangani secara terpisah, baik secara individu, unit, komite, maupun subkomite. Beberapa fungsi meliputi :
1. Pemilihan obat-obatan
2. Penentuan jumlah kebutuhan obat
3. Penyiapan spesifikasi produk
4. Persetujuan dari penyalur (sebelum maupun setelah kualifikasi)
5. Penunjukkan dan penawaran melalui tender
Mengapa demikian : Tanpa pemisahan fungsi, proses pengadaan jauh lebih sulit dalam menetapkan pengadaan suatu obat. Pemasok atau personil pengadaan dapat menjadi bias dalam pemilihan obat, dapat memanipulasi pesanan untuk meningkatkan pengadaan sejumlah obat-obatan tertentu, keliru dalam menetapkan kualifikasi pemasok, memanipulasi keputusan akhir tender, dan menurunkan spesifikasi produk untuk membatasi persaingan. (misalnya, dengan cara memilih bentuk dosis tidak umum). Pemisahan dari kunci-kunci tersebut berkontribusi dalam profesionalitas dan akuntabilitas.
 Pengadaan yang baik
1) Barang yang diterima mutunya baik sesuai mutu obat yang baik
2) Harga yang termurah
3) Fareness terjamin
4) Obat yang tepat, jumlah yang tepat dan waktu pengiriman yang tepat

DONASI OBAT
 Tiga prinsip utama untuk penggunaan donasi obat adalah sbb:
1) Donasi seharusnya hanya diniatkan untuk membantu penerima
2) Donasi seharusnya diberikan dengan penuh rasa hormat terhadap kekuasaan/hak penerima
3) Barang-barang yang tidak diterima di Negara pendonor karena alasan kualitas, juga tidak bisa diterima sebagai donasi, karena tidak ada dua standard kualitas disana.
 Jenis donasi obat
1) Donasi obat dalam keadaan darurat
2) Donasi obat sebagai bagian dari pengembangan bantuan oleh pemerintah.
3) Donasi dari obat-obatan yang dikembalikan

METODE PENGHITUNGAN KEBUTUHAN
 Metode umum yang digunakan dalam penghitungan kebutuhan :
1) Metode Konsumsi merupakan metode yang menggunakan data konsumsi obat individu sebelumnya (disesuaikan dengan barang keluar dan perubahan rencana dalam pemanfataan obat) untuk penyediaan kebutuhan yang akan datang
2) Metode Morbiditas merupakan merupakan metode dengan perkiraan kebutuhan berdasarkan pada jumlah kehadiran pasien (kasus) dan pola pengobatan standar untuk pertimbangan penyakit.
3) Metode konsumsi yang disesuaikan merupakan metode dengan perkiraan kebutuhan menggunakan data insiden penyakit dan atau pengeluaran obat dari sebuah sistem suplai dan perhitungan konsumsi obat sistem pasokan target, berdasarkan cakupan populasi atau tingkat layanan yang akan disediakan.
4) Metode anggaran merupakan metode dengan perkiraan kebutuhan anggaran menggunakan biaya pengadaan obat rata-rata per pertemuan atau per tempat tidur per hari dalam berbagai jenis fasilitas kesehatan dalam sistem standar untuk proyek biaya obat dalam jenis fasilitas dan sistem target yang sama.

MANAJEMEN PERSEDIAAN
 Tujuan persediaan
1) Memahami konsep-konsep manajemen persediaan sebagai dasar dalam mengelola barang farmasi secara efisien dan efektif
2) Meningkatkan efisiensi penggunaan dana dalam kaitannya dengan tingkat persediaan minimal yang sesuai dengan kebutuhan operasional
3) Melakukan perencanaan kebutuhan bahan sesuai dengan tingkat kebutuhan produksi dan permintaan pemakaian barang farmasi
4) Peranan farmasi dalam meningkatkan mutu pelayanan RS
 Fungsi persediaan
1) Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman barang atau barang farmasi yang dibutuhkan RS
2) Menghilangkan resiko jika barang yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan
3) Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang akibat inflasi
4) Untuk menyiapkan bahan baku/obat yang dihasilkan secara musiman sehingga RS tidak akan kesulitan bahan baku tsb tidak tersedia di pasaran
5) Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantity discount)
6) Memberikan pelayanan kepada pasien
 Pengelompokan persediaan berdasarkan fungsinya
1) Fluctuation stock : tidak dapat diperkirakan kesalahan perkiraan pengiriman barang
2) Anticipation stock : permintaan yang dapat diramalkan, misalnya DB
3) Lot size inventory : potongan kuantitas
4) Pipe line inventory : sedang dalam proses kirim
 Biaya-biaya dalam persediaan
1) Biaya item : biaya dari pembelian dari suatu item persediaan.
Biaya item = harga per unit x jumlah obat
2) Biaya pemesanan : biaya yang terjadi akibat adanya pemesanan (biaya pengetikan, telepon, transportasi, dll). Jika item diproduksi sendiri disebut Biaya Set up
3) Biaya penyimpanan: biaya yang timbul akibat penyimpangan pengiriman dalam suatu periode ttt. Biaya ini terdiri dari 3 komponen :
- Cost of capital : jika item disimpan di gudang, biaya bunga, lost opportunities
- Cost of storage : asuransi, pajak, sewa, gedung, fasilitas fisik gedung
- Cost of obsolescence : biaya kerusakan, kekurangan/ketinggalan mode, obat hilang
4) Biaya stock : biaya yang timbul akibat dari kekurangan persediaan, tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan
 Analisa ABC (Analisa Pareto)
1) Kelas A : pengawasan ketat, nilai pemakaian tahunan tinggi (misal 80%), jumlah item 5%
2) Kelas B : pengawasan sedang, nilai pemakaian tahunan sedang (misal 15%), jumlah item 30%
3) Kelas C : pengawasan ringan, nilai pemakaian tahunan rendah (misal 5%), jumlah item 50%

 Analisa VEN
1) Vital (life saving) : persediaan obat untuk penyelamatan hidup manusia. Contoh obat Hipertensi, DM, Struk, epilepsi, dll
2) Esensial (banyak digunakan)
3) Non esensial : obat penunjang, misal suplemen, vitamin
 Analisa VEN-ABC
V E N
A VA EA NA
B VB EB NB
C VC EC NC

VA : obat-obat mahal, belum tentu fast moving, membeli dalam jumlah sedikit. Contoh obat Norvask, Transamin
VB : obat-obat dengan merek dagang, nilai pembelian sedang.
VC : obat vital golongan generik, harus diprioritaskan terlebih dahulu, harga penjualan murah. Contoh Captopril, Glibenklamid
EA : merupakan obat fast moving
EB :
EC : obat yang digunakan untuk racikan. Contoh Prednison, CTM
NA : harus diperiksa, biasanya merupakan suplemen mahal. Contoh Thermolyte, Nourish Skin, dll
NB dan NC : vitamin dengan harga terjangkau. Contoh Sangobion, Hemaviton, dll
 Tugas apoteker dalam melakukan pembelian :
1) Menyiapkan daftar nama, alamat dan no. Telepon dari industri farmasi, distributor, representative
2) Menyiapkan spesifikasi detail dari obat, bahan kimia, dll
3) Menyiapkan formulir perencanaan
4) Menyiapkan memo penerimaan obat bila telah diterima
5) Menyiapkan memo retur obat-obat bila diperlukan
 Persyaratan penerimaan yang baik
1) Perbekalan farmasi yang tepat (bentuk sediaan)
2) Jumlah yang tepat
3) Mutu terjamin :
- Distributor resmi
- Sertifikat analisis (CA)
- Sertifikat keaslian (CO)
- Lembar data pengaman (MSDS)
- Waktu kadaluarsa min 2 thn



 Tujuan penyimpanan
1) Memelihara mutu obat
2) Menghindari kehilangan
3) Menjaga kelangsungan persediaan
4) Memudahkan pencarian
5) Memudahkan pengawasan
 Persyaratan penyimpanan
1) Dalam gudang yang baik : pengaturan tata ruang, penyusunan obat, peralatan, kondisi penyimpanan
2) Ada pencatatan/administrasi : kartu stok, buku induk, laporan mutasi
3) Ada pengawasan : pengendalian mutu obat, stok opname, insendentil (pemeriksaan tiba-tiba)
4) Petugas gedung : profesional kompeten, terlatih, kejujuran, tanggung jawab
 Kondisi penyimpanan
1) Suhu ruangan
2) Suhu dingin (refrigerator)
3) Gudang umum
4) Gudang khusus narkotika, termolabil, tahan api
5) Peralatan gudang (rak, palet, troli, pengangkat beban, dll)
 Cara penyimpanan
1) Kelas terapi
2) Bentuk sediaan
3) Alfabetis
4) FIFO (First In First Out), FEFO (First Expired First Out)
5) Berat ringan
6) Besar, kecil
7) Slow, fast moving

Tidak ada komentar: