Senin, 09 Mei 2011

FRS ENCOURAGE

ANJURAN TEPAT PENGGUNAAN OBAT
PENULISAN RESEP BERPERAN PENTING DALAM PEMILIHAN PENGOBATAN, PERANAN PASIEN JUGA SAMA PENTINGNYA. PENGETAHUAN MASYARAKAT, SIKAP DAN PERSEPSI PENGOBATAN MANDIRI UNTUK PENYAKIT FLU AKAN MENENTUKAN ARAH PENGOBATAN.
DI LUAR NEGERI PENGOBATAN MENCAKUP PERESEPAN OBAT, PEMEBELIAN OBAT BEBAS SECARA LANGSUNG SERING BERASAL DARI SUMBER TAK RESMI DAN SERING DITANGGAPI AGRESIF OLEH BAGIAN PEMASARN KOMERSIAL.
6 TAHAP PROGRAM EDUKASI EFEKTIF
1. INVESTIGASI SITUASI
2. RENCANA AKTIVITAS
3. PERKEMBANGAN LITERATUR/BAHAN
4. TEST DAN PENINJAUAN BAHAN
5. APLIKASI AKTIVITAS
6. EVALUASI AKTIVITAS
KEBUTUHAN AKAN PENGGUNAAN OBAT SECARA TEPAT
1. ORANG SAKIT PERCAYA STATUS KESEHATANNYA TERGANTUNG PENYIMPANGAN NORMA, PENDEKATAN DG PERSEPSI BUDAYA.
2. PERAWAT MEMBANTU MENOLONG ATAU SAMPAI GEJALA PERGI TANPA PENGOBATAN
3. ORANG MEMILIH BEROBAT KE RS, PRAKTISI KESEHATAN, FARMASIS, DUKUN
4. DARI RESEP MENDAPAT REKOMENDASI DARI FARMASIS UNTUK BELI
5. PASIEN MENENTUKAN KAPAN BEROBAT, BAGAIMANA PENGOBATAN, JIKA TERJADI ES?
TANPA EDUKASI KETEPATAN PASIEN MENGGUNAKAN OBAT BERKURANG KEMAMPUANNYA, PENGETAHUAN MEMBUAT KEPUTUSAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT TIDAK ADA, TIDAK MENGERTI PERANAN OBAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN
DISTRIBUSI OBAT
1. KLINIK 2%
2. RS 1%
3. DOKTER 7%
4. TOKO OBAT 35%
5. GUDANG OBAT(LINGKUNGAN) 40%
6. DLL 5%
MASALAH OBAT IRASIONAL MELIPUTI
1. PENGGUNAAN BERLEBIHAN ATAU KEKURANGAN
2. PENGGUNAAN TIDAK TEPAT
FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
1. SISTEM PENGATURAN TAK MEMADAI
2. KEKURANGAN OBAT ESENSIAL
3. KURANGNYA INFORMASI OBAT UNTUK PENULISAN RESEP DAN PENGGUNA
4. KOMUNIKASI PASIEN DAN PENULIS RESEP BURUK

PENYALAHGUNAAN OBAT MELIPUTI
1. KETERSEDIAAN RESEP OBAT TERSEBAR LUAS DI PEDAGANG OBAT, TOKO OBAT, GUDANG OBAT TAK RESMI
2. PENINGKATAN PENGGABUNGAN PENGOBATAN BARAT KE DALAM KEBUDAYAAN LOKAL
3. PENURUNAN PENGATURAN SISTEM
KEUNTUNGAN PENGETAHUAN INDIVIDU
1. APRESIASI YANG BAIK AKAN KETERBATASAN OBAT
2. KESEIMBANGAN KERJASAMA ANTARA PENGGUNA DAN PENYEDIA LAYANAN KESEHATAN
3. SIKAP KRITIK AKAN INFORMASI OBAT
4. PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT
KEUNTUNGAN BAGI MASYARAKAT
1. PENGETAHUAN AKAN KEBIJAKAN DAN RASIONAL OBAT
2. PENGGUNAAN YANG EKONOMIS DAN MENGURANGI LIMBAH
3. PENINGKATAN KEPERCAYAAN PELAYANAN KESEHATAN
4. PENINGKATAN UKURAN SUKSES PELAYANAN KESEHATAN

PRINSIP PENGGUNAAN OBAT
1. PENGGUNAAN OBAT MELIHAT KONTEKS MASYARAKAT, KOMUNITAS, KELUARGA, INDIVIDU
2. PENGGUNAAN OBAT TERINTEGRASI KE KURIKULUM PENDIDIKAN
3. KETERSEDIAAN INFORMASI ILMIAH OBAT
4. FASILITAS PILIHAN INFORMASI OBAT
5. KETERLIBATAN ORGANISASI NON PEMERINTAH
PERKEMBANGAN EDUKASI MASYARAKAT DAN PASIEN
FOKUS PADA KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT SELAMA PENGOBATAN DENGAN MELIHAT BUDAYA
EDUKASI MASYARAKAT PENGGUNAAN OBAT YANG TEPAT MENGARAHKAN KE
1. ESENSI OBAT
2. KELELUASAAN TERHADAP PASIEN MENGETAHUI RESEP YANG BENAR
3. INFORMASI TENTANG INTERAKSI DAN PENGGUNAAN OBAT
4. TARGET YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT
5. FARMASI MENAWARKAN INFORMASI SPESIFIKASI OBAT
KOMUNIKASI EFEKTIF YAITU
INVESTIGASI
1. KETERSEDIAAN INFORMASI SELALU ADA
2. KEBUTUHAN INFORMASI BARU (LITERATUR UPDATE)
3. JARINGAN KOMUNIKASI (SUMBER INFORMASI YANG DIPERCAYA)
RENCANA KOMUNIKASI AKTIVITAS
1. REALISTIK DAN KOMUNIKASI OBJEKTIF
2. PENDEKATAN MENGARAH PERUBAHAN
3. PROGRAM PENYAMPAIAN PESAN (SELEBARAN; LEAFLET, MEDIA MASSA; KORAN, PRIBADI; FACE TO FACE, MEDIA ORANG; PUPPET)
4. KERJASAMA INSTITUSI (WHO DAN UNICEF)
5. MONITORING DAN EVALUASI
6. WAKTU, BUDGET, SUMBER UANG
PENGEMBANGAN KOMUNIKASI
1. INTERVENSI
2. PROGRAM KOMUNIKASI
3. PENYAMPAIAN PESAN
TEST DAN TINJAU
1. APAKAH TARGET MENGERTI
2. APAKAH MEREKA MENERIMA
3. BAHAN PENYAMPAIAN PESAN ATRAKTIF
4. PESAN MEYAKINKAN
5. TANGGAPAN PENDENGAR
APLIKASI DAN MONITORING
1. TARGET MENERIMA
2. TARGET MENGGUNAKAN
3. PROGRAM TERJADWAL
4. PENUNDAAN PROGRAM BERDAMPAK KE DEPAN
EVALUASI
1. PERUBAHAN DALAM KEPUASAN PELANGGAN
2. PERUBAHAN PERILKAU DISTRIBUTOR
*PROSEDUR UMPN BALIK
1. MASALAH DALAM PENGEMBANGAN DAN APLIKASI
2. FAKTOR LUAS PROJEK CONTOH PERUBAHAN JADI PLAN B
*SUKSES ATAU TIDAK
1. FAKTOR YANG MEMBERI KONTRIBUSI SUKSES ATAU TIDAK
2. YANG TERPENTING LEARNING OR LESSON
*PASIEN TAK PATUH KARENA
1.KOMUNIKASI BURUK DENGAN PENULIS RESEP
2. TAKUT BERTANYA
3. TIDAK ADA WAKTU KONSUL
4. INFORMASI SULIT DIDAPAT
5. TIDAK MAMPU BAYAR
6. PENGOBATAN LAMA
BEFORE YOU TAKE IT TALK ABOUT IT
ASK DOKTER
1. ALTERNATIF PENGOBATAN
2. BAGAIAMANA PENGGUNAAN
3. BUTUH DIULANG LAGI
ASK FARMASIS
1. BAGAIAMANA PENYIMPANAN
2. JELASKAN LABEL
3. WADAH MUDAH TERBUKA
FAKTOR FASILITAS
1. PENINGKATAN KEPEDULIAN
2. PENGETAHUAN SOSIAL DAN TEORI PERILAKU
3. PENGEMBANGAN VIA MASS MEDIA DAN IT
PENIGKATAN KEPATUHAN PENGOBATAN
1. FAMILIAR, SIMPATIK
2. DOSIS DALAM ANGKA DAN WAKTU
3. ES MINIMAL
4. INSTRUKSI JELAS
5. RESEP DISESUAIKAN DENGAN BUDAYA DAN GAYA HIDUP
FAKTOR KETERPAKSAAN
1. KEBIJAKAN TIDAK MASUK AKAL
2. KELEMAHAN INFRASTRUKTUR
3. KEKURANGAN SUMBER
4. KETERTARIKAN KOMERISIL DAN PROFESIONAL
KOMUNIKASI OBAT ESENSI
1. PENGGUNAAN OBAT GENERIK
2. KONAS
3. HARGA
INDIKATOR PUBLIC
PERSENTASE KESEHATAN MASYARAKAT
PENGATURAN PROMOSI OBAT
SANKSI UNTUK PELANGGARAN IKLAN
DO NOT TAKE WITH MEALS, TAKE WITH MEALS, TAKE AT BEDTIME

Kamis, 05 Mei 2011

PA BENNY

PENGEMBANGAN PRODUK
Pengembangan produk atau praformulasi adalah proses optimasi suatu obat melalui penetapan sifat kimia, fisika, farmakologi dan mikrobiologi dalam rangka pembuatan suatu bentuk sediaan yang dipilih agar mantap, efektif dan aman. Bukan saja mengenai zat berkhasiatnya, tetapi juga berkaitan dengan zat-zat lain.
 Praformulasi :Pembuatan obat atau sediaan obat dalam skala kecil. (untuk kemudian diuji mutunya, apabila bagus, baru dilanjutkan ke skala industri).
 Skala industri :Pembuatan sediaan obat dalam skala besar dari sediaan yang telah dibuat dan diuji melalui proses praformulasi.
Tujuan dari proses praformulasi adalah membuat sediaan yang mantap baik secara fisika (tidak ada endapan), kimia, mikrobiologi, farmakologi dan sterilitas (obat suntik).
Dalam praformulasi terdapat perpaduan dari beberapa unsur, yaitu:
 Zat Berkhasiat (wajib)
 Zat bantu
 Pembawa
 Wadah (wajib)
Keempat unsur tersebut digunakan untuk membuat bentuk sediaan yang direncanakan dan diuji mutunya. Namun dari 2 unsur wajib tersebut dapat diciptakan suatu bentuk sediaan obat.
Contoh sediaan yang mengandung 2 unsur:
a. Prokain Penisilin G atau Benzil Prokain Penisilin.
Dikemas dalam vial dan disajikan dalam bentuk serbuk, karena prokain Penisilin G jika dilarutkan dalam air atau disajikan dalam bentuk larutan atau suspensi dalam air dapat terurai dengan adanya inti β-Laktam.
Kecuali jika disajikan dalam bentuk suspensi dengan pembawa minyak (Penisilin oil). Minyak yang biasa digunakan adalah minyak nabati (contoh minyak kacang atau oleum arachidis) dan minyak sintetik.
Yang tertera dalam etiket bukan bobot tapi Unit Internasional, biasanya 6 juta u.i
 Dewasa : 600.000 unit
 Anak-anak : 300.000 unit
b. Streptomisin
Untuk TBC. Ciri-cirinya: Yang tertera di etiket bobot, misal 1 g, 5 g, 20 g.
Contoh obat suntik dengan 4 unsur adalah vitamin C injeksi, yang mengandung : Vitain C (zat berkhasiat), Air ( Pembawa), Anti Oxidan Na2S2O5 (Na meta bisulfit/Na pirosulfit) sebagai zat bantu dan ampul (wadah)

Dalam praformulasi dari masing-masing unsur harus diuji mutunya:
Zat Berkhasiat

Uji Mutu Zat bantu

Uji Mutu Pembawa

Uji Mutu Wadah

Uji Mutu

Pencampuran
(bentuk sediaan yang direncanakan)

Uji Mutu

Uji Mutu

Produksi skala industri

Uji Mutu

Pengetiketan atau pengemasan
ZAT BERKHASIAT
Asal Zat berkhasiat:
 Zat berkhasiat lama : zat berkhasiat yang telah lama ditemukan, digunakan dan beredar namun tetap masih laku di pasaran (beberapa merk obat kandungan zat berkhasiatnya sama saja, Biasa disebut ‘me too’ produk)
 Zat berkhasiat baru: zat berkhasiat yang baru ditemukan, dibuat atau disintetis dan belum pernah diproduksi oleh suatu industri farmasi manapun. Di Indonesia belum ada, hanya ada ekstrak dari tumbuhan ditambah bahan pembawa atau tidak lalu dimasukkan ke dalam kapsul.
Bentuk:
 Ekstrak :hasil ekstraksi tanaman, contoh: ekstrak daun katuk untuk ibu menyusui dibuat dalam sediaan tablet
 Isolat :Isolasi zat berkhasiat yang terkandung dalam suatu tanaman yang mempunyai khasiat tertentu.
 Semi sintetis

Ciri khas suatu zat berkhasiat:
 Sifat : Mempunyai khasiat farmakologi tertentu
 Terdapat di monografinya
Monografi: Uraian dari zat yang tercantum dalam farmakope, seperti bobot molekul, pemerian, rotasi optic, rotasi jenis.
 Syarat BPOM
“Apapun yang diimpor harus disertai Sertifikat Analisis”
Sertifikat Analisis: Uraian singkat dari suatu zat yang diimpor beserta kadarnya.
 Uji Mutu
 FI IV/III, Farmakope lain, pedoman khusus
 Certificate of Analysis

Uraian Uji Mutu FI IV:
• Pemerian
• Kelarutan
• Identifikasi
• Jarak lebur • Susut pengeringan
• Sisa pemijaran
• Penetapan kadar
• Wadah dan penyimpanan

Kualitas zat berkhasiat:
• p.a : Pro Analysis
• p.i : Pro Injectionum
• Pharmaceutical grade (teknis)
Contoh: Boraks (teknis) minimal Pharmaceutical grade karena dipergunakan dalam proses pengelasan.
Dari ketiganya, p.a. yang kemurniannya paling bagus/baik.

 Sterilitas / bebas pirogen: (kecuali obat suntik)
Monografi zat tertulis uji, tidak ada uji sterilitas tetapi harus tau kalau untuk obat suntik harus steril.
Contoh: Adrenalin dikombinasi dengan anestesi lokal, dikemas dalam ampul 10 gr, 5 gr. (harus steril, walaupun dalam monografi tidak steril).

Zat berkhasiat yang sebelum digunakan membuat sediaan obat harus ditetapkan mutunya.
Contoh:
 CaCl2 (Kalsium Klorida)
Berbentuk kristal, sangat higroskopis atau mudah menyerap lembab, sehingga kadarnya menjadi turun maka di uji dulu mutunya sebelum digunakan.
Untuk obat suntik kadar yang digunakan 10%, maka dari itu harus ditentukan kadarnya dengan cara: Argentometri (untuk Ca) dan kompleksometri (untuk Cl).
 Norit / karbo aktif / Carbo adsorben
Berfungsi untuk membuat air bebas pirogen pada pembuatan larutan infus (merupakan metode konvensional). Dosis 0,1-0,3%.
Pada norit yang diperiksa bukan kadarnya tetapi kemampuannya.
Caranya:
Norit (g) + antipirin (g) + H2O, dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu kocok, saring, (ada antipirin dalam jumlah berlebih). Kemudian ditetapkan kadarnya secara iodometri. Kemudian dapat diketahui kadar carbo yang diserap.
Antipirin awal-Antipirin sisa = Antipirin yang diserap
Cara pembuatan air bebas pirogen:
Panaskan air dalam erlenmeyer, lalu didihkan. Masukkan Carbo adsorben ke dalam erlenmeyer, lalu biarkan mendidih ± 15 menit, lalu saring dalam keadaan panas agar carbo adsorben tidak mengendap.

Penyajian zat berkhasiat:
1. Larutan sejati (zat terlarut sempurna dalam cairan pembawanya dan terlihat jernih tanpa partikel-partikel).
Air/Minyak non-parenteral oral
Obat luar
Parenteral
2. Bentuk Padat non parenteral oral
Obat luar
Parenteral (mis : inj PP)
3. Bentuk Suspensi (zat padat yang terdispersi secara homogen dan halus dalam cairan pembawa dengan penambahan zat suspending agent/pengental)
Air/Minyak non-parenteral oral
Obat luar
Parenteral
4. Emulsi (2 Zat cair yang tidak tercampur menjadi tercampur homogeny dengan penambahan emulgator)
Minyak non-parenteral oral
Obat luar
parenteral
Cat:
 Minyak murni tidak boleh untuk injeksi IV, tapi emulsi M/A dengan emulgator lesitin boleh sebagai injeksi IV
 Emulsi dalam bentuk sediaan untuk parenteral adalah untuk tujuan makanan bagi orang yang tidak sadar/tidak makan contoh: lecitin, polostalo.
 Emulsi dalam betuk oral, contoh : Scott emulsion (baik untuk anak 1 th).
Sebelum perang dunia ke-II, digunakan untuk pengobatan TBC, dengan cara:
o Istirahat di sanatorium
o Minum Scott emulsion karena di dalamnya terkandung minyak ikan. Dalam minyak ikan ada faktor yang tidak tersaponifikasi dan mempunyai daya menyembuhkan luka pada penyakit TBC.

5. Setengah padat salep mata/kulit
Krim
Basis salep mata menggunakan basis berlemak, adeps lanae dilarang. Contoh lain = parafin cair dan parafin kuning (vaselin kuning) 9:1 disterilkan dalam oven 150o selama 1 jam (FI III).
Mengapa pemilihan vaselinnya yang kuning bukan vaselin putih? Karena vaselin putih diperoleh dari vaselin kuning yang dikelantang sehingga menjadi putih.
Krim terdiri dari: Asam stearat, TEA dan minyak (parafin cair), bila dicampur menghasilkan krim yang putih (tipe O/W) tercucikan.
Untuk mata lebih baik salep daripada krim karena:
 Bila krim dioleskan pada mata, maka bila mata dikedipkan, dengan adanya air mata krim akan melarut dan obat/krim hilang.
 Bila salep dioleskan pada mata, maka bila mata dikedipkan, salep mata akan ikut sesuai arah mata karena tidak larut dalam air mata.

Solubilisasi Zat Berkhasiat (larut dalam air)
I. Penambahan HCl atau NaOH
a) Ephedrin
Ephedrin merupakan golongan alkaloid yang bersifat basa, yang larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air, untuk melarutkannya ditambahkan asam mineral (HCl, H3PO4, H2SO4) maka ephedrin akan larut dalam air karena membentuk garamnya. Ciri khas dari basa alkaloid adalah mengandung Nitrogen dengan sepasang electron sunyi (low electron pair ). H+ yang terikat oleh sepasang e- sunyi dengan ikatan kovalen.
Ephedrin 10% untuk tetes hidung.








Ada 3 teori ion:
1. Arrhenius
Asam = menghasilkan H+ (proton)
Basa = menghasilkan OH-
2. Bronsted-Lowry
Asam = donor (memberi) H+
Basa = akseptor (menerima) H+
Contoh: botol HCl pekat didekatkan dengan botol Amoniak maka akan terjadi kabut putih yang masing-masing sebelumnya tidak berwarna.
3. Lewis
Asam = Akseptor sepasang e-
Basa = Donor sepasang e-
Contoh:

b) Cinchophen
Untuk obat encok (sudah tidak dipakai lagi)
Cinchophen dalam obat suntik tidak larut dalam air sehingga larut dalam pelarut organik dengan penambahan NaOH, maka akan terbentuk garamnya yang larut dalam air.

c) SA (Sulfasetamid) obat tetes mata
Amin aromatik tidak larut dalam air, dengan penambahan NaOH, maka akan membentuk garamnya yang larut dalam air (larutan sejati).
Amin aromatik: khas ditentukan dengan cara Nitrimetri(teori baru). Terjadi tautomerisasi = terjadi perpindahan H ke O (teori lama)





d) SD (sulfadiazin)
Untuk obat suntik/antibakteri (pilek, batuk)
e) Fenobarbital (C12H12N2O3), asam 5 etil fenil barbiturat
Untuk obat tidur (hipnotikum) lemah





Fenobarbital tidak larut dalam air, yang larut adalah Fenobarbital Na, tetapi Fenobarbital Na dalam air akan terurai menjadi:
i.



Kemudian terjadi dekarboksilasi (lepasnya gugus karboksilat)





Fenil etil asetil ureum

ii.



Kemudian terjadi deaminasi (lepasnya gugus amin) menjadi


Asam Fenil etil
malonat
Fenobarbital Na dalam air akan terurai, jadi dilarutkan dalam Petit, agar tidak terurai karena polaritas solution petit lebih kecil dari polaritas air murni sehingga cukup untuk mempertahankan stabilitas fenobarbital Na
Komposisi Solutio Petit:
 Gliserin
 Etanol 95%
 Air
Pelarut campuran lain :
 Propilen glikol + Etanol 95% + air
 Propilen glikol + glierin + air

II. Pembentukan senyawa Na Hidrogensulfit
 Menadion (vit K)
Khasiat: menghantikan pendarahan (hemostiptikum)
Larut dalam minyak, sehingga untuk membuat larut dalam air disisipkan gugus SO3Na (Natrium Sulfit) dengan proses sintesis. Vit K yang larut dalam air lebih cepat kerjanya daripada vit K yang larut dalam minyak





III. Pembentukan senyawa Na Suksinat
a) Kloramfenikol
Khasiat: obat thypus
Sifat: tidak larut dalam air, pahit, dan hasil dari jasad renik Penisilium venezuele, setelah diketahui RB-nya, kemudian dilakukan elusidasi strukturnya.
Karena rasanya pahit, maka untuk anak-anak dibuat dalam suspensi dengan diesterifikasi dengan palmitat/stearat agar tidak pahit. (Bentuk ester = gabungan antara senyawa alkohol & asam organik)








Untuk obat suntik, agar menjadi larut Kloramfenikol diesterifikasi dengan mononatrium suksinat.








Kloramfenikol Na Suksinat larut dalam air, tetapi mudah terurai, maka dibuat dalam bentuk sediaan kering dalam ampul dan didampingi dengan ampul berisi air.

IV. Pembentukan senyawa Na Fosfat
Vit B Kompleks
Vit B komplek dalam bentuk tablet tidak ada masalah, tetapi dalam bentuk injeksi, larutan B2 berwarna kuning telur. Lama kelamaan maka larutan akan berubah coklat, coklat tua, dan mengendap, maka B2 HCl diganti B2 Fosfat Na.
Tablet:
 B1
 B2 HCl
 B6
 Nikotinamid
 Calc. Pantothenat Injeksi:
 B1
 B2 Fosfat Na
 B6
 Nikotinamid
 Panthenol
a) B2 Riboflavin (C17H20N4O6)









b) Vit K
Vit K larut dalam minyak, sehingga ditambah Fosfat agar larut dalam air.










c) Deksametason (tetes mata/larutan sejati)
Deksametason merupakan sintesis dari tanaman Dioscorea sp yang menghasilkan diosgenin (Zat yang banyak terdapat pada umbi dengan inti siklopentano fenantren)




Deksametason tidak larut dalam air, agar menjadi larut maka ditambahkan gugus posfat










V. Pembentukan kompleks
Mengandung inti xantin /purin (tanpa O)





a) Coffein
Kofein larut dalam air, tapi dalam kadar terapeutik (dosis besar) akan mengendap, maka harus dibuat bentuk kompleks dengan penambahan HCl Prokain




b) Teofillin
Khasiat: Obat asma
Kadar: 2,6%






Penambahan etilen diamin agar sediaan tidak mengendap. Kompleks antara Teofilin dengan etilendiamin dikenal dengan nama Aminofillin





c) Calcium Gluconat 10%
Digunakan sebagai asupan ion Kalsium pada Osteoporosis. Calc Gluconat 10% mendekati KSPnya/kelarutannya. Apabila kita membuat dalam bentuk injeksinya maka mudah mengendap, untuk mencegahnya ditambahkan:
Ca Gluconat + Ca. Sakarat/Ca. Levulinat => sehingga membentuk kompleks yang tidak mengendap.
Contoh:
Ca. Sandoz (sediaan patent) + Ca. Glucono – galacto – glukonat (tidak mengendap).
Ca. Gluconat 10% akan mengendap dengan penyimpanan lama karena pengaruh cahaya. Untuk mengatasi pengendapan tersebut, maka dilakukan pemanasan setelah itu disimpan pada suhu kamar.
d) Chinin
Berasal dari tanaman Chinchona succiruba (Rubiaceae).
Keistimewaan mempunyai 4 alkaloid:
 Kinin e : sebagai obat malaria
 Kinidine : obat jantung
Kinine dan kinidine berbeda bidang polarisasinya saja. Yang dapat memutar bidang polarisasi adalah atom Cyang asimetris yaitu atom C yang semuatangannya berikatan dengan gugus yang berbeda
 Sinkonin : tidak berkhasiat
 Sinkonidin : tidak berkhasiat





Sebagai obat suntik, kinin ada 2 jenis :
 Kinin HCl
Kelarutannya kurang baik, sehingga dibuat kompleks dengan penambahan antipirin dan uretan.
 Kinin 2 HCl
Kelarutannya baik, tetapi sifatnya sangat asam sehingga pada penyuntikan akan terasa sakit.

VI. Pembawa air diganti dengan pelarut campur
Contohh: Sol. Petit

ZAT BANTU
Guna:
Mempertahankan sifat kimia, fisika, farmakologi, mikrobiologi, dll yang dimiliki zat berkhasiat.
Syarat:
 Tidak berkhasiat, tidak beracun, tersatukan dengan zat berkhasiat, tidak mengubah khasiat dan daya kerja farmakologi zat berkhasiat.
 Tidak boleh mengganggu penetapan kadar zat berkhasiat
Contoh:
Vit C + NaHCO3 -> CO2 untuk menaikkan pH Vit C dalam sediaan kemudian + antioksidan (Na2S2O5) 0,2-0,3% dan penetapan kadar ditetapkan secara Iodometri, dititrasi langsung dengan Iodium Na-2S2O5 antioksidan yang sering dipakai -> akan melepaskan SO2 secara spontan, kadar Na2S2O5 berkurang artinya jika Na2S2O5 akan dipakai ditetapkan dulu kadarnya secara Iodometri.

Uji Mutu:
 Sesuai monografi FI/ seperti zat berkhasiat
 Perhatikan zat bantu yg kadarnya berubah selama penyimpanan setelah dipakai (carbo asorbens, Na2S2O5)
Contoh:
Norit/Carbo adsorben untuk menghilangkan pirogen kadar 0,1-0,3 ditentukan aktivitasnya.
Asasnya: Pirogen yang ada dalam air apabila ditambah carbo akan diadsorpsi (diserap) sehingga filtrat akan bebas pirogen.
Penetapan Aktivitasnya:
Dalam erlenmeyer ada air, carbo adsorben + antipirine (g) lalu dikocok akibatnya antipirin akan diserap oleh carbo, lalu disaring. Dalam filtrat ada antipirine yang tidak diserap / berlebih, lalu ditentukan PK antipirine secara Iodometri.
Peran Zat Bantu:
1. Zat Pengisotonis
Misal: NaCl, Glukosa, NaNO3, dll
Isotonis: ∞ 0,9% NaCl
Hipertonis : > 0,9% NaCl
Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit mengkerut (plasmolisis)
Sel darah merah / eritrosit di dalam lingkungan yang hipertonis, akibatnya air yang ada di dalam eritrosit keluar, kemudian eritrosit akan mengkerut, apabila eritrosit kembali ke suasana isotonis, maka akan kembali seperti semula.
Hal ini disebut fenomena Plasmolisis.

Hipotonis : < 0,9% NaCl

Eritrosit pecah (Hemolisis)
Eritrosit dalam lingkungan hipotoni, air yang diluar masuk ke dalam eritrosit akibatnya eritrosit pecah, dan tidak dapat kembali seperti semula. Hal ini disebut Hemolisis.

Cara Perhitungan Isotoni
a. Cara ekivalensi NaCl
Bobot NaCl dalam gram yang mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan tekanan osmosis 1 gram zat tertentu.

BM: bobot maksimum
L : nilai yang menunjukkan pecahan ion + atau –
Contoh:
Dik: zat A : 200 mg/10 ml (0,2 g) dalam 50 ml E=0,12
Dit: berapa NaCl yang dibutuhkan?
Jwb:
0,2 g x 0,12 = 0,024 g (Zat A mempunyai osmosis 0,024)

0.45g-0,024g = 0.426 g NaCl yang harus ditambahkan agar sediaan ini isotonis.

Nilai L
1) Non elektrolit : L=1,9 (sakarosa)
2) Elektrolit lemah : L=2,0 (asam sitrat, basa efedrin)
3) Uni-uni valen elektrolit : L=3,4 (KCl)
4) Uni-di valen elektrolit : L=4,3 (Na2CO3)
5) Uni-tri valen elektrolit : L=5,2 (Natrium sitrat)
6) Di-uni valen elektrolit : L=4,8 (CaCl2)
7) Di-di valen elektrolit : L=2,0 (CuSO4)
8) Tri-uni valen elektrolit : L=6,0 (AlCl3)

b. Cara White-Vincent
V = W x e x 111,1 W = bobot zat
Contoh:
V=W x e x 111.1
V=0,2 x 0,12 x 111,1
V=2,6664 ml yang sudah isotonis
Untuk membuat 50 ml = 50 – 2,6664 = 47,3336 ml.
NaCl yang dibutuhkan NaCl

c. BPC (FI IV) penurunan titik beku

a : penurunan titik beku 1% zat tertentu
b : penurunan titik beku 1% air
Kelemahan= Nilai a terdapat dalam daftar PTB zat, sehingga apabila zat tersebut tidak terdapat dalam tabel, rumus ini tidak dapat dipakai.

d. Cara Grafik (Ph.int, FI I)
Bobot
NaCl
Bobot zat
Harga dan NaCl yang dibutuhkan untuk isotonis lebih mudah digunakan, tetapi tidak semua zat memiliki grafik, sehingga tidak semua zat dapat menggunakan cara ini.

NaCl diganti glukosa dll apabila salah satu zat yang akan diisotoniskan dengan NaCl menghasilkan endapan dengan zat berkhasiatnya.

2. pH-Stabilita
a) Adrenalin
Khasiat : vasokontriktor (menciutkan pembuluh darah).





Adrenalin diisolasi dari hewan (dari anak ginjal), belum mampu dibuat secara sintetis.
Adrenalin tidak larut dalam air, akan larut di dalam air jika ditambah asam mineral, ada 4 asam mineral (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3)
pH stabilita adrenalin = 3,1
jika pH tidak 3,1 maka akan terurai menjadi adrenokrom (merah). Sehingga khasiat obat hilang.







Adrenalin biasanya dikombinasi dengan Prokain HCl 4%
Prokain HCl = anestetik lokal (untuk menghilangkan rasa sakit setempat), perbandingan adrenalin dengan prokain HCl 4% = 1:80.000).
Digunakan pada kedokteran gigi dan untuk khitanan.
 Jika tanpa Adrenalin

Prokain HCl yang disuntikkan pada gusi akan menyebar melalui pembuluh darah-darah halus, sehingga tanpa rasa sakit waktu gigi dicabut.
 Jika ditambah adrenalin

Prokain HCl yang disuntikkan pada gusi maka akan menciutkan pembuluh darah halus di gusi sehingga tidak terasa sakit waktu gigi dicabut.
Dengan perkembangan waktu procain HCl tidak dipakai lagi karena menyebabkan shock anafilatik dan diganti dengan Lidocain HCl 2%.

Farmakofor = gugus tertentu yang ada di zat tertentu yang mempunyai khasiat farmakologi yang sama.

Saat ini adrenalin HCl diganti dengan NOR Adrenalin bitartrat. NOR : Nitrogen Ohne Radikal=tanpa nitrogen radikal




Lidocain ada 2 macam:
1. NOR-Adrenalin bitatrat (1:80.000) untuk vasokontriktor
Lidocain dengan adrenalin = untuk anestesi lokal
2. Lidocain tanpa Adrenalin untuk mengobati aritmia / penyakit jantung.

b) Vit C
pH = 5,8 (rendah) , ditambah NaHCO3 untuk meningkatkan pH. Vit C mudah terurai jadi keton, untuk itu perlu ditambahkan Na2S2O5 0,2% ( Na meta bisulfit / Na piro sulfit)









c) Aminofilin 2,6 % pH 7,6 (untuk asma berat)
Gabungan antara teofilin dengan etilen diamin jd aminofilin
Tidak terjadi endapan sehingga meningkatkan kadar zat disuntikkan secara IV dalam bentuk ampul 10 ml.





3. Bakteriostatika/Bakterisida sebagai pengawet
 Pengawet boleh ditambahkan apabila:
a. Apapun yang disajikan dalam dosis ganda (vial, botol tetes, botol sediaan peroral)
b. Sterilisasi dg uap air mengalir, ditambahkan klor kresol 0,2%
c. Pembuatan secara aseptik
 Zat berkhasiat tidak tahan pemanasan sehingga tidak bisa sterilisasi akhir, dimana zat berkhasiat disterilkan diawal dengan gas etilen oksida (dg cara sterilisasi yg sesuai)
 Zat-zat lain yang tahan pemanasan, disterilkan dg kalor
 Campur dan tambahkan pengawet fenol 0,5%
 Lakukan 4 kali penyaringan :
• Kertas saring wathman no 1
• Penyaringan dengan G3 (glass masir)
• Disaring dg filter membran 0,12 µm (dibuat dari ester selulosa asetat)
• Disaring dg filter bakteri 0,02 µm.

 Pengawet tidak boleh ditambahkan apabila:
 Sediaan IV dosis tunggal > 15 ml
 Suntikkan kedalam susmsum tulang belakang (intra tekal, intra sisternal, peridural, intra lumbal), intra kardial, intra okular, intra arterial. (dapat mengakibatkan meningitis aseptik)

Pengawet yg biasa digunakan fenol 0,5%, ortokresol 0,5%, klor kresol 0,2%, klor butanol 0,5%, fenil merkuri nitrat 0,001-0,002%, nipagin 0,15%, nipasol 0,05%, benzyl alkohol 2%

4. Anesteetika lokal
Lidokain HCl (Prokain HCl)

5. Stabilisator
Antioksidan : Na2S2O5, Na2SO3, NaHSO3, tioureum, α-tokoferol, NDGA, propil galat, glukosa, vit C
Na2S2O5 dan NaHSO3 jika dibuka kemasannya akan melepas gas SO2 dan pH nya dibawah 7, sedangkan Na2SO3 tidak melepaskan gas SO2 dan pH nya diatas 7

6. Zat pensuspensi
CMC Na, gom arab, HPMC, Aluminium monostearat

7. Pelarut campur
Sol Petit
Gliserin 350
Etanol 95% 260
H2O ad 1000
Propilen glikol
Benzil alkohol
H2O
Propilen glikol 40%
Etanol 95% 10%
H2O 50%
Contoh : Fenobarbital dalam air terurai, dalam sol petit tidak terurai.

Pernyataan kadar obat suntik :
1. Bobot/volume
2. Bobot
3. Unit internasional
4. Persen

Pernyataan kadar elektrolit :
1. Per 1000 ml: ……… g
2. mEq/l
mEq = valensi x mMol x jumlah ion/atom/mol

3. mOsm/l atau …… g/100 ml
osmolarita : bobot per liter
osmolarita : bobot per kg
1) Untuk non elektrolit :
2) Untuk elektrolit kuat

3) Untuk tiap ion bersangkutan

4) Perubahan osmolalita manjadi osmolarita
mOsm/l = mOsm/1000 H2O x g H2O/ml larutan
5) Osmolarita setelah 2 larutan dicampur






PEMBAWA
Sinonim: pelarut, vehiculum, solvent
Pembawa: - Air
- Non air minyak nabati (ol arachidis/m kacang) minyak sintetis
1. Pembawa air (Aqua destillata/bidest, air suling)
Monografi pembawa air yg ada di FI IV hanya 2 yaitu :
 Aqua purificata (air murni)
 Aqua steril pro injeksi
Sedangkan aqua pro injeksi tidak tercantum dlm monografi FI IV tetapi terdapat dalam USP XXIII : water for inj hal 1636
Pembuatan: destilasi, dengan penukar ion, osmosis-balik
 Aqua puruficata (air murni)
Guna : untuk sediaan, kecuali parenteral
Uji : pH, ion seperti C-, SO4-2, NH4-, Ca+2, CO2, logam berat, zat mudah teroksidasi, zat padat total, kemurnian, bakteriologi
i. Destilasi
Cara:
Air dipanaskan menguap, kemudian uap air yang dihasilkan dilewatkan pada alat pendingin (kondensor) sehingga uap air akan mengembun lalu menghasilkan tetesan air dan ditampung dalam wadah.
Hasil airnya disebut: Aquadestilata (air suling).

ii. Reverse Osmosis (Osmosis balik)
Hipertonis Hipotonis
H2O H2O
Diberi tekanan
Na+ H2O
Cl-
Berdasarkan sifat koligatif air uji: sifat alami air pindah dari yang hipotonis (kanan) ke hipertonis (kiri), dengan penambahan tekanan dari arah kiri ke kanan, maka air akan berpindah kembali ke hipotonis (terjadi osmosis balik) melalui suatu membran semipermeabel, hanya H2O yang dapat menembus membran ini, sedangkan Na+Cl- tidak dapat menembus.
Air ini harganya mahal.

Yang boleh digunakan sebagai pembawa obat suntik adalah air hasil destilasi dan osmosis balik

iii. Penukar ion
Cara:
• Penukar kation
H+ Na+
+ Na+ (K+, Ca2+, ...) + H+

• Penukar anion
OH- Cl-
• + Cl- (HCO3- ,NO3-, SO4-2, ...) + OH-

• H+ + OH- H2O aqua demineralisata

Hasilnya: Aquademineralisata (air yang tidak ada mineralnya)

Sumber air didapat dari:
 PAM (tergantung letak pabrik) tidak dipakai karena mengandung flour
 Air sumur bor


Alat yang digunakan dalam pembuatan air dari penukar ion:
a. Two bed








Jika alat two bed sudah jenuh, maka akan diregenerasi dengan HCl dan NaOH.
Na+ H+
+ HCl + Na+

Cl- OH-
+ NaOH + Cl-

b. Mixed bed
Prosesnya terjadi pemisahan berdasarkan bobot jenis.
Cara regenerasi dengan mengalirkan udara dari bawah, menyebabkan putaran-putaran gelembung, karena beda berat jenis maka yang berat akan ada di bawah dan yang kecil di atas. Kation dicuci dg HCl
Untuk bagian atas alat dimasukkan pipa yang terdapat NaOH yang dialirkan hanya pada bagian bawah saja. (bagian anion).

Catt:
Aquadem hasil dari penukaran ion tidak boleh untuk sediaan obat suntik karena masih terdapat:
 Zat yang tidak terionisasi (yang lewat dalam penukaran ion karena zat tersebut tidak mempunyai muatan)
 Jasad renik
 Debu.
Aquadem bisa digunakan, asal ke3 zat tersebut dihilangkan dengan cara:
 Debu: disaring dengan kertas saring
 Zat yang tidak terionisasi: disaring dengan karboadsorbrns/arang aktif
 Jasad renik: disaring dengan saringan bakteri

 Aqua steril pro injectione
Air yang digunakan untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas. Dikemas dalam vial 20 ml – 1l dan disterilkan dengan autoklaf untuk dicampur dengan obat padat sebelum disuntikkan.

 Aqua pro injeksi
Terdapat pada USP XXIII hal 1636, tidak ada di FI IV
Pembuatan: destilasi, osmosis balik
Guna: pelarut pembuatan injeksi (dalam jumlah besar).
Contoh: ampul vit C, injeksi vit B12 1000 δ/ml,

Pirogen
Gejala terkena pirogen: menggigil setelah ½ jam kemudian hilang kembali seperti semula.
 Untuk menghilangkan pirogen pada alat dengan oven 250oC selama 30 menit
 Untuk menghilangkan pirogen pada larutan:
• Cara klasik
Dengan Carbo Adsorben 0,1-0,3%
• Disaring dengan asbes
Mampu mnyerap pirogen kemudian disaring dengan G3 karena hasil filtrat mengandung serat-serat asbes.
• Filter molekular
(tangential flow filters) = pemisahan 2 molekul karena molekul pirogen lebih besar dari molekul zat, maka yang hanya lewat melalui saringan hanya molekul zat saja yang ukurannya lebih kecil dari pirogen.
Umumnya pirogen banyak terdapat dalam larutan infus.

2. Pembawa non air
a) Minyak nabati (Oleum Arachidis)
Minyak = cairan yang mengandung trigliserida dan asam lemak bebas.
Ester = senyawa gabungan dari alkohol dan asam organik.









Asam lemak bisa berupa :
 Asam palmitat
 Asam stearat
 Asam oleat









Obat suntik dengan pembaw minyak
 Vit A, D, E
 Menadion
 Testosterone profionat
 Estradiol benzoate

 Kualitas minyak ditentukan dengan Syarat dan Uji:
i. Bilangan asam
ii. Bilangan penyabunan
iii. Bilangan ion
i. Bilangan asam
Bilangan yang menyatakan jumlah asam organik yang terdapat dalam minyak tersebut.
Cara:
Minyak ditimbang dalam erlenmayer dengan bobot tertentu kemudian titrasi langsung dengan NaOH (N) dengan indikator phenoftalein hingga titik akhir titrasi (NaOH berlebih + indikator PP berubah warna menjadi merah muda), dimana H pada asam akan diganti Na.
Reaksi:



ii. Bilangan penyabunan
Cara:
Minyak ditimbang dalam erlenmayer dengan bobot tertentu, tambahkan NaOH (V.N) lalu dipanaskan, kemudian didinginkan (dg kondensor) ± 30 menit (untuk mencegah kehilangan air), setelah dingin NaOH berlebih dititrasi dengan HCl dengan indikator PP.
Reaksi saponifikasi =








Perhitungan :
NaOh awal diketahui, NaOH sisa diketahui, sehingga dapat diketahui bilangan penyabunan murni (NaOH total/awal-NaOH sisa/bilangan asam)

iii. Bilangan iod
Fungsi: untuk menentukan ikatan rangkap pada asam
Prinsip: bromometri
Cara:
Timbang minyak + KBrO3 (V.N) (KBrO3 mengoksidasi) + KBr(g) (stabilisator) + HCl menghasilkan Br2(berasal dari KBr/KBr teroksidasi)
Br2 berlebih + KI I2 dititrasi dengan tiosulfat.
Hanya Br2 yang masuk ke ikatan rangakap, I2 tidak.
KbrO3 (V.N) + KBr (g) Br2 + KI I2 + tiosulfat.
Reaksi adisi=



Kemudian sisa Br2 + KI I2(titrasi dg Na tiosulfat)
Perhitungan :
Br2 awal diketahui, Br2 sisa diketahui, sehingga Br2 yang mengadisi diketahui.

Pada bilangan iod digunakan Br2 karena iod tidak bisa mengadisi kecuali jika menggunakan ICl





 Jika bilangan asam terlalu tinggi bisa diperbaiki dengan (Olea Neutralisata ada Injectionem Pharmaope Belanda)
1. Dikocok dengan etanol 95% (minyak + etanol),asam lemak akan masuk kedalam larutan etanol
2. Ditambah larutan NaOH (Rx = bil asam)





3. Ditambah MgO padat,




b) Minyak sintetis
 Lebih mahal daripada minyak nabati
 Dipakai untuk suntikan hormon-hormon : etiloleat, propiloleat, metiloleat, isopropil miristat.
 Alkohol: etanol, benzil alkohol, propilalkohol, gliserin.

WADAH
Pustaka FI IV-1089
Wadah obat :
1. Kaca (ampul, vial, flakon, botol tetes, botol untuk cairan, dsb)
2. Plastik (untuk infus, tablet, cairan tetes, setengah padat dll)
3. Aluminium (salap/krim, strip/blister)
4. Seng

I. Kaca
 Syarat wadah kaca
Resistensi kimia, impermeable, transparan, tidak mudah pecah (mekanik tekanan), mudah dibersihkan.
 Wujud kaca
Campuran silikat, logam alkali dan kalsium:
(Alkali)2O.CaO.6 SiO2
dengan penambahan (B2O3, Al2O3) agar koefisien muai kecil, mempunyai daya tahan terhadap perbedaan suhu dan resistensi terhadap zat kimia.

 Tipe-tipe kaca dan batas uji (FI IV)
1. Tipe I = Kaca Borosilikat ketahanan tinggi
Rumus = SiO2 80%; Na2O + CaO + Oksida lain 6% ; B2O3 12%; Al2O3 2%.
Tipe uji: Kaca serbuk
Batas ukuran: (ml) semua
ml 0,020 N asam = 1,0
Kaca tipe ini merupakan kaca yang paling mahal dan bagus
Contoh: alat-alat gelas lab pyrex.

2. Tpe II = Kaca soda kapur terolah
Rumus = 2(Na+ gelas-) + SO2 (gas) + ½O2 + H2O(uap) 500oC 2(H+ gelas-) + Na2SO4
Tipe uji = ketahanan terhadap air
Batas ukuran (ml) : 100 atau kurang, diatas 100
ml 0,020 N asam = 0,7 (100/kurang); 0,2 (diatas 100).
Kaca tipe II dipakai untuk ampul karena murah.

3. Tipe III = kaca soda kapur
Rumus = SiO2 75%; Na2O 15%; CaO 10%.
Tipe uji = kaca serbuk
Batas ukuran (ml) : semua
ml 0,020 N asam : 8,5
Kaca tipe III merupakan tipe kaca yang paling jelek kualitasnya untuk dibuat ampul karena banyak Na+ yang dilepaskan dan tidak memenuhi syarat.

4. NP (non parenteral) = kaca soda kapur untuk penggunaan umum
Tipe uji = kaca serbuk
Batas ukuran (ml) = semua
ml 0,020 N asam = 15,0
Jumlah asam sulfat tergantung banyaknya volume

 Uji kualitas/ uji pelepasan/uji mutu
1. Powdered /Crashed Glass Test (untuk uji kaca serbuk).
Cara:
Wadah ditumbuk /dihancurkan sampai halus, kemudian diayak dengan pengayak yang cocok. Hasil ayakan diambil secukupnya (beberapa gram) dan ditambah air kemudian dipanaskan diautoklaf (tujuannya untuk pelepasan Natrium supaya masuk dan diserap air). Dinginkan, selanjutnya air jumlah tertentu dititrasi dengan asam (H2SO4 0,02 N) untuk mengetahui jumlah basa / Na yang dilepaskan oleh serbuk kaca tersebut.

2. Surface / Whole Container Test (untuk uji ketahanan terhadap air)
Surface yaitu bagian permukaannya saja / bagian dinding yang bersentuhan dengan air.
Cara:
Wadah utuh tidak diserbuk, diisi dengan air suling ditutup dengan aluminium foil, dipanaskan di autoklaf (agar Na+ melarut ke dalam air), dinginkan. Selanjutnya air tersebut dalam volume tertentu dititrasi dengan asam sulfat untuk mengetahui jumlah alkali/Na+ yang dilepaskan oleh dinding wadah kaca tadi.

3. Dengan indikator Merah-metil-asam (FI III)
Cara:
Wadah diisi dengan merah metil yang diasamkan dan ditutup dengan aluminium foil, dipanaskan diautoklaf, didinginkan, dan dilihat warnanya berubah / tidak. Apabila ada alkali/Na+ yang dilepaskan dari dinding gelas/kaca tadi maka warna indikatornya kuning.

Catt: Kaca tipe III paling jelek maka dibuat kaca tipe II terolah, banyak Na+ yang dilepaskan yang akan:
 Menguraikan/mengganggu zat berkhasiat
 Terjadi pengendapan.

Uji pelepasan alkali kaca tipe II tidak dilakukan menurut Powdered Glass Test sebab pada kaca tipe II wadah (kaca) tidak diserbuk karena Natrium yang ingin diketahui adalah Na yang terdapat di dalam wadah.

Cara pengolahan gelas tipe III menjadi tipe II:
 Kaca/gelas tipe II yang terdapat Na+ dialirkan gas SO2 + O2 + H2O di dalam suhu 500oC sehingga Na+ yang diikat menjadi Na2SO4
 Bilas dengan air untuk menghilangkan Na2SO4
2(Na+ gelas-) + SO2(gas) + ½ O2 + H2O 500oC 2(H+ gelas-) + Na2SO4

II. Plastik
 Ujud plastik:
 Senyawa polimer sintetik berbobot molekul tinggi
 Cair bila dipanaskan, padat pada suhu kamar.
 Guna:
 Wadah larutan infus (“blow-fill-seal”) / ampul
 Kantong penampung darah asal transfusi.
 Alat suntik (disposibel syringe)
 Botol plastik (tablet,dll)
 Tube krim/salep
 Selang plastik (IV)
 Strip dan blitser packing.

 Pembuatan Blow-fill-seal :
Blow : dialirkan udara steril ke dalam wadah plastik
Fill : Dimasukkan larutan steril bebas pirogen
Seal : tutup
Jadi : Granul plastik dipanaskan, meleleh, dituang ke dalam cetakan dengan tiupan, isi, tutup, dinginkan, lalu lepas dari cetakan.

 Uji mutu:
 Ekstraksi:
 Amoniak, Sulfat, Logam berat, sisa penguapan, reduktor.
 Kejernihan, sisa pemijaran
 Bau, rasa, dan pH
 Uji busa
 Uji biologi:
 Wadah diisi dengan larutan NaCl, etanol + NaCl (1:20), PEG 400, minyak nabati, kemudian disuntikkan pada tikus : I.V, I.C, I.P.
 Strip plastik ditanam dalam otot kelinci.
 Uji Absorpsi (Contact test)
 Wadah diisi dengan larutan zat pengawet, NaCl, eritrosit kemudian larutan diperiksa.
 Wadah diisi dengan ester + H2SO4 (sisa penguapan dari campuran ini diperiksa).
 Uji Fisika khusus
 Porositas terhadap udara/uap air/mikroba/kerapuhan.

Untuk menguji kejernihan wadah plastik (pada lautan infus) digunakan alat coulter counter
Caranya :
 Diuji menggunakan 20 wadah plastik dibuka kemudian isinya dimasukkan kedalam coulter counter





 Maksimal hanya boleh ada 5 kotoran yang terbaca
 Jika lebih dari 5 maka sediaan tidak memenuhi syarat kejernihan.
III. Aluminium
 Guna :
 Tube untuk sediaan setengah padat (salap/krim) tebal
 Tutup vial aluminium (diameter, tebal, panjang kaki)
 Strip dan blister packing (aluminium-foil) tebal
 Sachet (serbuk atau cairan)
 Menutup lubang alat gelas sebelum disterilkan (erlenmayer)
 Tutup vial aluminium tergantung daritebal karet
1. Tebal aluminium jangan tebal (mahal)/tipis (mudah dilepas), harus disesuaikan
2. Panjang kaki tutup vial aluminium

IV. Seng
Tutup botol ulir yang diseal (garis tengah, tebal, panjang kaki)

Addendum
- Bahan karet untuk tutup vial karet (diameter, kaki) (sintetik)

 Uji Mutu:
• Ekstraksi hasil refluks/otoklaf diperiksa: Sisa penguapan, kejernihan, rasa, bau, klorida, logam berat, amoniak, reduktor, oksidator, warna, pH: 5,2-7,0, Sulfida Volatil/larut.
• Uji Fisika kualitas karet:
 Fragmentasi : jumah partikel dihitung (3 per t.v.k)
 Self-seability (dengan alat suntik/piercing machine)
Menutup diri sendiri (Self-seability)
Vial dengan larutan didalamnya ditusuk dengan alat suntik, jangan sampai ada cairan yang keluar /menyemprot karet segera menutup setelah alat suntik dicabut
 Ageing test (700C = 168 jam)
 Closure Integrity test (dengan Natrium fluoresen)
Tidak ada hubungan dengan karet tapi dengan alatnya. Apakah mesin menutup denganbaik/tidak
Jika tekanannya kurang, mungkin akan ada celah antara karet & bibir vial, sehingga saat ditutup aka nada celah & menyebabkan isi vial bisa tumpah. Jadi mesin harus diatur seemikian rupa sehingga saat menekan tutup karet benar-benar rapat.
Nb. Pencegahan adsorpsi pengawet oleh t.v.k
t.v.k. + pengawet + H2O otoklaf (1150-1160C 30’ atau 1210=15’)

KOTAK DAN ETIKET
 Kotak : tebal karton : a. etiket dicetak
b. etiket ditempel
untuk sediaan suspense, vial, botol sirup, tubedsb
 Etiket
 Kejelasan, cukup besar
 Tidak luntur
 Nomor registrasi, nomor bets

STABILITAS OBAT

Sediaan apapun yang dibuat, harus diuji stabilitas obatnya. Apabila disimpan dalam suhu kamar, maka terurainya zat tersebut dalam jangka waktu sekian bulan/tahun.
 Stabilitas kimia, fisika, farmakologi dan bakteriologi masalah penting dalam pengembangan obat.
 Dipengaruhi oleh:
 Kalor, cahaya, oksigen, lembab, pH (pelarut) dan zat bantu
 Hidrolisis ester dan amida
 Cara deteksi stabilitas zat padat (kualitatif), antara lain:
 KLT : Antalgin (4-metil aminoantipirin)
 Analisis thermal (dikloksasilin X asam stearat)
 Azas uji: zat yang belum /sudah terurai.

Kondisi diperberat untuk menetapkan Stabilitas Obat
Uji Pelaksanaan
1. Zat padat
 Kalor dan kelembaban
 Adsorpsi lembab
 Segi fisika
2. Larutan air
pH

3. Cahaya
4. Oksidasi
4,20,30,37oC,37oC/75%RH,50,75oC
30,45,60,75,dan 90% RH pada suhu K
Ball milling

1,3,5,7,9(dan 11) pada suhu kamar 37oC refluks dalam 1 N HCl dan NaOH
UV (254 dan 366 nm) + cahaya biasa
Aliran O2

4 Jenis penguraian:
1. Hidrolisis oleh : H2O, H3O+, OH-, PH
2. Oksidasi : O2
3. Fotolisis : UV dan sinar tampak
4. Katalisis oleh : Fe2+, Fe3+, Cu2+, Ca2+, dst.

A. Uji Stabilitas terhadap suhu, terbagi menjadi 2:
1. Isoterm = suhu sama
Caranya: Menggunakan 3 suhu dan 3 oven uji : 60oC, 80oC, dan 100oC. Pada waktu-waktu tertentu ditentukan kadarnya (kadar awal diketahui).
2. Non isoterm = suhu tidak sama
Caranya: Menggunakan satu oven.
T : 60oC setelah 2 minggu ditentukan stabilitasnya
T : 80oC setelah 2 minggu ditentukan stabilitasnya.
T : 100oC setelah 2 minggu ditentukan stabilitasnya.

Dibuat secara kecil-kecilan 50 ampul untuk menguji stabilitasnya, disimpan pada suhu kamar, tetapi waktunya sangat lama , sehingga dilakukan penyimpanan pada suhu yang ditingkatkan (oven),digunakan 3 oven dengan suhu yang berbeda.

Misalnya : suhu 600, 750, 900C

Suhu
Waktu/minggu
600
750
900
0   
2   
4   
 Nilai hasil pengujian (nilainya turun terus)
Tujuan/azasnya : untuk mempercepat peruraian


Asas = Reaksi kinetika kimia
Berdasarkan reaksi kimianya dibagi:
I. Zero orde Reaction (reaksi orde nol)
Penguraiannya tergantung dari konsentrasi
Rumus:





catt: Apabila nilainya hampir sama atau tidak beda jauh maka dia itu reaksi tingkat 0
Grafik:
x



t
t ½ = waktu yang diperlukan untuk menguraikan zat tersebut menjadi setengah dari zat awalnya.

II. First orde Reaction (reaksi orde satu)
Tergantung dari konsentrasi
Rumus =


- ( ln c – ln c0) = k1.t
Ln c0 – ln c = k1.t





Catt: apabila nilainya berbeda berarti menunjukkan reaksi tingkat 1
Grafik:
log x



t

Uji Stabilitas pada suhu yang ditinggikan (Elevated temperature test):
1. Sediaan disimpan pada sekurang-kurangnya 3 suhu yang berbeda (tetapi konstan /isoterm).
2. Pada waktu tertentu kadarnya ditetapkan
3. Tentukan K:
a. Cara grafik (linearitas)
b. Cara substitusi (K)


4. Persamaan Arrhenius:
Rumus:
K = A.e-Ea/RT


5. Menghitung K/ penguraian (≈ stab) pada suhu lain:



NB= Uji stabilitas:
 Dibuat larutan, misal dengan pH=3,5; 7,9 (dapar)
 Panaskan pada suhu dan selama waktu tertentu
 Tetapkan kadar zat berkhasiat
Contoh:
 Adrenalin HCl/bitatrat (ph stabil=3,0; bila lebih tinggi disebut adenokrom); ph<3 = rasemisasi {≈fenilefrin})
 Vit C = pH stabil 5,8 (+ NaHCO3)
 Benzylpen pH= 6,7 (35oC=120 menit)

3 jenis grafik:
 Bentuk V (Benzilpen, prokain HCl)
 Bentuk sigmoid (Aspirin)
 Bentuk Gente (HCT)

B. Hidrolisis (peruraian oleh air)
Ester, amida atau laktam peka terhadap hidrolisis yang dikatalisis oleh H+ atau OH- (katalisis asam basa) + suhu
 Aspirin



Aspirin adalah ester (senyawa organik + alkohol)
Aspirin disimpan dalam jangka waktu lama (bertahun-tahun) akan terurai menjadi asam asetat + asam salisilat.
 Benzyl penisilin
pH=6,7 (dikatakan stabil dalam air selama 120 menit.








 Kepekaan terhadap hidrolisis
Laktam > ester > amida
 Mengatasi Hidrolisis:
Bentuk suspensi/padat, Kepolaran dikurangi, Kompleksasi, Pilih pH dengan penguraian terkecil bila memang masih memungkinkan.
C. Oksidasi (Bereaksi dengan oksigen/pelepasan elektron)
 Pemberian elektron berasal dari atom atau molekul. Seringkali oksigen diikat atau hidrogen dibebaskan.







 Oksidasi dipengaruhi oleh : cahaya, ion logam, oksigen dan senyawa pengoksidasi sendiri.
 Senyawa yang peka terhadap oksidasi:
a) Olefin (Karotenoid, vitamin A, asam lemak tak jenuh, terpen)
Proses reaksi tengik (rancid) karena ada ikatan rangkap dan gugus karboksilat
• H bereaksi dg suatu gugus, C yg ditinggalkan disebu radikal bebas ditandai dg bintang * yg bersebelahan dg atom C dan ikatan rangkap (H berhasil menjadi radikal bebas (*) dapat terjadi pada atom karbon yang bersebelahan dengan atom karbon (c) yang mempunyai ikatan rangkap)




• C yg ditinggalkan bereaksi dengan oksigen (O2) menghasilkan peroksida


• Kemudian Peroksida ini bereaksi dg H dari rumus awal sehingga terjadi pemutusan-pemutusan yg menimbulkan bau tengik.




Reaksi diatas disebut reaksi berantai dan berkesinambungan.
Asam stearat dan asam palmitat tidak mudah tengik karena tidak memiliki ikatn rangkap (jenuh)
b) Aldehida (Benzaldehida, sinamaldehida)
c) Eter (dietil ester)
d) Endiol (asam askorbat)
Asam askorbat mudah terurai jd keton shg perlu ditambah Na2S2O5








e) Hidroksimetil keton (prednisolon)
f) Fenol (fenol, resorsin, adrenalin, morfin)
Adrenalin yg saat ini digunakan adalah NOR adrenalin bitartrat



g) Amin tersier (atropin, morfin, ergotamin)
h) Alkohol (Benzilalkohol)

 Pencegahan oksidasi
a) Zat dalam bentuk larutan sejati:
 Air dididihkan selama 30’ terhitung setelah mendidih; didinginkan sambil dialiri gas N2.
 Tambahkan antioksidan dan pengkhelat
 Pencampuran sambil dialiri gas N2
 Wadah dialiri gas N2 sebelum ditutup
 Simpan di luar pengaruh cahaya
 bila mungkin ph 3-4

Zat peka terhadap oksidasi
Aquadest dididihkan selama 30’ (untuk menghilangkan oksigen), setelah itu didinginkan sambil dialirkan gas N2, kemudian dicampur dengan zat berkhasiat (yang peka terhadap oksigen) dan zat lainnya,kemudian disaring dengan kertas saring dan G3 (glass masir) lalu diisikan dalam ampul.

Cara pengisian ampul di Industri
Ampul diletakkan pada ban berjalan (dari kiri ke kanan) kemudian ampul tersebut di alir gas N2 sampai ke dasar, kemudian diisi dengan obatnya lalu ujungnya dialiri kembali denga gas N2 kemudian ampul ditutup.
Ada 2 cara penutupan ampul:
1. Tip sealing
Caranya: Ujung ampul dipanaskan (dilewatkan) di api sehingga kedua ujungnya akan ketemu.
Cara ini tidak digunakan lagi karena kelemahannya akan terdapat celah yang mengakibatkan ampul bocor dan sediaan tidak steril.
2. Pull sealing
Caranya: ampul dipanaskan (diewatkan) di api pada sedikit dibawah ujung ampul kemudian ditarik.

b) Zat padat
Setelah diwadahi: vakumkan atau aliri N2

 Antioksidan
 Guna:
 Mencegah teroksidasinya zat aktif, agar tidak terjadi penguraian kimia dan perubahan khasiat farmakologi.
 Kebanyakan antioksidan menyediakan elektron atau H+, yang akan bereaksi dengan radikal bebas untuk menghentikan reaksi rantai.
 Prerekuisit adalah antioksidan dioksidasi lebih dulu daripada zat aktif.
 Jenis antioksidan:
 Larut dalam air
Golongan sulfit (0,1%) : - Na2S2O5 = Na pirosulfit/Na metabisulfit
- NaHSO3 = Na bisulfit/Na hidrogen sulfit
- Na2SO3 0,1%= Na sulfit
Ket : Na2S2O5 dan NaHSO3 jika wadahnya dibuka akan mengeluarkan gas SO2 secara spontan, sehingga harus ditentukan dulu kadarnya (cara iodometri karena SO2 bereaksi dengan iodium).
Na2SO3 tidak melepaskan gas SO2.
Na2S2O5 dan NaHSO3 dilarutkan dalam air pH nya dibawah 7, sedangkan Na2SO3 dilarutkan dalam air pH nya diatas 7.
Apabila dalam persediaan tidak ada Na2S2O5 & NaHSO3 dapat digunakan Na2SO3 dengan syarat pHnya diturunkan sampai dibawah 7.
Na2S2O5 sebagai stabilisator dari vitamin C, lidokain, NOR Adrenalin.
Contoh lain yang larut dalam air: Na Formaldehid Sulfoksilat 0,1% tioureum, vit C.

 Larut dalam minyak
Propil-, oktil- dan dodesil-gallat (0,1%), BHA (Butil Hidroksinol) (0,02%), NDGA (0,01%), α, γ, dan δ tokoferol (0,01-0,1%).
Minyak suatu media yang sangat sulit terjadinya oksidasi sehingga antioksidan tidak digunakan.

 Senyawa pengkhelat
Edta-Na2 (0,1%), asam sitrat (0,02-1%), asam tartrat (0,002-1%).
NB: Penetapan kadar zat berkhasiat tidak terganggu oleh antioksidan.

D. Fotolisis
Cahaya[Cahaya matahari: 290-780 nm. UV antara 290-320 nm (=0,2% dari cahaya matahari) fotolisis] mengkatalisis oksidasi, untuk sebagian juga hidrolisis.
Energi yang dimiliki cahaya: E = h.D
h : konstanta Planck (6,625 x 10-27erg/detik)
D : Frekuensi radiasi (H2/detik) (c/λ)
Jenis Λ (nm) E (Kcal.mol-1)
1. UV
2. Cahaya tampak3. IR 50-400
400-750
750-10.000 286-72
72-36
36-1
Keterangan:
 Akibat 1 : elektron di kulit luar terlepas, mol.vibrasi, memutuskan ikatan kimia (radikal bebas).
 Akibat 2 : mol.vibrasi
 Akibat 3 : mol. Bergerak dan rotasi

Akibat absorpsi radiasi elektromagnetik:
1. Mol. Yang mengabsorpsi pecah (terurai)
2. Energi diretensi hingga saat digunakan secara kimia atau ditransfer ke mol. Lain yang mungkin saja diuraikan
3. Energi diubah menjadi kalor tanpa reaksi
4. Mol. Yang menyerap membebaskan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda (fluoresensi/fosforesensi) tanpa terjadi penguraian.

Uji transmisi cahaya dengan spektrofotometer (FI IV)
Cara mencegah fotolisis:
 Gunakan wadah berwarna
 Wadah tak berwarna disimpan dalam kotak karton
 Ditutup aluminium foil/blitser.

E. Senyawa Pengkhelat (Chelating agents)
Guna: Mengikat ion logam yang mengkatalisis rekasi oksidasi menjadi kompleks khelat.
Logam berat biasanya ikut dalam/pada sintesis & logam berat ini memungkinkan peruraian sehingga logam berat tersebut harus diikat dengan Na2EDTA (dinatrium Edta)
Khelasi : adalah pembentukan struktur siklis yang memiliki stabilitas termodinamika dan stabilitas terhadap suhu, sama halnya dengan cincin aromatik.
Yang banyak digunakan adalah : Dinatrium edetat (Complexon III, Dinatrium Edta)
















Reaksi tersebut(logam Cu) ada 2 macam ikatan:
- Ikatan ionik
- Ikatan kovalen
Pengkhelat yang bisa digunakan : Al3+
Al3+ ikatan kovalennya tetap 2, tetapi ikatan ioniknya 3.

Pembentukan komplek khelat dimungkinkan karena:
1. H+ asal gugus asam primer diganti oleh ion logam dan
2. Gugus netral yang memiliki atom dengan sepasang elektron bebas.
NB:
- Lebih tinggi valensi suatu ion, lebih besar kecenderungannya membentuk khelat
- Perhatikan pH tinggi yang mengionisasi Dinatrium-Edta.

F. Rasemisasi (Pemutaran bidang polarisasi)
Adalah proses yang mengubah senyawa aktif optik sebanyak 50% menjadi enantiomer/antipodanya.
Rasemisasi untuk memutar pada bidang polarisasi (alatnya polarimeter).
- Rasemisasi mengikuti reaksi tingkat satu
- Kecepatan rasemisasi tergantung dari suhu, pelarut (kepolaran turun, maka t ½ naik), Katalisator (H3O+ & OH->> pH), kekuatan ion (kekuatan ion naik, maka t ½ turun) dan pengaruh cahaya.

NB: l-adrenalin 12-20 kali lebih kuat daripada d-adrenalin.
Asimetrik (*) : atom karbon yang dikelilingi 4 gugus yang berbeda mampu memutar bidang polarisasi, berpengaruh pada khasiat farmakologinya.

G. Bakteriostatika / Bakterisida (Zat pengawet)
Digunakan dalam hal:
 Dosis ganda (vial, botol tetes, botol sediaan peroral)
 Pembuatan aseptik
 Sterilisasi uap air mengalir + O-kresol 0,2% (FI III)

Syarat:
 Memenuhi syarat farmakope
 Efektif sebagai bakteriostatika/bakterisida
 Tersatukan dengan zat berkhasiat
 Larut baik dalam pembawa yang diapakai
 Tidak mengganggu penentuan kadar zat berkhasiat

Tidak boleh dipakai untuk:
 i.v sekali suntik > 15 ml
 Suntikkan ke dalam sumsum tulang belakang (intratekal, intra sist, peridural, intralumbal), intra cardial & intra arterial (meningitis aseptik/ radang pada selaput otak).
.
 Zat pengawet untuk minyak (bukan media baik untuk pertumbuhan jasad renik):
Contoh: Benzil alkohol 2%, Kloreton 4%, Fenol 0,5%, Kresol 0,3%, Klorkresol 0,1%.

 Zat pengawet untuk air:
1. Fenol 0,5% (untuk pH kurang dari 7)
Setelah 1 jam steril- Ph Ind 74-720
Perhatikan:
 Bekerja dalam suasana asam. Jika dalam suasana basa menghasilkan Na-Fenolat.
 Wujudnya kering, kristal halus putih, penyimpanan lama warna merah dan cair (cairan merah jangan dibuang tetapi bisa digunakan dengan cara destilasi suhu 170oC dengan pendingin udara).
 Fenol + gliserin; fenol + tween 80 (daya bakterisidnya menurun, berkurang ,karena diikat oleh tween 80)
 Fenol dalam suasana basa (tidak ada daya bakterisidnya karena terbentuk Na-fenolat).

2. Ortho-kresol 0,3-0,5% (untuk pH lebih dari 7)
Tahan dalam suasana basa
(kresol = campuran o-,m- dan p- kresol 0,3%)

3. Klorkresol 0,2% (4-kloro m-kresol)
Aktif dalam suasana basa
Mis. Untuk Aminofillin (pH>7)

4. Kloreton (klorbutanol) 0,5%
- Tidak tahan suhu sterilisasi (akan terurai)
- Tidak boleh dalam suasana basa (JAPHA ’59-390)
- Kloreton dilarutkan dengan pemanasan pada suhu 60oC.

5. Fenil merkurinitrat 0,001-0,002% (BP)
- Tahan pemanasan
- tto dengan halida, asam, logam berat, reduktor
- Ada juga : fenilmerkuriborat/asetat




6. Nipagin (metil paraben ) 0,15%
- Larut dengan pemanasan
- Untuk obat tetes mata, krim
- Biasanya dikombinasi dengan Nipasol
- Tunggal berkhasiat terhadap kapang

7. Nipasol (propil paraben) 0,05%
Sifat dan gunanya seperti nipagin
Catt: u/ nipagin & nipasol:
 Bila dikombinasi : khasiatnya terhadap jasad renik
 Aktif pada pH 4-6
 Tahan pemanasan, dipengaruhi tween 80
 Efektif terhadap kapag dan bakteri gram (+) bila dikombinasi

8. Benzilalkohol
- Mempunyai daya anestetik lokal lemah
- Bila teroksidasi (benzaldehida : dest dulu)
9. Asam sorbat


Catatan:
 Antaraksi antara pengawet dengan zat tertentu:
 Paraben + Tween 80 = menurun
 Fenol + Tween 80 = menurun
 Setil piridium klorida (amon kuartern) + Tilosa = menurun
 Asam sorbat + PEG 4000/6000 =menurun
 Benzilalkohol/kloreton + tilosa=menurun
 Kloreton + Tween 80 =menurun
 Kresol + Kinin HCl = menurun
 pH meningkat + menurun, suhu meningkat=meningkat, penambahan garam anorganik=meningkat
 Uji aktivitas zat pengawet:
- Dibandingkan dengan Fenol 0,5% (BPC)
Syarat : larutan yang mengandung bakteri vegetatif 106 per ml + bakterisid >> harus steril setelah 3 jam

H. Dekarboksilasi
Jarang terjadi
Zat padat mengalami dekarboksilasi pirolitik oleh pemanasan cukup tinggi (25-30 Kcal)
Contoh terkenal adalah degradasi PAS Natrium menjadi m-aminofenol dan CO2 (mengikuti reaksi tingkat 1).

STABILITAS FASE PADAT

• Bentuk sediaan padat yang mantap dan efektif tergantung dari pilihan bahan bantu untuk memudahkan pemberian, pelepasan yang optimal, bioavailabilitas yang baik dan pencegahan peruraian
• Stabilitas fase padat berbeda dengan stabilitas larutan, tablet, atau kapsul dapat diliputi oleh air sebagai film pada permukaan dan merubah kinetika, pH dan kekuatan ion. Khusus tablet yang mengandung 2% b/b air (untuk memungkinkan kompresi yang baik) mampu menyebabkan rekasi kimia antara zat berkhasiat dan bahan tambahan dalam larutan jenuh,(mengakibatkan hidrolisis pada permukaan kristal).
• Analisa termal digunakan untuk menentukan ada tidaknya antaraksi fisiko-kimia antara zat-zat dan gejala polimorfise, yakni sbb:
Zat berkhasiat + zat bantu kemudian dicampur (1:1 atau 1:10 tergantung dari dosis), lalu ditentukan degan DTA/DSC dan konfirmasi secara KLT (setelah penyimpanan pada suhu dan kelembaban yang ditingkatkan).
PS. Suhu 50oC selama 3 minggu ≈ 12 minggu suhu kamar.

Ket:
1. Dicloxacillin
2. Dicloxacilin 73%; laktosa 23%; asam stearat 4%.
3. Dicloxacilin 93%; asam stearat 7%.


NB: titik lebur ditentukan sbb:
1. Dengan kapilar (=jarak lebur)
2. Dengan mikroskop (=awal peleburan jd 50%- selesai)
3. DTA (Diff Thermal Analisis) atau DSC (Diff Scanning Calorimetry)
Uji mutu antibiotik yang disajikan dalam kapsul dengan DSC dan KLT
Perbedaan titik lebur ditentuka dari selisihnya pada poros Y dengan ciri khasnya puncak dan letak dari zat yang ditentukan.
Pincak lebih tinggi dan lebih kekanan menunjukkan hasil lebih bagus.

1. Polimorfisme
 Polimorf adalah senyawa padat dengan sekurang-kurangnya dua susunan molekul/atom yang berbeda (jenis kristal yang berbeda), namun sifat sama dalam fase cair atau uap. Contoh: Karbon, Kloramfenikol
 Perbedaan polimorf dalam hal: titik lebur, kelarutan, bobot jenis, dan tekanan uapnya.
 Dua jenis transisi:
 Enantiotropik
Dengan mengatur suhu atau tekanan, bentuk polimorf suatu senyawa bisa diubah secara reversibel menjadi polimorf lain.
 Monotropik
Bentuk polimorf yang tidak stabil pada semua suhu dan tekanan.
 Deteksi polimorfisme:
 Uji disolusi : bentuk metastabil >> laju disolusi cepat
 Sinar X (X-Ray diffraction)
 Analisis Infra Merah
 DSC (Differential Scanning Calorimetry) & DTA (Diff Therm Analysis).
 Mikroskop listrik
 Akibat polimorfisme (yang dikemas dalam vial untuk obat suntik)
 Pertumbuhan kristal dalam suspensi dan krim mengakibatkan bioavailabilitas dipengaruhi (jadi besar)
 Kemungkinan pengendapan dari polimorf yang kurang larut dalam bentuk sediaan cair.
 Bioavailabilitas buruk karena polimorf kurang larut (Novobiocin amorf : absorpsi baik; kristal tidak)
 Transisi kristal karena dihaluskan atau granulasi basah
 Stabilitas kimia buruk (Penisilin G amorf kurang stabil daripada garamnya berbentuk kristal).



2. Mutu tablet
Dalam rangka pembuatan tablet yang bermutu perlu dilakukan uji khusus pada tahap pembuatan tertentu:
a. Granulat (dalam bentuk granul):
• Homogenitas
• Kadar air
• Sudut diam/sifat alir
• Kompresibilitas
b. Tablet sedang dicetak:
• Kekerasan tablet
• Keseragaman bobot
c. Setelah tablet selesai dibentuk/tablet jadi:
• Kekerasan
• Disintegrasi
• Friabilitas
• Disolusi

STABILITAS SUSPENSI

Suspensi adalah zat padat yang terdispersi secara homogen dan halus dalam suatu pembawa (air/minyak) dengan tambahan pengental (sspending agent)
Disajikan dalam suspense jika zat aktif tidak larut dalam pembawa.

Suspensi:
 Pembawa air (contoh: Deksametason, Kloramfenikol palmitat)
 Pembawa non-air (Prokain penicilin G)

a. Jumlah zat padat :0,5-5% (antibiotika 30%)
b. Viskositas tergantung dari:
 Jumlah zat padat
 Pensuspensi (HPMC, Aluminium monostearat)
 Sifat dan campuran pembawa
c. Kemudahan sedot (syringe-ability)
d. Tiksotropi
Rate of
shear

rpm
Shearing stress/gaya
e. Tidak “caking”
f. Rekonstruksi cepat
g. Ukuran partikel serba sama (Polimorfisme >> bioavailabilitas >> syringe-ability dipengaruhi)
h. Zat padat terflokulasi (floculated) >> struktur endapan longgar
NB: Deflokulasi atau non flokulasi : struktur padat

Suspensi bermutu:
 Rekonstruksi dengan pengocokan ringan = homogen
 Mudah dituang/disedot dengan alat suntik
 Ukuran dan bentuk kristal stabil
 Bioavailabilitas baik
 Memenuhi syarat kadar


STABILITAS FASE SETENGAH PADAT (SEMI SOLID)

1. Salep: mata, kulit
2. Krim (M/A)

Syarat salep & krim:
 Basis tidak “pecah”
 Konsistensi normal
 Ukuran partikel tetap
 Homogen

Uji stabilitas salep/krim:
Eva
luasi warna, bau pH Kon
sistensi Ukuran partikel Sta
bilitas Daya
sebar (spreadability) Sterilitas
Salep  -     
Krim       - *)

*) Jumlah jasad renik dalam krim maksimal 105 per g
(“Kumpulan Peraturan perundang-undangan Bidang kosmetika, Alat kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan Rumah tangga”, Ditjen POM,Depkes RI).

Ikhtisar Uji Mutu Bentuk Sediaan:
Bentuk sediaan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Khusus no .(3)
1. Aerosol
2. Ampul
3. Krim, salep, pasta, gel
4. Dragee:
- Khusus
- Normal
5. Granul
/serbuk
6. Kapsul:
- Keras
- Lembek
7. Cairan, sirop, tetes, tingtur
8. Serbuk
9. Suppositoria
10. Suspensi
11. Tablet:
- Normal
- Khusus
12. Ampul
(isi serbuk) -

-











-





 




-
-

-

-



-
-


-
-
- 



















 



















 



















 



















 41o,51o,61o=12mggu
51o,61o,71o,81o=idem
41o,51o,61o=idem



41o,51o,61o,71o,81o=sda
21oC/52%,31oC/70%=sda

Spt no 4


41o,51o,61o,71o,81o=sda


41o,51o,61o,71o,81o=sda
Spt no 4
Spt no 1
41o,51o,61o,71o=sda


Spt no 4


Spt no 7

Ket:
(1) Uji pengaruh cahaya, pada penyinaran dengan lampu xenon selama 24 jam
(2) Uji pengaruh suhu rendah, disimpan pada -10oC selama 4 minggu
(3) Uji reaksi kinetika, semua menggunakan reaksi kinetika
(4) Uji pengaruh perubahan suhu, disimpan pada 4oC-41oC selama 4 minggu (kenaikan suhu setelah 24 jam).
(5) Uji pengaruh kelembaban, disimpan pada 21oC/60%; 26oC/65%; 31oC/70% hingga bobot tetap
(6) Uji susut bobot, disimpan (tegak lurus dan terbaring) pada 51oC selama 12 minggu.

Pengamatan Uji Mutu:
a) Aerosol:
2. Penampilan, rekonstruksi, ukuran partikel (suspensi)
3. Bau, katup, penampilan, rekonstruksi (suspensi), pH, penguraian zat, kadar
4. Penampilan, rekonstruksi, ukuran partikel.
6. Kehilangan bobot.

b) Ampul:
1. Penampilan, penguraian zat
2. Penampilan, kejernihan
3. Penampilan, kejernihan, pH, isotoni (bila ada), penguraian zat, kadar zat.

c) Krim, salep, gel, pasta, emulsi:
2. Penampilan, homogenitas, konsistensi/viskos, ukuran partikel.
3. Penampilan, bau, pH, pengawet zat, kadar zat (zat pengawet diuji seperti zat berkhasiat)
4. spt no.2

d) Dragee (normal, khusus):
1. Penampilan, penguraian zat
3. Penampilan, disintegrasi, disolusi, keragaman bobot, penguraian zat, kadar zat.
5. Penampilan, disintegrasi, disolusi, keragaman bobot, kekerasan
e) Granul/serbuk:
1.seperti 4.1
3. Penampilan, disintegrasi, disolusi, susut pengeringan, penguraian zat, kadar zat.
5. Penampilan,susut pengeringan, disintegrasi, disolusi.

f) Kapsul (keras, lembek):
1. Penampilan kapsul
3. Penampilan, susut pengeringan, penguraian zat, kadar zat.
5. Penampilan,kelenturan, disintegrasi, disolusi, keragaman bobot.

g) Cairan, sirop, tetes, tingtur:
1. seperti 4.1
2. Penampilan, kejernihan
3. Penampilan, pH, Penguraian zat, kadar zat (zat pengawet diuji seperti zat berkhasiat).

h) Serbuk:
3.Penampilan, susut pengeringan, penguraian zat, kadar zat, sifat tabur.
5. Penampilan, sifat tabur, tambahan bobot, atau susut.

i) Suppositoria:
1.seperti 4.1
3. Penampilan, penguraian zat, kadar zat
4. Penampilan, daya larut, sifat meleleh, ukuran partikel.

j) Suspensi:
1. Seperti 4.1
2. Penampilan, rekonstruksi, ukuran partikel
3. Penampilan, bau, rekonstruksi, pH, penguraian zat, kadar zat (zat pengawet diuji seperti zat berkhasiat)
4. Penampilan, rekonstruksi, pH, ukuran partikel

k) Tablet (normal, khusus):
 Normal:
1.Seperti 4.1
3.Penampilan, disintegrasi, disolusi, keragaman bobot, susut pengeringan, penguraian zat, kadar zat.
5.Penampilan, keragaman bobot, kekerasan, disintegrasi, disolusi.
 Khusus:
1.seperti 4.1
3. Penampilan, keragaman bobot, kekerasan, penguraian zat, kadar zat
5.1. Tablet depot:
Penampilan, keragaman bobot, kekerasan, disolusi
1.2. Tablet efervesen:
Penampilan, kekerasan, disolusi
1.3. Tablet hisap:
Penampilan, kekerasan, disintegrasi, keragaman bobot.

l) Ampul (isi serbuk => liofilisasi):
1.seperti 4.1
3.Penampilan, penguraian zat, kadar zat, warna, kejernihan, pH.

NB: Untuk suspensi: penampilan, rekonstruksi, pH.

UAS TERAPI

Jawaban Soal UAS FARMAKOTERAPI
URINARY TRACT INFECTIONS (UTI)
1. Bedakan batasan UTI complicated dengan yang Uncomplicated dan berikan contoh pengobatan untuk status masing2.
Jawab:
 UTI Uncomplicated adalah infeksi dimana tidak ada kelainan struktural / neurologik pada saluran kemih yang menganggu aliran normal dari urin dalam mekanisme/ sistem pengeluaran urin.
Terapi Eradikatif untuk Uncomplicated UTI:
a. Sefalosporin: Cefaclor, Cefadroxil, Cephalexin, Cepharadine.
b. Penisilin: Amoksisilin, Amoksisilin-Klavulanat, Ampisilin, Bakampisilin, Siklasilin.
c. Sulfonamid: Sulfacytine, Sulfamethizole, Sulfamethoxazole, Sulfisoxazole.
d. Tetrasiklin: Tetrasiklin, Doksisiklin, Minoksiklin.
e. Miscellanous: Cinoxacin, Asam Nalidiksat, Nitrofurantoin, Trimetoprim, Trimetoprim-Sulfametaksazol.
 UTI Complicated adalah hasil dari ketidaknormalan / penyimpangan saluran kemih, karena adanya batu, penggunaan kateter yang lama, pembesaran kelenjar prostat, kekurangan neurologik / infeksi dari saluran normal pasien dengan penyakit dasar / yang diperoleh dari RS.
Terapi Eradikatif untuk Complicated UTI:
a. Aminoglikosida: Gentamisin, Tobramisin, Amikasin.
Spektrum: Gram Negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa.
b. Antifungi: Ampoterisin B (Candida), Flucylosine (Candida, Cryptococcus), Fluconazole (Candida, Cryptococcus).
c. Sefalosporin: Sefazolin, Sefiksim, Sefotaksim, Seftizoksim.
d. Penisilin: Ampisilin (E. coli, Proteus), Karbenisilin-Indanil Sodium (Gram negatif, Pseudomonas), Meklosilin, Piperasilin.

2. Sebutkan beberapa bakteri gram positif dan negatif yang dapat menyebabkan terjadinya UTI.
Jawab:
Bakteri Gram Negatif: Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella aerogenes, Pseudomonas aeruginosa, Coliform lainnya.
Bakteri Gram Positif: Enterococci, Staphylococci, lainnya.




GASTROINTESTINAL INFECTIONS (GI)
1. Sebutkan beberapa bakteri yang lazim sebagai penyebab GTI. Dan jelaskan 3 sifat utama kebanyakan bakteri yang dapat menimbulkan GTI.
Jawab:
 Bakteri penyebab GTI
Virus: Rotavirus & Norwalk virus.
Bakteri: Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Vibrio & E. coli.
Parasit: Giardia lamblia, Entamoeba histolytica & Cryptosporidium.
 3 sifat utama:
o Kemampuan memproduksi enterotoksin
o Kemampuan untuk menempel pada mukosa & menyebabkan peradangan
o Kemampuan untuk menyerang secara lengkap mukosa intestinal / usus

2. Apa yang saudara ketahui tentang terapi Rehidrasi, Terapi pendukung & Antimikroba yang dapat diberikan untuk GTI.
Jawab:
a. Terapi cairan & elektrolit
Pengobatan utama untuk semua tipe infeksi diare adalah penggantian cairan & elektrolit. Ada 2 tujuan utama dalam menangani pasien yang kehilangan cairan pada GE, yaitu
 Rehidrasi: penggantian cairan yang hilang merupakan pengobatan agresif dalam menangani dehidrasi
 Terapi pemeliharaan: penggantian terus menerus dari cairan & elektrolit setelah pasien menderita dehidrasi.
Cairan dapat diberikan melalui rute oral / IV, tergantung keparahan dari cairan yang hilang & kemampuan pasien untuk mempertahankan pengambilan oral. Jika pengambilan pasien ≤ output, terapi IV direkomendasikan. Volume dari cairan yang diberikan tergantung ukuran tubuh dari individu, kehilangan kotoran, derajat dehidrasi / adanya demam. Pasien dengan dehidrasi berat bisa membutuhkan 10-20 ml/kg bolus gram normal.
Cairan harus mengandung karbohidrat sebagai energi tambahan untuk mengobati hipoglikemia.
Cairan IV dari KCl 20-40 mEq/l harus mengandung serum Kalium adequate setelah kekurangan dapat diatasi.
Cairan mengandung ½ sendok teh garam & 8 sendok teh gula dalam 1 liter air.
4 sendok teh gula, ¾ sendok teh garam & 1 sendok teh Na2CO3 dalam segelas orange jus pada 1 liter air. Cairan ini berisi Na2CO3 & mungkin lebih baik untuk pasien hipokalemia.



b. Terapi pendukung
Penggunaan obat antidiare dalam pengobatan infeksi GTI GE tergantung pada sebagian produk, agen yang menginfeksi & umur dari pasien. Antidiare seperti tinctur opium, Loperamid & Diphenil atropin dianggap aman & dapat mengurangi frekuensi BAB pada beberapa tipe dari infeksi self-limiting GE yang akut pada orang dewasa & anak2, akan tetapi obat yang memperlambat motilitas GI dapat meningkatkan durasi & keparahan penyakit sebab terjadi peningkatan waktu kontak bakteri dengan mukosa khususnya jika patogenesis dari infeksi adalah penyerangan mukosa.

c. Terapi antimikroba
Tidak ada obat antimikroba yang efektif untuk viral GE. Penggunaan AB untuk mengobati bakterial GE tergantung pada organisme penyebab infeksi, keparahan & kekronikan pada proses infeksi serta efektivitas dari AB dalam mengurangi keparahan / keadaan pembawa dari penyakit karena kebanyakan infeksi GE pada pasien ambulatory adalah sel berat / telah menyebar, sehingga dengan keadaan lemah.

CENTRAL NERVOUS SYSTEM INFECTIONS (CNSI)
1. Bedakan antara Meningitis dengan Enchepalitis.
Jawab:
Meningitis umum didefinisikan sebagai peradangan pada membran otak / spinal cord. Sedangkan Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak.

2. Cara membedakan diagnosis antara infeksi Bakterial dengan infeksi Fungal serta dengan infeksi Viral dalam kasus Meningitis.
Jawab:
Tampilan White blood cell (106/liter(mm-3)) Tipe Protein Rasio glukosa CSF/Serum
Bakterial Keruh >500 Polymorphonuclear Meningkat 50%
Fungal Jernih 10-500 Mononuklear termasuk limfosit dan / atau monosit Meningkat Bervariasi
Viral Jernih 10-500 Mononuklear termasuk limfosit dan / atau monosit Normal / meningkat 50%
CT-scan & MRI adalah diagnostik untuk mendeteksi pembengkakan otak.







3. Prinsip utama yang harus diperhatikan dalam seleksi terapi Meningitis. Berikan contoh obat2 pilihannya.
Jawab:
a. Pencapaian & pemeliharaan konsentrasi obat AB yang cukup dalam CSF / cairan ekstraselular otak.
b. Aktivitas mikrobiologi AB saat dalam CNS
c. Penurunan / merubah respon peradangan dalam CNS
d. Secara efektif menangani komplikasi yang dihasilkan dari infeksi.

Obat2 pilihan:
Usia Obat
Neonatal (hingga 2bulan) 1. Ampisilin / Penisilin + Aminoglikosida
2. Sefotaksim; Seftriakson; Seftisoksim; Sefuroksim; Vankomisin; Nafsilin
Bayi & Anak (2 bulan – 10 tahun) Ampisilin & Kloramfenikol / Sefotaksim; Seftriakson; Sefuroksim; Penisilin
Remaja & Dewasa (>10 tahun) Penisilin / Ampisilin / Sefotaksim; Seftriakson; Seftazidim
Adanya trauma / pembedahan 1. Penisilin + Nafsilin + Aminoglikosida
2. Sefotaksim; Seftriakson; Seftazidim; Vankomisin (alergi Penisilin)

VIRAL DESEASE Non HIV dan HIV
1. Berikan contoh obat2 antiviral pilihan untuk:
a. Herpes simplex: Acyclovir
b. Hepatitis kronik: Interferon α-2b
c. Infeksi Cytomegalovirus: Ganciclovir / Foscarnet
d. Infeksi Varicella zoster: Acyclovir, untuk yang resisten Acyclovir gunakan Foscarnet

2. Jelaskan mekanisme kerja farmakodinamik & ES yang lazim timbul pada pemberian Interferon Alpha.
Jawab:
Interferon manusia adalah senyawa alami yang muncul dengan komplek antiviral, menstimulir pembentukan daya tahan tubuh & kerja antineoplastik. Mempunyai 3 kelas, yaitu Alfa, Beta & Gamma. 3 bentuk Interferon alfa, yaitu alfa-2a (Roferon-A), alfa-2b (Intron A) & alfa-n3 (Alferon N).
Mekanisme dari kerja Antiviral:
Interferon alfa mempunyai efek ganda dalam siklus replikasi virus. Setelah berikatan dengan membran sel inang, obat memblok:
- Masuknya virus kedalam sel
- Sintesis dari RNA virus pesan & protein virus
- Perkumpulan & pelepasan virus



Farmakokinetik:
Tidak diabsorpsi secara oral, tapi pemberian secara parenteral (IM & SM). Tingkat plasma obat 4-8 jam. Inaktivasi muncul secaracepat pada cairan tubuh & jaringan.
Efek samping:
Menyebabkan sindrom seperti flu dengan ciri2:
- Demam
- Fatigue
- Mialgia
- Sakit kepala
- Menggigil
Gejala dapat diminimal dengan terapi yang berkelanjutan.
Beberapa gejala (demam, sakit kepala, mialgia) dapat dikurangi dengan Asetaminofen. Beberapa ES lain: anoreksia, kehilangan berat badan, diare, sakit perut, dizziness & batuk. Pemberian lama / dosis tinggi dapat menyebabkan menekan sumsum tulang; neurotoksik termasuk fatigue & depresi; rambut rontok; kegagalan fungsi tiroid & mungkin kardiotoksisitas.

3. Jelaskan persamaan & perbedaan antara HIV Infection dengan AIDS.
Jawab:
HIV (Human immunodeficiency virus) adalah mikroba yang AIDS. HI V menyebabakan defisiensi imun dengan membunuh limfosit CD4 T (sel CD4 T) yang dibutuhkan untuk respon imun. Hasil dari defisiensi imun, pasien mempunyai resiko infeksi & neoplasma.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu sindrom pada individual yang positif HIV serta:
- Jumlah sel CD4 T dibawah 200 sel/µl, atau
- Mempunyai penyakit yang menyertai, yaitu Pneumocystis carinii pneumonia, Cytomegalovirus retinitis, Disseminated histoplasmolisis, TBC & Kaposi’s sarcoma.

4. Jelaskan tentang klasifikasi obat Antiretroviral & berikan regimen pilihan untuk Multidrug therapy awal untuk infeksi HIV.
Jawab:
Klasifikasi Obat Antiretrovirus:
a. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI)
 Didanosin = Videx
 Lamivudin = Epivir
 Stavudin = Zerit
 Zalcitabine = Hivid
 Zidovudin = Retrovir
b. Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (Non-NRTI)
 Delavirdin = Rescriptor
 Nevirapin = Viramune
c. Protease Inhibitors
 Indinavir = Crixivan
 Nelfinavir = Viracept
 Ritonavir = Norvir
 Saquinavir = Invirase

Pilihan untuk Multidrug therapy awal untuk infeksi HIV:
a. Regimen pilihan: 1 PI + 2 NRTI
Ke-3 obat tsb harus mengandung 1 PI & 2 NRTI sehingga memberikan manfaat klinik & mereduksi plasma HIV RNA dibawah batas aman pada sebagian besar pasien yang diterapi dengan obat ini.
Protease Inhibitors Kombinasi NRTI
Indinavir Zidovudin + Didanosin
Nelfinavir Zidovudin + Zalcitabin
Ritonavir Zidovudin + Lamivudin
Saquinavir Stavudin + Lamivudin
Stavudin + Didanosin
b. Regimen alternatif: 1 NNRTI + 2 NRTI
Ke-3 obat harus mengandung 1 NNRTI & 2 NRTI dapat menurunkan plasma HIV RNA pada batas tidak aman diberbagai pasien, tapi efek antiviral mungkin tidak terus menerus seperti pada regimen pilihan.
NNRTI NRTI
Nevirapin idem dengan atas
Delavirdin

SEXUALLY TRANSMITTED DISEASES (STDs)
1. Berikan 3 contoh penyakit yang tergolong STDs disertai obat2 pilihannya.
Jawab:
a. Chlamydia Trachomatis Infections
 Urethris, Cervicitis, Proctitis & Conjunctivitis: Azithromisin (oral) / Doksisilin (oral)
 Kehamilan: Eritromisin (oral)
 Infeksi neonatal (Opthalmia, Pneumonia): Eritromisin (oral / IV)
 Limfomagranuloma: Doksisiklin (oral)
b. Gonococcal Infections
 Uretral, Cervical, Rectal, faringeal & Optalmia: Seftriakson (IM)
 Bacteremia, Artritis, Meningitis: Seftriakson (IV) dengan / tanpa Sefiksim (IV)
 Opthalmia Neonatal: Seftriakson (IM) / Sefotaksim (IM/IV)
c. Syphilis
 Awal: Benzatin penisilin G (IM)
 Neurosifilis: Penisilin G (IV)
 Congenital sifilis: Penisilin G (IM/IV) / Prokain Penisilin G (IM)

2. Berikan gejala klinik untuk salah satu penyakit yang anda pilih.
Jawab:
a. Chlamydia Trachomatis Infections
Disebabkan oleh Chlamydia trachomatis.
Menyebabkan infeksi pada saluran kelamin, proctitis, konjungtivitas, limfomagranuloma, venereum & Opthalmia Neonatal.
b. Gonococcal Infections
Disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae
Gejala pada pria: rasa terbakar pada saat urinasi & gangguan pus-like pada penis. Pada wanita biasanya asimptomatis, namun infeksi serius dari struktur reproduksi wanita (vagina, uretra, servik, ovarium & saluran fallopian) dapat terjadi, sehingga berpengaruh pada sterilitas.
Bacteremia dapat terjadi pada kedua jenis kelamin ini, menyebabkan lesi pada daerah mukosa, artritis & jarang meningitis & endocarditis.
c. Syphilis
Disebabkan oleh Treponema pallidum
Karakteristik: Sifilis terbentuk dalam 3 tahap, primer, sekunder & tersier. T. pallidum masuk kedalam tubuh melalui penetrasi membran mukosa dari mulut, vagina / uretra dari penis. Setelah masa inkubasi 1-4 minggu, luka primer, yang disebut chancre, terbentuk ditempat masuknya. Chancre ini keras, merah, protruding & sangat nyeri. Kerusakan saluran limfa mungkin terjadi. Setelah beberapa minggu chancre sembuh secara spontan, meskipun T. pallidum masih ada.
2-6 minggu setelah chancre sembuh, sifilis sekunder terbentuk. Gejalanya sebagai hasil dari penyebaran T. pallidum melalui aliran darah. Luka kulit & gejala seperti flu (demam, sakit kepala, nafsu makan berkurang & malaise) adalah khas. Pembesaran kelenjar limfa & nyeri mungkin terjadi. Gejala sifilis sekunder ini dapat hilang selama 4-8 minggu-tapi dapat muncul kembali dalam waktu lebih dari 3-4 tahun kedepan.
Sifilis tersier terbentuk 5-40 tahun setelah infeksi dini. Menyerang sebagian besar organ. Infeksi otak-Neurosifilis-adalah umum & menyebabkan kehilangan intelegensia, paralisis & gejala psikiatrik lainnya. Katup jantung & aorta mungkin rusak. Luka mungkin terjadi pada kulit, tulang & mata.












ADRENOCORTICAL AND OTHER HORMONAL DYSFUNCTION
1. Bedakan terminologi medik antara Sindrom Cushing dengan Penyakit Addison. Dan jelaskan tindakan terapi untuk masing2 kasus tsb.
Jawab:
a. Sindroma Cushing
Adalah manifestasi klinik dari peningkatan yang tidak tepat dan kronis dari level serum kortisol. Gejalanya meliputi obesitas, moonface, ketidakteraturan menstruasi, lemah otot, bersisik, perubahan psikologis, jerawat, kumis pada wanita, nyeri bagian belakang, garis2 pada kulit, osteoporosis, hipertensi, renal calculi, batu empedu.
Diagnosis: Screening test: ditemukannya ikatan tinggi kortisol dengan corticosteroid-binding globulin (CBG). Dexamethasone Suppression Tests
Pengobatan: ada dua tipe pengobatan, yaitu:
1. Pengobatan dengan menghambat sekresi pituitari dari ACTH
2. Pengobatan dengan menghambat sekresi adrenokortikal dari kortisol

Obat Mekanisme kerja ES
Siproheptadin Menghambat sekresi ACTH Merangsang nafsu makan, berat badan bertambah, sedasi
Bromokriptin Menghambat sekresi ACTH Mual, hipotensi, sakit kepala
Aminoglutetimid Menghambat pembentukan kortisol dengan memblok konversi kolesterol menjadi pregnenolon Letargi, mual, anoreksia, sakit kepala, ruam kulit, hipotensi, takikardia
Metirapon Menghambat kortisol dengan memblok tahap akhir dari pembentukan kortisol Sedasi, ruam kulit, hipertensi
Mitotan Destruksi sel adrenokortikol pada sintesis kortisol Anoreksia, mual, muntah, diare, letargi, penurunan daya ingat, hepatoksisitas
Ketokenazol Menghambat pembentukan kortisol dengan memblok konversi kolesterol menjadi pregnenolon Mual, muntah, lemah, ginekomasti, hepatoksisitas







b. Penyakit Addison
Adalah ketidakcukupan/kekurangan adrenokortikal, merupaka penyakit yang berbahaya dan dapat menyebabkan kematian dengan cepat apabila tidak diobati.
Manifestasi klinik: non spesisik: anoreksia, lemah, lemah & berat badan menurun. Hiperfragmentasi pada kulit & membran mukosa. GI: mual, nyeri abdominal, diare & muntah.
Diagnosis: Screening test: kadar ACTH tinggi dalam plasma. ACTH Stimulation Test
Kadar plasma ACTH: level ACTH biasanya meningkat sampai ≤55 pmol/liter (250pg/ml) pada pasien dengan kekurangan adrenokortikol.
Pengobatan:
a. Addisonian Crisis
Berdasarkan penggantian glukokortikoid, dengan /tanpa penambahan penggantian mineralkortikoid. Hidrokortison 100 mg IV setiap 6 jam, biasanya pasien akan stabil setelah 24jam & pada saat itu dosis dapat diturunkan menjadi 50 mg IV setiap 6 jam. Dosis perawatan Hidrokortison adalah 20-30 mg/hari paling lama 4 / 5 hari.
Pemberian IV & glukosa direkomendasikan untuk merawat dehidrasi, shock & hipoglikemi.
Nama t ½ biologi Dosis ekivalen (mg)
Kerja singkat
Hidrokortison
Kortison asetat
8-12
8-12
20
25
Kerja sedang
Prednison
Prednisolon
Metilprednisolon
Triamsinolon
18-36
18-36
18-36
18-36
5
5
4
4
Kerja lama
Deksametason
Betametason
36-54
36-54
0,75
0,60

b. Terapi perawatan
Hidrokortison 15-30 mg/hari dibagi dalam 2 / 3x/hari dengan dosis yang lebih besar pada pagi hari. Prednison dapat dijadikan sebagai alternatif dengan dosis 5-7,5 mg/hari.










2. Bedakan pula terminologi medik dan prinsip terapi yang dipilih antara:
a. Hipertiroidisme dengan Hipotiroidisme
Jawab:
Sistem tubuh Hipertiroidisme Hipotiroidisme
Umum Intoleransi pada panas, penurunan BB walau nafsu makan meningkat, berkeringat. Intoleransi pada dingin, BB bertambah walau nafsu makan berkurang; rambut rontok serta suara lemah; menurunkan keringat; mudah capek
Kepala Rambut tipis; tekstur halus Rambut kering, rapuh & jarang; penipisan dari aspek lateral pada mata
Mata Pandangan kabur, lid lag, lid retraction. Kelopak mata membengkak
Leher Pembesaran daerah goiter dengan /tanpa getaran Goiter pada hipotirodisme primer tidak ditemukan pada gangguan pituitari
Kardiak Palpitasi, edema, meningkatkan detak & tekanan sistolik Detak jantung lemah, dispnea, pembesaran kardiak, nyeri prekordial
GI Diare, hiperdefekasi Konstipasi
Genitourinary Amenorhea / penurunan siklus haid Menorhagia, dismenorhea
Extremitis Pretibial myxedema, panas, kelembaban kulit Pelebaran kaki&tangan, pretibial myxedema, kulit terasa dingin & kering, kuku rapuh & berwarna kuning
Neuromuskular Lelah, lemah, tremor Lemah, & lemah, paresthesias, keterlambatan reflek tendon dalam
Emosi Gugup, iritabilitas, kelabilan emosi, insomnia & pemendekan siklus tidur Ketidakstabilan emosi, depresi, letargi, menurunkan energi & meningkatkan kebutuhan tidur

Prinsip terapi:
Penyakit Pengobatan
Hipertiroidisme Thioamid, Iodida, Antagonis Adrenergik, Radioaktif Iodin, Pembedahan (Iodida, Thioamid / propanolol preoperasi sama penurunan gejala), Kontras media Iodin
Hipotiroidisme Kolesteramin, Kolestipol, Nitroprusid, Litium, Iodida, Amiodaron, Ipodat, Sulfonilurea, Sulfonamid, PAS, Resorsinol, Fenilbutazon, cabai alami (mengandung Tiosianat & Goitrogen lainnya)










b. Hiperparatiroidisme dengan Hipoparatiroidisme
a. Hiperparatiroidisme
Hiperparatiroidisme primer adalah sebuah karakteristik gangguan endokrin dengan kelebihan ketidakkontrolan pembentukan hormon paratiroid (PTH) dari adenomatous (keterlibatan kelenjar tunggal, 80%), hiperplastik (keterlibatan kelenjar ganda, 20%) / malignan (<2%) kelenjar paratiroid.
Patogenesis: kelebihan pembentukan PTH disebabkan oleh hiperkalsemia & hipopospatemia melalui mekanisme yang tergambar. Hiperkalsiuria terjadi ketikaawal ginjal untuk reabsorpsi Ca adalah berlebih; Serum Ca ≥ 2,99 mmol/liter (29 mg/dl)
Tanda & gejala: GI (anoreksia, mual & muntah) & manifestasi neurologik dari lemah, keterlambatan reflek tendon dalam, cacat mental.
Pengobatan: Hidrasi, penggantian kekurangan elektrolit; Diuretik (Furosemid); Na-pospat; Mitramisin; Kalsitonin; Estrogen, Progestin; Glukokortikoid; Indometasin; Dialisis; Banyak gerak; β-bloker; simetidin; Bisphospatase; Etidronat di-Na.
b. Hipoparatiroidisme
Penyebab utama dari Hipoparatiroidisme adalah pasca operasi / pembesaran anterior leher.
Patogenesis: kekurangan produksi hormon PTH menyebabkan:
 Penurunan reasorpsi tulang
 Hiperpospatemia & hipopospaturia
 Penurunan absorpsi intestinal dari Ca
 Penurunan level dari aktif 1-25-OH-D3
 Hipokalsemia & hiperkalsiuria
 Alkalosis metabolik dari penurunan eksresi bikarbonat
Diagnosis: Hipoparatiroidisme pasti terinfeksi dengan hipokalsemia, hiperpospatemia, ketidakterdeteksinya level dari PTH & sejarah operasi leher sebelumnya.
Pengobatan: pemberian PTH secara oral disertai suplemen Ca & Vit. D untuk meningkatkan absorpsi Ca. CaCO3 & Vit. D (Ergokalsiferol & Kolekalsiferol)










3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Mekanisme Umpan Balik Negatif dalam sistem hormonal. Berikan salah satu contoh hormon2 apa yang saling berkaitan.
Jawab:
Mekanisme umpan balik negatif

Faktor X merangsang pembentukan hormon A, dimana rangsangan dilakukan oleh organ target, sehingga menyebabkan pembentukan Hormon B. Hormon B kemudian bekerja pada hipotalamus & pituitari untuk menekan pembentukan faktor X dan hormon A, oleh sebab itu penekanan pembentukan hormon B itu sendiri.
































Contoh mekanisme umpan balik negatif












































PEMILIHAN TERAPI

1. Perbedaan karakter fisiologis yang berpengaruh kepada respon obat bagi pasien bayi, lansia, wanita hamil & menyusui
a. Bayi
Pada usia ini perbedaan respon yg utama disebabkan belum sempurnanya berbagai fungsi farmakokinetik tubuh. Contoh:
• Fase biotransformasi hati (terutama glukuronidasi dan jg hidroksilasi) yg kurang
• Fase ekskresi ginjal (filtrasi glomerulus & sekresi tubuli) yg hanya 60-70% dari fase ginjal dewasa
• Kapasitas ikatan protein plasma (terutama albumin) yg rendah
• Sawar darah otak dan sawar kulit yg belum sempurna
Dg demikian diperoleh kadar obat yg tinggi dlm darah & jaringan. Disamping itu, terdapat peningkatan sensitivitas eseptor terhadap obat. Akbatnya terjadi respon yg berlebihan atau efek toksik pd dosis yg biasa diberikan berdasarkan perhitungan luas permukaan tubuh
b. Lansia
• Absorpsi obat:
- Meningkatkan pH lambung
- Menurunkan permukaan absorpsi
- Menurunkan kecepatan aliran darah
- Menurunkan motilitas GI
- Menghambat waktu pengosongan lambung
• Distribusi obat
- Meningkatkan lemak tubuh
- Menurunkan massa tubuh
- Menurunkan total air tubuh
- Menurunkan albumin serum
- Menurunkan output kardiak
• Metabolisme obat
- Menurunkan aliran darah hati
- Menurunkan massa hati
- Menurunkan aktivitas enzim hati
• Ekskresi obat
- Menurunkan aliran darah ginjal
- Menurunkan LFG
- Menurunkan sekresi tubular
- Menurunkan jumlah nefron




c. Wanita hamil
Perubahan pada ginjal, liver & saluran GI. Pada trimester, aliran darah ginjal menjadi ganda, sehingga LFG menurun, akibatnya clearance obat dipecepat. Ada beberapa obat dapat menurunkan metabolisme hati selama kehamilan. Motilitas usus juga menurun, karena waktu transit intestinal untuk meningkatkan. Karena transit lebih lama, maka dibutuhkan waktu tambahan bagi obat untuk di absorpsi.
d. Wanita menyusui
1) Sekresi obat ke ASI
 Pd umumnya banyak obat yg disekresikan kedalam ASI dg kadar : pd ASI < plasma
 Keberadaan dalam ASI sukar dideteksi karena kadarnya rendah
 Pasien dg gagal ginjal : konsentrasi dlm ASI >>
 Beberapa obat disekresi dalam bentuk tidak aktif
2) Konsentrasi obat mencapai ASI tergantung pada
 Dosis obat
 Half life obat
 Ikatan dg protein plasma
 Berat molekul
 Kelarutan didalam lemak
 Perbedaan pH antara plasma dan ASI
3) Pengaruh obat pada proses laktasi (pembuatan ASI)
Dapat meningkatkan atau menurunkan produksi ASI
 Meningkatkan ASI
 Metoklopramid
 Oxytocin
 Menurunkan ASI
 Bromocriptin
 Levodopa
 Diuretik
 Alkohol











2. Obat2 yang perlu perhatian / tidak harus diberikan bagi pasien bayi, lansia, wanita hamil & menyusui
a. Bayi
Obat ES
Androgen Pubertas prematur pada pria, menurunkan tinggi pada remaja dari premature epiphyseal closure
Aspirin & salisilat lain Intoksitas dari overdosis akut (asidosis, depresi nafas hipertermia), Reye’s sindrom pada anak dengan chickenpox / influenza
Kloramfenikol Gray sindrom (neonates & infant)
Glukokortikoid Menghambat pertumbuhan dengan penggunaan jangka lama
Fluorokuinolon Tendon rupture
Heksaklorofen Toksisitas CNS (infant)
Asam nalidiksat Erosi cartilage
Fenotiazid Kematian mendadak pada infant
Sulfonamide Kernikterus (neonatus)
Tetrasiklin Kuning pada gigi

b. Lansia




















c. Wanita hamil
- Penghambat ACE
- Antikanker / Immunosupresan: Aminopterin, Busulfan, Sikloposfamid, Metrotrexat
- Antiseizure: Karbamazepin, Fenitoin, Trimethadion, Asam valproat
- Derivate Vit. A: Etretinat, Isotretinoin, Vit. A
- Obat lain: Alkohol (dosis tinggi), Kokain (dosis tinggi), Litium, Tetrasiklin, Talidomid, Warfarin
- Hormon seks: Estrogen, Progestin, Androgen

d. Wanita menyusui: Obat yg biasa digunakan dan hendaknya dihindari oleh wanita yg sedang menyusui
Amiodaron Kandungan iodine dapat menyebabkan hipotirodisme neonatus
Aspirin Resiko teoritis sindrom Reye
Barbiturat Mengantuk
Benzodiazepin Latargi
Karbimazol Gunakan dosis efektif terendah untuk menghindari hipotiroidisme
Kontraseptif (kombinasi oral) Dapat mengurangi produksi air susu dan menurunkan kandungan nitrogen dan protein
Obat sitotoksik Masalah yg mungkin timbul adalah penekanan imun dan neutropenia
Efedrin Iritabilitas
Tetrasiklin Risiko teoritis perubahan warna gigi

RANG TERAPI 2

URINARY TRACT INFECTIONS (UTI)
1. Saluran kemih mengandung uretra, kelenjar prostat, kandung kemih, ureter & ginjal. UTI adalah beberapa kondisi yang berhubungan dengan salah satu dari bagian saluran kemih, dimana terdapat mikroorganisme dalam jumlah yang signifikan.

2. Epidemiologi:
a. Pria: kelainan bawaan pada anak laki2 dan berkembang menjadi hipertropi prostat serta gangguan aliran kencing pada pria dewasa.
b. Wanita: sindrom “honeymoon” cystitis & pyelonephritis pada kehamilan serta bakteriuria.

3. Patogenesis: mikroorganisme menyerang melalui 2 cara yaitu uretra dan penyebaran hematogenous melalui ginjal.

4. Klasifikasi UTI berdasarkan presentasi klinik:
a. Lower Tract Infection: onset yang mendadak termasuk disuria (sakit pada waktu urinasi), frekuensi, urgensi & samar2 terasa tidak enak pada bagian perut. Gejala urinnya yang nyata: urin menjadi keruh, gelap & berbau busuk. Urinalisis menyatakan Pyuria (≥ 5-10 pada sel darah putih per high power field), bakteria & hematuria terjadi pada 50% pasien & Leukositosis.
Presentasi dari prostatitis adalah hal yang umum ditemukan pada Lower UTI; bagaimanapun juga demam, nyeri pada perineal & kerusakan uretra mungkin terjadi. Pada rektal menyatakan pembesaran, perih, kekuatan kelenjar prostat. Pada keadaan infeksi akut, leukositosis. Pada keadaan kronik, pasien mungkin mengeluhkan pada belakang lumbosakral.
b. Upper Tract Infection:keluhan non spesifik mulai dari sakit kepala, demam, mual, muntah. Pasien dapat mengeluhkan sakit area suprapubic, kelemahan costovertebral angle (CVA), demam hingga 390C & menggigil. Urinalisis menampakkan bakteria, pyuria, WBC pada kebanyakan pasien. Hematuria & proteinuria dapat terdeteksi pada sekitar 10-15% pasien khususnya pada beberapa hari pertama.

5. Diagnosis: ada 5 gejala klinik umum pada pasien kultur urinari positif, yaitu:
a. Sejarah dari UTI
b. Nyeri bagian belakang
c. Urinalisis dengan >15 WBC/high-power field
d. Urinalisis dengan >5 sel darah merah/HPF
e. Urinalisis dengan beberapa bakteria

6. Kultur:
a. Infeksi yang berulang atau kambuhan
b. Upper tract infection
c. Infeksi nosokomial
d. Gangguan ginjal atau faktor komplikasi lain.
7. Kriteria yang diperlukan untuk antimikroba ideal yang diberikan untuk UTI:
a. Reaksi alergi yang rendah
b. Dosis sekali sehari
c. Absorpsi GI atas baik yang tidak merubah flora usus besar
d. Tingkat urinari yang tinggi dengan filtrasi glomerulus & sekresi
e. Perubahan minimal dalam flora vagina
f. Mencakup gram negatif yang baik
g. Biaya rendah
h. Kecilnya daya resisten

8. Antimikroba In Vitro (Tes Sensitivitas):
a. Escherichia coli: Sefalosporin, Asam Nalidiksat, Nitrofurantoin, Trimetoprim-Sulfametaksazol.
b. Proteus: Sefalosporin, Asam Nalidiksat, Trimetoprim-Sulfametaksazol.
c. Klebsiella spp: Asam Nalidiksat, Trimetoprim-Sulfametaksazol.
d. Enterococcus: Ampisilin, Nitrofurantoin.
e. Lainnya: Asam Nalidiksat, Trimetoprim-Sulfametaksazol

9. Trimetoprim, Doksisiklin, Karbenisilin & Siprofloksasin memiliki konsentrasi yang tinggi pada prostat. Doksisiklin mungkin tidak mencakup gram negatif & juga Karbenisilin & Siprofloksasin biasanya diberikan pada organisme yang sudah resisten. Oleh karena itu, Trimetoprim yang dapat mencakup gram negatif adalah obat pilihan pertama pada infeksi prostat. Serta biasanya dikombinasi dengan Sulfametaksazol, dimana tidak dapat berpenetrasi dengan baik pada kelenjar prostat, pada dosis dari satu tablet kekuatan ganda 2x sehari. Pasien harus dirawat selama 4-6 minggu.

10. E. coli hanya sekitar 30% dari UTI nosokomial dengan Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter, Serratia, Enterococcus, Staphylococcus & Candida seperti patogen lainnya.

11. Obat pilihan untuk UTI nosokomial adalah kombinasi regimen dari Aminoglikosida (Gentamisin) & Ampisilin. Obat alternatifnya adalah menggunakan Sefalosporin Generasi III & Penisilin spektrum luas.

12. Golongan Kuinolon mungkin berperan penting dalam pengobatan dari infeksi nosokomial. Norfloksasin dapat menyembuhkan secara aman & terapi efektif dari UTI nosokomial.






13. Profilaksis & Suppresif Agen untuk UTI:
Obat Dosis Komentar
Methenamine mandelat 1 gr q.i.d Membutuhkan pH urin sampai <5,5; KI pada gangguan ginjal, dehidrasi; dapat menyebabkan disuria, iritasi GI.
Methenamine hipurat 1 gr b.i.d Sama spt diatas
Nitrofurantoin 50-100 mg q.h.s
TMP/SMX ½ - 1 tab q.h.s

14. Antiinfeksi umum yang menunjukkan keefektifannya sebagai agen profilaksis adalah Trimetoprim/Sulfametaksazol, Nitrofurantoin, Methenamine dll.


GASTROINTESTINAL INFECTIONS (GI)
1. Gejala utama dari infeksi akut GI adalah diare, kelemahan pada pasien & bayi disebabkan kekurangan cairan & elektrolit yang membutuhkan dirawat di RS.

2. Rotavirus. Gejalanya demam & muntah. Penyebarannya melalui rute fecal-oral. Masa inkubasi sampai 1-3 hari, dengan durasi dari kesakitan dari 5-8 hari. Virus diekskresi melalui feses.

3. Norwalk virus terjadi pada saat berkemah, naik kapal, di sekolah & kampus, perawatan di rumah & setelah ingesti dari kontaminasi air atau dari ikan. Masa inkubasinya lebih singkat dari norwalk virus yaitu 4-48 jam, dengan durasi dari kesakitan 1-2 hari. Virus dapat diketahui didalam feses selama 72 jam setelah onset dari kesakitan. Sakit yang disebabkan oleh virus disebut “winter vomitting disease” indikasi muntah & insiden musiman, meskipun dapat terjadi pada semua musim.
Enterik Adenovirus, Calcivirus & Astrovirus juga ditemukan pada sebagian pasien dengan diare.

4. Bakteri.
Salmonella adalah basil gram negatif dari famili Enterobacteriaceae & mewakili 3 sterotipe utama (S. choleraesuis, S. typhi & S. enteritidis). Meskipun ada >2000 sterotipe dari Salmonella, kebanyakan kasus dari Salmonella-induksi GI disebabkan oleh S. enteritidis, S. newport / S. anatum & sebagai hasil dari kontaminasi makanan / air yang terdapat dalam rumah, komunitas / institusi. Kontaminasi telur / produk yang terbuat dari telur. Menular dari orang ke orang melalui rute fecal-oral. Kontaminasi dari pasteurisasi susu dengan Salmonella-infeksi susu. Gejala terjadi dari 6-48 jam setelah terkontaminasi makanan / air. Gejala utama, diare biasanya mereda setelah 3-7 hari.
Campylobacter bentuk spiral dari gram negatif menimbulkan efek sistemil sama seperti GI. Spesies patogeniknya yaitu C. jejuni, C. felis, C. coli. Kejadian infeksi GI dari Campylobacter mungkin seringnya terinfeksi Salmonella / Shigella. Campylobacter sering diimplikasikan sebagai penyebab dari diare-perjalanan. Masa inkubasinya bervariasi dari 24 jam sampai 10 hari.
E. coli adalah gram negatif bentuk batang. Ada 5 tipe dari organisme yang mungkin menyebabkan diare melalui 7 mekanisme. 3 dari mekanisme ini meliputi tahan panas (LTEC) & 2 tipe dari Enterotoksin stabil terhadap panas (STa & STb) ditemukan dalam E. coli enterotoksigenik (ETEC). Lainnya Enteropatogenik E. coli (EPEC), yang menyebabkan diare dengan organisme enteroadherent; enteroinfasiv E. coli (EIEC) yang menyebabkan peradangan kolitis; enterohemorhagik E. coli (EHEC) dimana disebabkan diare hemorhagik dengan memproduksi verotoksin; & E. coli yang memproduksi diare dengan kolonisasi.
Yersinia enterocolitica adalah bentuk lain dari gram negatif organisme yang menyebabkan GTI pada anak & dewasa. Organisme diisolasi dari berbagai jenis hewan termasuk babi, sapi, kuda,domba, kucing & anjing.
Shigella adalah gram negatif bentuk batang yang diketahui menyebabkan GTI pada manusia yang menuju pada disentri. 4 tipe dari Shigella: S. sonnei (terjadi pada negara industri), S. flexneri (terjadi pada tahun 1920an & 1930an), S. boydii & S. dysenteriae (penyebab utama & tidak biasa ditemukan pada negara berkembang sejak beberapa abad terakhir ini). Penyebaran melalui rute fecal-oral. Masa inkubasi dari 2 sampai 20 hari.

5. Host defense pada GTI:
a. Keasamaan lambung = lambung yang asam dapat menolong secara preventif
b. Daya tahan tubuh = gerakan peristaltik
c. Sekresi dari mukus = pencernaan & enzim2
d. Kemampuan sel2 pada darah lumen memiliki sifat intraluminal fagositosis
e. Sekresi imunoglobulin A / produksi Imunoglobulin A
f. Residen dari mikroflora
Antagonis / Antagonis H2 menurunkan inokulum yang dibutuhkan untuk memproduksi secara klinik GTI yang penting dari organisme. Antibiotik (khususnya spektrum luas) mengurangi flora normal dari saluran intestinal. S. enteritidis menyerang 28% dari pasien pada 1045 rawat inap yang mengidap Diabetes yang memakai insulin / hipoglikemik oral sehingga meningkatkan resiko dari infeksi. Peningkatan beresiko menurunkan produksi asam lambung & gangguan lambung serta kesakitan perut biasanya diakui sebagai komplikasi dari DM.

6. Kekurangan elektrolit: hipokalemia & hiponatremia.

7. Gejala klinik:
a. Diare
b. Fecal leukocytes
c. Fever (demam)
d. Vasculitic rashes
e. Artritis
f. Bacteremia
Hati2 pada: perjalanan, penggunaan Antibiotik, keluarga / kontak lain, kehilangan berat badan, rawat inap & tampilan serta kualitas dari feses dapat mempengaruhi etiologi.

8. Resisten Antimikroba
Multiresisten Salmonella, Shigella & ETEC telah berkembang pada negara berkembang. Resisten Shigella biasanya menggunakan Ampisilin (7-87%), Tetrasiklin (11-91%) & TMP-SMX (0-55%). Resisten Salmonella menggunakan Ampisilin (3-81%), Tetrasiklin (8-48%), Kloramfenikol (0-65%) & TMP-SMX (0-76%). ETEC diketahui telah resisten Ampisilin, Tetrasiklin & TMP-SMX.

9. AB Pilihan untuk Bacterial GE
Agen Kausatif Pilihan Obat Obat Alternatif
Shigella TMP/SMX Tetrasiklin hidroklorida, Ampisilin / Siprofloksasin
ETEC TMP/SMX Siprofloksasin / Doksisiklin
EPEC Aminoglikosida oral -
EIEC Ampisilin TMP/SMX
Campylobacter Eritromisin Siprofloksasin / Tetrasiklin hidroklorida
Pseudomonas Aminoglikosida oral -
Aeromonas/Plesiomonas TMP/SMX Tetrasiklin hidroklorida, Aminoglikosida oral / Siprofloksasin
Vibrio TMP/SMX Siprofloksasin / Tetrasiklin hidroklorida

10. Mekanisme kerja dari antidiare:
a. Loperamide: mampu menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi sel2 mukosa, yaitu memulihkan sel2 yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan normal kembali. Maka, obat ini banyak digunakan pada diare akut.
b. Kaolin-Pectin: sebagai adsorben toksin pada diare.
c. Bismuth subsalisilat: dengan membentuk suatu lapisan pelindung untuk menutup luka2 di dinding usus akibat peradangan.

CENTRAL NERVOUS SYSTEM INFECTIONS (CNSI)
1. Patogen pada Infeksi CNS:
Bacterial meningitis
• Bayi prematur & baru lahir







• Bayi & anak2



• Dewasa



• Geriatri



• Adanya trauma / pembedahan
E. coli
Grup B streptococci
Listeria monocytogenes
Enterobacteriaceae lainnya
Streptococcus faecalis
Streptococcus pneumoniae
Staphylococci

Haemophilus influenzae
Neisseria meningitidis
S. pneumoniae

S. pneumoniae
N. meningitidis
Staphylococci

S. pneumoniae
Enterobacteriaceae
Listeria monocytogenes

S. pneumoniae
Staphylococcus aureus
Enterobacteriaceae
Fungal meningitis
• “Normal” host


• Imunocompromised host
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitis

C. neoformans
C. immitis
Candida albicans
Aspergillus spp.
Viral meningoencephalitis
• Bayi baru lahir
• Imunocompromised host
Herpes simplex
Herpes zoster
Kerusakan otak
• Umum



• Adanya trauma / pembedahan



• Imunocompromised host
Streptococci
Mixed anaerobes
Enterobacteriaceae

S. aureus
Mixed anaerobes
Enterobacteriaceae

Nocardia asteroides

2. Patogenesis:
Pada neonatus mekanisme pertahanan tubuh belum terbentuk & terdapat kekurangan pada fungsi dari leukosit, Imunoglobulin A & IgM.
Splenectomy, DM & alcoholism meningkatkan resiko infeksi karena rusaknya fungsi leukosit.
Penyakit dasar / terapi imunosupresif dapat meningkatkan resiko meningitis.
Tahapan inisiasi bakterial meningitis:
a. Sel inang memperoleh dari organisme baru, biasanya dari kolonisasi nasofaringeal
b. Translokasi dari organisme melewati jaringan mukosa lokal
c. Bakteremia dengan pertahanan intravaskular
d. Serangan meningeal
e. Pertahanan bakterial & replikasi dengan CNS
f. Produksi dari tempat peradangan subarachnoid
Otitis media, sinusitis, infeksi gigi & mastoiditis adalah kondisi predisposisi pada meningitis. Implantasi langsung dari trauma / prosedur operasi saraf merupakan presentase kecil dari kasus meningitis.

3. Diagnosis dan gambaran klinik
Bisa akut / subakut tergantung dari tanda & gejala yang tampak kurang / lebih dari 24 jam. Pada kondisi akut (10% kasus) tanda & gejala tampak pada ≤ 24 jam & berkembang dengan cepat. Etilogi: S. pneumoniae, N. Meningitidis. Sedangkan pada kondisi subakut (75% kasus) tanda & gejala tampak pada 1-7 hari sebelum evaluasi & mungkin disebabkan oleh beberapa virus, jamur / bakteria.
Tanda & gejala biasanya nonspesifik & berbeda pada tiap golongan umur. Pada neonatus & bayi dibawah 1 tahun biasanya tidak ada gejala / sangat tidak spesifik. Gejala klinik yang umum adalah letargi, iritabilitas, tidak nafsu makan, gangguan pernafasan, sianosis / hipotermia.
Pada bayi diatas 1 tahun, anak & dewasa gejala lebih indikatif dari peradangan meningeal. Demam & cacat mental adalah gejala yang sering terjadi. Gejala lain yaitu mual, muntah, sakit kepala & fotofobia, reflek meningkatkan tekanan intrakranial / peradangan otak. Gangguan syaraf & konvulsi / koma muncul pada 1-3 pasien. Kekakuan nuchal adalah klasik ditemukan pada peradangan meningeal.

4. Komplikasi: pembengkakan otak, lateral sinus thrombosis, cerebral thrombophlebitis & subdural empyema.

5. Sifat fisik sehingga suatu AB dapat memiliki sifat penetrasi yang baik kedalam CNS/SSP:
a. Afinitas relatif untuk air & lemak (derajat ionisasi & kelarutan dalam lemak dari bentuk tidak terion)
b. Afinitas relatif untuk protein serum plasma (hanya fraksi bebas yang diharapkan dapat berpenetrasi ke barier CNS)
c. Transpor media pembawa (biasanya tidak penting untuk AB)
Derajat ionisasi tergantung dari karakteristik obat pada plasma pH. Bentuk ionisasi dari obat meningkatkan afinitas untuk plasma air & yang tidak terionisasi dapat melewati membran selular. Kelarutan dalam lemak dari bentuk yang tidak terionisasi adalah determinasi oleh afinitas relatif dari obat untuk lemak / air.
Kegagalan banyak obat untuk medeteksi tingkat CNS, meskipun kemampuan mereka melewati barier adalah sudah dapat membersihkan aliran obat dari CSF.
Beberapa Penisilin & Sefalosporin diketahui memliki derajat sekresi tubular yang berkontribusi pada eliminasi mereka sendiri. Probenesid menurunkan ekskresi ginjal.
Ketika AB berpenetrasi kedalam CSF harus memiliki sifat mikrobiologi secara aktif. Konsentrasi dari AB pada CSF dimana mirip dengan / hanya melebihi kadar hambatan minimum. CSF harus melebihi kadar bakterisidal minimum. Aktivitas bakterisid dari Aminoglikosida menurun jika pH turun karena kadar dalam darah meningkat.

6. Terapi empirik untuk pembengkakan otak
Obat
Tidak Adanya trauma / pembedahan 1. Penisilin /
2. Ampisilin + Kloramfenikol / Metronidazole
Adanya trauma / pembedahan 1. Nafsilin
Alergi Penisilin: Vankomisin + Kloramfenikol
2. Penisilin + Metronidazol + Aminoglikosida
3. Generasi ke-3 Sefalosporin

7. AB (Sulfonamid, Minosiklin & Rifampin) & Vaksin Meningococcal efektif secara prefentif pada penyakit Meningokokal.

ANTIVIRAL: DRUGS FOR NON-HIV INFECTIONS
1. Pilihan obat untuk infeksi viral non-HIV:
Virus & Infeksi Pilihan Obat
Herpes Simplex Virus
• Genital herpes
• Encephalitis
• Daerah mukosa
• Neonatal
• Resisten Acyclovir
• Radang pada mata
Acyclovir
Acyclovir
Acyclovir
Acyclovir
Foscarnet
trifluridine
Varicella-Zoster Virus
• Varicella (chicken pox)
• Herpes zoster
• Varicella / zoster
• Resisten Acyclovir
Acyclovir
Acyclovir
Acyclovir
Foscarnet
Cytomegalovirus
• Retinitis
Ganciclovir / Foscarnet
Influenza A Virus
• Infeksi saluran pernafasan
Amantadine / Rimantadine
Respiratory Syncytial Virus
• Broncholitis, Pneumonia
Ribavirin
Virus Hepatitis B & C
• Hepatitis kronik
Interferon α-2b

2. Acyclovir
Merupakan pilihan obat pertama untuk infeksi yang disebabkan oleh Herpes Simplex Viruses & Varicella-Zoster Virus. Dapat diberikan topikal, oral & IV. Tidak menimbulkan ES.
Spektrum Antiviral:
Hanya aktif terhadap golongan virus Herpes, termasuk Herpes Simplex Viruses (HSV), Varicella-Zoster Virus (VZV), Cytomegalovirus (CMV). Pada virus ini HSV lebih sensitif terhadap Acyclovir, VZV sedikit sensitif terhadap Acyclovir, sedangkan CMV resisten terhadap Acyclovir.
Mekanisme Kerja:
Menghambat replikasi virus dengan menekan sintesis DNA. Untuk mendapatkan efek antiviral, Acyclovir harus diaktifkan. Tahap kritis dari aktivasi adalah mengkonversi Acyclovir menjadi Acyclo-GMP oleh Timidin kinase, kemudian dirubah lagi menjadi Acyclo-GTP merupakan senyawa yang sangat responsif untuk menghambat sintesis DNA.
Acyclo-GTP menekan sintesis DNA dengan cara:
- Menghambat DNA polimerase virus
- Bergabung kedalam pertumbuhan DNA, sehingga menghambat pertumbuhan virus tsb.
Resisten:
Melalui 3 mekanisme:
a. Menurunkan produksi Timidin kinase
b. Merubah Timidin kinase sehingga tidak dapat mengkonversi Acyclovir menjadi Acyclo-GMP
c. Merubah DNA polimerase virus sehingga menjadi sedikit sensitif untuk menghambat
Penggunaan Terapeutik:
a. Herpes Simplex Genitalis. Infeksi genital herpes disebabkan oleh tipe 2 HSV (HSV-2). Untuk pasien dengan infeksi dini, diberikan secara topikal dapat mengurangi durasi dari pelepasan viral, tapi tidak mempercepat penyembuhan. Topikal Acyclovir tidak efektif untuk infeksi genital yang timbul kembali. Oral Acyclovir lebih baik daripada topikal untuk infeksi dini genital & yang timbul kembali.
Untuk pasien dengan infeksi dini, terapi secara oral dapat mengurangi luka. Ketika penyakit sudah menjadi parah, maka IV Acyclovir dapat diindikasikan.
b. Infeksi Herpes Simplex pada daerah mukosa. Infeksi herpes pada muka & orofaring biasanya disebabkan oleh tipe 2 HSV (HSV-2). Untuk pasien immunocompeten oral Acyclovir dapat mengobati infeksi primer pada gusi & mulut. Oral Acyclovir dapat menyebabkan profilaksis pada episode lanjutan dari herpes labialis yang timbul kembali. Ketika penyakit sudah menjadi parah, maka IV Acyclovir dapat diindikasikan.
c. Infeksi Varicella-Zoster. Dosis tinggi dari oral Acyclovir merupakan terapi efektif dari herpes zoster pada dewasa.
Farmakokinetik:
Bioavailabilitas oral rendah 15-30%. Tidak terjadi absorpsi yang signifikan pada penggunaan topikal. Acyclovir didistribusikan secara luas pada cairan tubuh & jaringan. Level mencapai pada cairan otak adalah 50% dalam plasma. Eliminasi di ginjal, khususnya obat yang sudah berubah. Pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal, waktu paruh 2,5 jam. Sedangkan pada kerusakan ginjal waktu paruh lebih lama. Oleh karena itu dosis harus dikurangi.
Efek samping:
a. Terapi IV: IV Acyclovir secara umum dapat ditoleransi dengan baik. Reaksi yang biasa terjadi adalah phlebitis & peradangan pada daerah infus. Nefrotoksik, manifestasi pada tingginya kreatinin serum & blood urea nitrogen (BUN) terjadi pada beberapa pasien. Nefrotoksik terjadi karena kekurangan Acyclovir pada tubulus ginjal.
b. Oral & Topikal: Oral Acyclovir tidak menunjukan ES yang serius. Kerusakan ginjal tidak dilaporkan. Reaksi yang biasa terjadi adalah mual, muntah, diare, sakit kepala & vertigo. Pada topikal menyebabkan transien burning / sensasi perih.
Preparasi, Dosis & Pemberian:
a. Topikal: salep Acyclovir 5%
b. Oral: kapsul 200 mg; tablet 400 & 800 mg; suspensi 200 mg/5ml
c. IV: serbuk 500 mg/10 ml vial & 1000 mg/20 ml vial.

3. Ganciclovir
Bentuk antiviral sintetik dengan aktivitas terhadap herpes virus, termasuk Cytomegalovirus (CMV). Karena obat ini mempunyai ES yang serius, khususnya Granulositopenia & Trombositopenia, penggunaannya terbatas untuk mencegah & mengobati infeksi CMV.
Mekanisme Kerja:
Mengkonversi menjadi bentuk aktifnya, Ganciclovir triphosphate dengan menginfeksi sel. Ganciclovir triphosphate menekan replikasi DNA dengan cara:
- Menghambat polimerase DNA viral.
- Melalui penggabungan dengan rantai pertumbuhan DNA, sehingga menyebabkan terminasi prematur rantai
Farmakokinetik:
Bioavailabilitas oral rendah hanya 5% dalam keadaan puasa & 9% dengan makanan. Obat ini didistribusikan secara luas pada cairan tubuh & jaringan. Pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal, waktu paruhnya sekitar 3jam. Sedangkan pada kerusakan ginjal waktu paruh lebih lama. Oleh karena itu dosis harus dikurangi.
Penggunaan Terapeutik:
Mempunyai 2 indikasi:
a. Pengobatan dari retinitis CMV pada pasien kekurangan daya tahan tubuh, termasuk AIDS
b. Pencegahan dari retinitis CMV pada pasien transplantasi.
Pada pasien dengan AIDS; CMV retinitis angka kejadian 15-40%.
Resiko relaps lebih tinggi dengan oral Ganciclovir lebih besar dengan IV Ganciclovir.
Efek samping:
Granulositopenia (mempengaruhi sumsum tulang) & Trombositopenia (faktor pembekuan darah). Ganciclovir teratogenik & embrotoksis percobaan pada hewan & kemungkinan pada manusia. ES lain: mual, demam, ruam, anemia, kegagalan fungsi hati & konvusi serta gejala CNS lain.
Preparasi, Dosis & Pemberian:
a. IV: dosis awal untuk dewasa dengan fungsi ginjal yang normal adalah 5 mg/kg (infus lebih dari 1 jam) setiap 12 jam untuk 14-21 hari. 2 bentuk sediaan dosis: 5 mg/kg infus lebih dari 1 jam setiap hari & 6 mg/kg (infus lebih dari 1 jam 1x/hari, 5 hari sampai beberapa minggu. Dosis harus diturunkan pada pasien dengan kerusakan ginjal.
b. Oral: 1000 mg 3x/hari dengan makanan untuk CMV retinitis.
c. Intraokular: implant (Vitraset) untuk pasien CMV retinitis dengan AIDS.

4. Famciclovir
Prodrug yang digunakan untuk mengobati herpes zoster akut. ES kecil.
Mekanisme Kerja & Spektrum Antiviral:
Penciclovir melewati intraselular konversi menjadi Penciclovir triphosphat, senyawa yang menghambat DNA polimerase virus & dengan demikian mencegah replikasi viral DNA. Penghambatan sintesis DNA terbatas hanya sel yang terinfeksi saja, meninggalkan secara cepat sel inang. In vitro, Penciclovir aktif terhadap HSV-1, HSV-2 & VZV.
Farmakokinetik:
Famciclovir dengan cepat terabsorpsi dalam saluran GI melalui konversi enzimatik menjadi Penciclovir, bentuk aktif. Makanan menurunkan laju absorpsi Famciclovir, tapi tidak diperpanjang. Penciclovir diekskresi dalam urin. Waktu paruh Penciclovir sekitar 2,5 jam. Bagaimanapun juga waktu paruh Penciclovir dalam sel tidak begitu lama. Sedangkan pada kerusakan ginjal waktu paruh lebih lama.
Penggunaan Terapeutik:
Saat ini Famciclovir hanya digunakan untuk mengobati herpes zoster akut.
Efek samping:
Famciclovir secara umum dapat ditoleransi dengan baik. Aman bagi kehamilan & menyusui serta pada anak dibawah 18 tahun.
Preparasi, Dosis & Pemberian:
Tablet 500 mg oral. Rekomendasi dosis 500 mg setiap 8 jam, awalnya ≥ 72 jam setelah onset dari gejala herpes zoster. Pada pasien dengan kerusakan ginjal, interval dosis harus ditingkatkan sampai 12 jam / 24 jam, tergantung dari tingkat kerusakan.

5. Valacyclovir
Mekanisme Kerja & Penggunaan:
Bentuk produk dari Acyclovir, digunakan secara oral terapi untuk Herpes zoster. Kegunaan tergantung dari konversi Valacyclovir menjadi Acyclovir, betuk aktifnya. Pada percobaan klinik pada pasien Herpes zoster, Valacyclovir (1000 mg 3x/hari untuk 7-14 hari), dimana lebih efektif daripada Acyclovir (800 mg 5x/hari untuk 7 hari) dalam mengurangi waktu sakit & posttherpetic neuralgia. Pada percobaan klinik untuk terapi Genital herpes awal / kambuh kembali, Valacyclovir 1000 mg 2x/hari & Acyclovir 200 mg 5x/hari menghasilkan hasil yang sama.
Farmakokinetik:
Setelah pemberian oral, Valacyclovir secara cepat diabsorpsi & dikonversi secara utuh menjadi Acyclovir. Ketika Acyclovir itu sendiri diberikan secara oral, bioavailabilitas hanya 15-30%. Pada keadaan yang sama, ketika Valacyclovir diberikan secara oral juga, efektifitas availabilitas dari Acyclovir meningkat hebat-sekitar 55%.
Efek samping:
Thrombotic thrombocytopenic purpura / Hemolytic uremic syndrome. Mual, muntah, diare, sakit kepala & vertigo.
Preparasi, Dosis & Pemberian:
Kapsul 500 mg, diberikan sebelum makan. Untuk terapi Herpes zoster, dosis yang direkomendasikan 1000 mg 3x/hari selama 7 hari. Dosis harus diturunkan pada pasien dengan kerusakan ginjal.

6. Cidofovir
Obat IV baru untuk pengobatan CMV Retinitis pada pasien AIDS. Obat alternatif untuk infeksi ini adalah Foscarnet, secara IV & Ganciclovir, secara IV, oral / intraokular. ES utama dari Cidoclovir adalah kerusakan ginjal.
Mekanisme Kerja:
Diubah menjadi Cidoclovir diphosphate, bentuk aktifnya. Sebagai diphosphate, Cidoclovir menyebabkan penghambatan selektif polimerase viral DNA & dengan demikian menghambat sintesis viral DNA. Konsentrasi intraselular dari Cidoclovir diphosphate adalah rendah untuk menghambat polimerase DNA manusia, oleh karena itu sel inang berkurang.
Spektrum Antiviral & Penggunaan Terapeutik:
Cidoclovir aktif terhadap CMV, HSV-1, HSV-2 & VZV. Pada percobaan klinik pada pasien AIDS & CMV Retinitis, Cidoclovir secara signifikan menghambat pertumbuhan dari retinitis.
Farmakokinetik:
Diberikan secara Infus IV & diekskresi di Ginjal. Probenesid berkompetisi dengan Cidoclovir dalam sekresi tubular ginjal, sehingga memperlama eliminasi. Cidoclovir mempunyai waktu paruh yang lama (17-65 jam). IV Foscarnet & Ganciclovir harus di infus setiap hari.
Efek samping:
ES utama dari Cidoclovir adalah kerusakan ginjal. Untuk mengurangi resiko dari luka, semua pasien harus diberikan Probenesid & terapi hidrasi IV dengan sebagian Infus Cidoclovir. Jika luka sudah tampak, Cidoclovir harus tidak diberikan / dosis harus dikurangi, tergantung tingkat kerusakan ginjal. Selain itu dapat menyebabkan Granulositopenia, termasuk Neurophil harus dimonitor.
Preparasi, Dosis & Pemberian:
Larutan (75 mg/ml) dalam 5 ml ampul.

7. Foscarnet
Aktif dalam melawan Herpes virus, termasuk CMV, HSV-1, HSV-2 & VZV. Dibandingkan dengan Ganciclovir, Foscarnet lebih sulit diberikan, lebih sedikit ditoleransi & lebih mahal. ES utama dari Cidoclovir adalah kerusakan ginjal.
Mekanisme Kerja:
Analog dari Pyrophospate yang menghambat polimerase DNA viral & melawan transkripsi, sehingga menghambat sintesis viral asam nukleat.
Penggunaan Terapeutik:
Memiliki 2 indikasi:
a. CMV Retinitis pada pasien AIDS
b. Resisten Acyclovir pada HSV daerah mukosa
Farmakokinetik:
Memiliki bioavailabilitas oral rendah & harus diberikan secara IV. Solubilitas yang rendah dalam air & tidak dipenetrasi dalam sel. Harus diberikan pada dosis yang besar dengan volume cairan yang besar. Antara 10% & 28% dari sebagian dosis yang diserap dalam tulang. Karena Foscarnet dieliminasi dalam ginjal, dosis harus diturunkan pada pasien dengan kerusakan ginjal. Waktu paruh plasma adalah 3 sampai 5 jam.
Efek samping & Interaksi:
Nefrotoksik, ketidakseimbangan elektrolit & mineral. ES lain demam, mual, muntah, anemia, diare & sakit kepala. Sebagai tambahan menyebabkan lemah otot, tremor, iritabilitas, ulserasi kelamin, ketidaknormalan fungsi liver, neutropenia, anemia & seizure.
Preparasi, Dosis & Pemberian:
Larutan (24 mg/ml) untuk infus IV. Untuk pasien dengan fungsi ginjal normal, dosis awal 60 mg/kg (Infeksi CMV) / 40 mg/kg (Infeksi HSV) infus lebih dari 1 jam setiap 8 jam selama 2 – 3 minggu. Dosis penyembuhan (CMV & HSV Infeksi) adalah 90 – 120 mg/kg infus selama 2 jam sekali sehari. Semua dosis harus diturunkan pada pasien dengan kerusakan ginjal.

8. Ribavirin
Mekanisme Antiviral:
Virustatik. Aktif terhadap Respiratory syncytial virus (RSV), Influenza virus (tipe A&B) & herpes simplex virus.
Penggunaan Terapeutik:
Hanya untuk pneumonia viral yang disebabkan RSV yang digunakan secara hati2, bayi yang dirawat & anak kecil. Sayangnya, kegunaan sangat kecil & harganya mahal.
Ribavirin untuk pengobatan influenza A & B. Pemberian harus dimulai selama 24 jam dari onset pada gejala. Penggunaan tambahan termasuk measles, herpes genitalis, hepatitis akut & kronik, Lassa fever & Korean hemorhagik fever.
Farmakokinetik:
Diberikan secara oral inhalasi. Konsentrasi dalam plasma rendah. Dimetabolisme secara aktif & inaktif. Ekskresi melalui urin (30-55%) & feses (15%).
Efek samping:
Inhalasi Ribavirin menimbulkan sedikit / tidak toksisitas sistemik. Fungsi saluran pernafasan harus dimonitor. Pemberian sistemik (oral/IV) menyebabkan anemia.
Penggunaan dalam Kehamilan:
Dikontraindikasikan selama kehamilan.
Preparasi, Dosis & Pemberian:
Serbuk (6 mg/100 ml vial) pemberian aerosol.




9. Amantadine
Obat antiviral untuk pencegahan & pengobatan infeksi yang disebabkan virus Influenza tipe A.
Mekanisme dari kerja Antiviral:
Dapat mencegah penetrasi virus influenza A memasuki sel inang & dapat menghambat lapisan viral. Sebagai tambahan, menghambat secara mudah pada replikasi dari komponen viral.
Penggunaan Terapeutik:
Obat tidak aktif terhadap Influenza tipe B. Kandidat untuk pencegahan termasuk:
- Individual yang mempunyai resiko tinggi komplikasi influenza
- Petugas kesehatan & keluarga pasien yang kontak langsung dengan pasien
Farmakokinetik:
Diabsorpsi secara baik pada pemberian oral & didistribusi secara luas dalam cairan tubuh & jaringan. Melewati barier darah-otak & plasenta. Ekskresi dalam ginjal. Pada pasien dengan kerusakan ginjal,Amantadine dapat diakumulasi sampai tingkat tinggi jika dosis tidak dikurangi.
Efek samping:
Central Nervous System Effect. Terjadi 10-30%. Reaksi meliputi dizziness, nervousness, insomnia & sulit berkonsentrasi.
Efek Cardiovaskular, Hipotensi ortostatik.
Penggunaan dalam Kehamilan & Laktasi:
Teratogenik & embrotoksik
Interaksi Obat:
Pemberian bersama obat antikolinergik, menyebabkan reaksi psikotik.
Preparasi, Dosis & Pemberian:
Oral: 100 mg kapsul; sirup 10 mg/ml
Untuk pencegahan & pengobatan Influenza tipe A:
- >9 tahun: 100 mg 2x/hari
- Anak 1-9 tahun: 4,4 – 8,8 mg/kg/hari dalam 2/3 dosis terbagi
Dosis harus diturunkan pada pasien dengan kerusakan ginjal.

10. Rimantadine
Mirip dengan Amantadine dalam struktur, kerja & penggunaan, Rimantadine hanya untuk pencegahan & pengobatan dari infeksi virus Influenza tipe A. Pemberian secara oral & bioavailabilitas mencapai 90%. Tidak dimetabolisme, melewati metabolisme lintas pertama sampai ekskresi di urin. ES utama yaitu rasa grogi, peka terhadap cahaya, sulit berkonsentrasi, susah tidur & lemah otot. Dosisnya 100 mg 2x/hari. Dosis untuk pencegahan pada anak 5 mg/kg/hari. Rimantadine 100 mg kapsul & 10 mg/ml sirup.






11. Interferon Alfa
Penggunaan Antiviral & Dosis:
Pada prinsipnya, antiviral sistemik digunakan pada hepatitis kronik tipe B & hepatitis kronik tipe C.
Pasien hepatitis kronik tipe B: parenteral interferon alfa-2b (5 million IU/hari selama 4bulan) secara biokimia & memperlihatkan perubahan pada 40% penderita.
Hepatitis kronik tipe C: interferon alfa-2b (2 / 3 million 3x seminggu hari selama 6bulan) secara biokimia & memperlihatkan perubahan pada 50% penderita.
Sayangnya, setengah pasien dapat sakit kembali jika terapi dihentikan. Hal ini disebabkan pemberian interferon alfa selama hepatitis C akut meningkatkan resiko terjadinya penyakit kronik.
Sebagai tambahan, dapat digunakan pada CMV, HSV, VZV, herpes keratokonjungtivitas & cyndlomata acuminata (genital warts).

12. Trifluridine
Satu2nya obat yang diindikasikan sebagai pengobatan topikal dari infeksi okular yang disebabkan oleh HSV tipe 1 & 2. Obat ini diberikan untuk mengobati keratokonjungtivitas akut & epithelial keratitis yang kambuh kembali. Kerja antiviral merupakan hasil dari penghambatan sintesis DNA. ES yang sering adalah rasa terbakar pada daerah setempat & panas. Disediakan dalam bentuk larutan tetes mata 1%. Diteteskan pada kornea setiap 2jam.

13. Vidarabine
Diindikasikan untuk mengobati keratokonjungtivitas akut & epithelial keratitis yang kambuh kembali yang disebabkan oleh HSV tipe 1 & 2. Efek antiviral merupakan hasil dari polimerase DNA Virus & terminasi prematur dari pertumbuhan rantai DNA virus. ES yang sering terjadi: rasa terbakar, fotofobia & lacrimation. Tersedia dalam bentuk salep mata 3%.

14. Idoxuridine
Merupakan obat antiviral pertama yang efektif untuk digunakan pada manusia. Efek antiviral merupakan hasil dari penggabungan metabolisme idoxuridine kedalam virus DNA. Hanya diindikasikan untuk keratitis yang disebabkan oleh HSV tipe 1 serta tidak aktif untuk tipe 2. Karena Vidarabine & Trifluridine lebih efektif & kurang toksik daripada Idoxuridine. ES: radang, panas, fotofobia, bengkak pada mata, kemacetan pembuluh lakrimal & kerusakan pada epitel kornea. Tersedia dalam bentuk salep mata 0,5% & tetes mata 0,1%.







ANTIVIRAL: DRUGS FOR HIV INFECTIONS
1. Karakteristik HIV
HIV adalah retrovirus. Retrovirus mengurangi perlengkapan untuk replikasi sendiri & oleh karena itu, mereka adalah parasit intraselular obligat. Berbeda dengan virus lainnya, retrovirus mempunyai untaian RNA tunggal positif sebagai bahan genetiknya. Jadi untuk bereplikasi, retrovirus harus menerjemahkan RNA menjadi DNA. Enzim yang digunakan dalam proses ini adalah viral RNA-dependent DNA polymerase, yang biasa disebut reverse transcriptase. (untuk membedakan dari DNA-dependent RNA polymerase, enzim induk yang menjelaskan DNA menjadi RNA, yang sering disebut meneruskan proses transkripsi)
Ada 2 tipe dari HIV, yaitu HIV-1 & HIV-2. Meskipun berbeda secara tampilan & antigenitas, tapi disebabkan oleh sindrom penyakit yang sama. Tidak semua obat aktif terhadap kedua tipe ini.
2. Target sel: sel CD4 T (limfosit helper T).

3. Laju replikasi:
HIV secara cepat bereplikasi selama tahap infeksi. Selama fase awal infeksi, replikasi adalah besar, hal ini disebabkan karena:
- Populasi sel CD4 T masih besar, sehingga membentuk daerah pekembangbiakan yang besar untuk virus
- Sel inang tidak meningkatkan respon imun terhadap HIV, karena itu replikasi dapat terjadi tanpa perlawanan.
Sebagai hasil dari replikasi yang besar, tingkat plasma dari HIV dapat meningkat 10 juta virion/ml. Selama tahap dari kenaikan virus ini, pasien sering disebut sebagai sindrom retrovirus akut.
Untuk memelihara tingkat steady state biasanya terlihat selama infeksi HIV kronik, laju replikasi adalah antara 1 & 10 milyar virion/hari.

4. Transmisi infeksi HIV:
Transmisi dapat masuk melalui semen, sekresi vagina & darah. Penyakit dapat bertransmisi melalui hubungan seks, transfusi, pemakaian bersama jarum suntik & spoitnya. Dapat juga masuk kedalam fetus melalui ibu yang telah terinfeksi, biasanya pada periode perinatal. Awalnya, HIV hanya terbatas pada lelaki homoseksual, penggunaan jarum suntik & hemofilia. Resiko dari kontraksi HIV dapat dikurangi dengan penggunaan kondom & persediaan screening darah untuk HIV.








5. Gejala & tanda dari sindrom retrovirus akut:
a. Demam
b. Limfomadenopati
c. Paringitis
d. Ruam-Erythematous maculopapular dengan luka pada wajah & tubuh & kadang berlebihan, termasuk telapak tangan & kaki
e. Ulserasi mukosa pada mulut, esofagus / kelamin
f. Mialgia / arthalgia
g. Diare
h. Sakit kepala
i. Mual & muntah
j. Pembengkakan hati
k. Sariawan
l. Penurunan berat badan
m. Gejala neurologik: meningoencephalitis / aseptic meningitis, Neuropati periperal / radiculopathy.

6. Penghambat Reverse Transcriptase dibagi menjadi:
a. Obat yang analog struktural dengan nukleosida, disebut penghambat nukleosida Reverse Transcriptase.
b. Obat yang tidak analog dengan nukleosida, disebut penghambat non-nukleosida Reverse Transcriptase.

7. Gambaran dari Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI)
Zidovudin Didanosin Zalcitabin Stavudin Lamivudin
Dosis 300 mg bid >60 kg: 200 mg bid
<60 kg: 125 mg bid 0,75 mg tid >60 kg: 40 mg bid
<60 kg: 30 mg bid 150 mg bid
Bioavailabilitas 60% Tablet: 40%
Serbuk: 30% 85% 86% 86%
t ½ serum 1,1 jam 1,6 jam 1,2 jam 1 jam 3-6 jam
t ½ intraselular 3 jam 12 jam 3 jam 3,5 jam 12 jam
Eliminasi Metabolisme hati diikuti dengan ekskresi ginjal Metabolisme sebagian diikuti dengan ekskresi ginjal Metabolisme sebagian diikuti dengan ekskresi ginjal Metabolisme sebagian diikuti dengan ekskresi ginjal Ekskresi ginjal (tidak berubah)
Toksisitas utama • Anemia & Neutropenia
• Intoleransi GI
• Sakit kepala
• Insomnia
• Miopati • Pankreatitis
• Neuropati periperal
• GI: mual, diare • Neuropati periperal
• Pankreatitis (jarang)
• Stomatitis • Neuropati periperal
• Pankreatitis (jarang) Toksisitas kecil
First of choice: Lamivudin / Stavudin, kecuali ada resisten

8. Gambaran dari Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI)
Nevirapin Delavirdin
Dosis 200 mg 1x/hari selama 14 hari, lalu 200 mg 2x/hari 400 mg tid (campur 4 tablet 100 mg pada 3 ons/ lebih air agar mudah ditelan)
Bioavailabilitas >90% 85%
t½ serum 25-30 jam 5,6 jam
Eliminasi Dimetabolisme oleh P-450 diikuti dengan ekskresi di urin (80%) & feses Idem
Toksisitas utama Ruam Ruam
Interaksi obat • Menurunkan P-450 & level dari berbagai obat: efek pada penghambat protease & kontrasepsi oral adalah yang perlu diperhatikan
• Rifampin & Rifabutin juga menurunkan P-450 & level dari Nevirapin • Menghambat P-450 & mungkin meningkatkan level dari berbagai obat
• Karena penghambatan P-450, obat yang dikontraindikasikan: Astemizol, Terfenadin, Alprazolam, Midazolam, Triazolam & Cisapride
• Karena penghambatan P-450, obat yang diberikan dengan perhatian: Indinavir, Saquinavir, Klaritomisin, Dapson, Alkaloid ergot, Dihidropiridin, Penghambat kanal Ca, Kuinidin & Warfarin
• Antasid & Didanosin menurunkan absorpsi dari Delavirdin; tidak boleh diberikan selama 1 jam dari Delavirdin


















9. Gambaran dari Protease Inhibitors
Indinavir Ritonavir Saquinavir Nelfinavir
Dosis 800 mg q 8 h 600 mg q 12 h 600 mg q 8 h 750 mg q 8 h
Pemberian 1 jam sebelum makan / 2 jam setelah makan, dapat diberikan bersama susu / daging rendah lemak Bersama makanan Bersama daging tinggi lemak Bersama makanan
Penyimpanan Suhu kamar, lindungi dari kelembaban Kulkas Suhu kamar Suhu kamar
Bioavailabilitas 30% Adequate Kapsul gelatin keras: rendah (4%) & eratis 20-80%
t ½ plasma 1,5-2 jam 3-5 jam 1-2 jam 3,5-5 jam
ES • Nefrolitiasis
• Intoleransi GI
• Lainnya: sakit kepala, astenia, pandangan kabur, pusing, ruam, rasa logam, trombositopenia • GI: mual, muntah, diare
• Parestesias (sirkumoral & periperal)
• Astenia (lemah)
• Rasa berkurang Sangat ditoleransi dengan baik; mual, diare & sakit kepala jarang terjadi Diare
Interaksi obat • Menghambat P-450
• Tidak boleh dikombinasi dengan Astemizol, Terfenadin, Cisapride, Triazolam, Midazolam / alkaloid ergot
• Efek Indinavir diturunkan oleh Rifampin & Rifabutin
• Meningkatkan ketokenazol
• Absorpsi diturunkan oleh Didanosin, pemberian selang 1 jam • Menghambat P-450 secara kuat
• Penghambatan P-450 meningkatkan level dari berbagai obat, karena itu penggunaan konkuren dikontraindikasikan
• Efek Ritonavir diturunkan oleh Etinil Estradiol (kontrasepsi oral), Teofilin, Klaritomisin, Sulfametaksazol & Zidovudin
• Absorpsi diturunkan oleh Didanosin, pemberian selang 2 jam • Menghambat P-450
• Tidak boleh dikombinasikan dengan Astemizol, Terfenadin, Cisapride, Triazolam, Midazolam / alkaloid ergot
• Efeknya diturunkan oleh Rifampin & Rifabutin & kemungkinan dengan Fenobarbital, Fenitoin, Deksametason & Karbamazepin
• Efeknya ditingkatkan oleh Ritonavir, Ketokenazol & jus anggur • Menghambat P-450
• Tidak boleh dikombinasikan dengan Astemizol, Terfenadin, Cisapride, Triazolam, Midazolam / alkaloid ergot
• Efeknya diturunkan oleh Rifampin & Rifabutin
• Efeknya diturunkan oleh Etinil Estradiol & Noretindron (kontrasepsi oral)
• Efeknya ditingkatkan oleh Ketokenazol

10. Penyakit HIV akut
Semua pasien dengan penyakit HIV akut harus menerima terapi antiretrovirus secara maksimal efektif. Pengobatannya sama seperti regimen pilihan 1 PI + 2 NRTI.

11. Perubahan regimen
4 alasan untuk penggantian terapi antiretrovirus:
a. Pengobatan gagal
b. Toksisitas obat
c. Pasien tidak patuh
d. Penggunaan regimen yang suboptimal

12. Pengobatan pada wanita hamil:
Menerima terapi antiretrovirus secara optimal, tanpa melupakan kehamilannya. Keberhasilannya adalah untuk menyeimbangkan manfaat dari pengobatan (mengurangi jumlah virus, dengan demikian menaikan kesehatan ibu & mengurangi resiko dari transmisi HIV ke janin) terhadap resiko pengobatan (teratogenik pada janin).
Zidovudin, adalah satu2nya obat yang dapat mengurangi resiko transmisi HIV ke janin sampai 70-80%. Jika infeksi masih dalam tahap awal, ibu hamil tsb dapat menunda terapi sampai kehamilan selesai.

13. Pengobatan pada Pediatrik:
Beberapa studi mengindikasikan bahwa virologi HIV pada anak sama dengan dewasa, sehingga terapi antiretrovirus juga sama. Anak2 harus diobati dengan kombinasi dari obat antiretrovirus yang menghasilkan plasma HIV RNA pada tingkat yang tidak dapat dideteksi dengan pengujian.

14. Postexposure Profilaksis
Resiko terbentuknya penyakit HIV setelah pembukaan pertama dapat dikurangi-tapi tidak dihilangkan-dengan obat profilaksis. Regimen rekomendasi adalah 2 NRTI-Zidovudin (200 mg tid) + Lamivudin (150 mg bid)-selama 4 minggu. Terapi profilaksis berdasarkan pengobatan awal mungkin mencegah infeksi selular dini & perkembangan lokal dari HIV, dengan demikian membiarkan imun inang melawan untuk mengeliminasi virus sebelum menjadi banyak.





15. Pengobatan pada Infeksi Oportunis:
a. Pneumocystis carinii pneumonia
Manifestasi klinik dari PCP umumnya nonspesifik. Gejala awal meliputi demam, batuk, dyspnea, nyeri dada, pallor & sianosis. Pengobatan pilihan untuk PCP adalah TMP-SMX efektif pada 90% pasien. Perubahan klinik tampak pada 4-8 hari. Alternatifnya Pentamidin, Atovaquone, TMP + Dapson, Trimetrexate + Asam Folat & Primakuin + Klindamisin.
b. Cytomegalovirus retinitis
Dengan 3 obat: Ganciclovir, Cidoclovir & Foscarnet. Diberikan secara IV.
c. Mycobacterium tuberculosis-Mycobacterium avium Complex
Mycobacterium tuberculosis: INH + RMP+PZA kemudian diganti dengan INH+RMP selama 2 bulan kemudian.
Mycobacterium avium Complex: Azitromisin / Klaritromisin ditambah obat lain yaitu EMB. Jika dibutuhkan, dapat ditambahkan beberapa obat: Rifabutin, Rifampin, Siprofloksasin, Klofazimin & Amikasin. Untuk profilaksis: Azitromisin / Klaritromisin dapat digunakan.
d. Toxoplasma Encephalitis
Pengobatan menggunakan: Pirimetamin + Sulfadiazin. Sulfadiazin menyebabkan ruam & kristal uria. Pada pasien yang tidak toleransi pada Sulfadiazin dapat menggunakan obat: Pirimetamin + Klindamisin, Pirimetamin + Atovaquone / terapi tunggal: Azitromisin / Klaritromisin.
Ketika Toxoplasma telah terkontrol, terapi pemeliharaan dibutuhkan untuk menurunkan resiko kambuh kembali. Regimennya: TMP-SMX, diberikan tablet kekuatan ganda harian.
e. Cryptococcal Meningitis
Menginfeksi 9% dari 13% pasien AIDS. Gejala umum: demam & sakit kepala. Gejala lainnya: mual, muntah, fotofobia & kemunduran mental.
Pengobatan pilihan: Amfoterisin B infus harian, selama 2 bulan / lebih lama. Oral Flusitosin dapat dikombinasikan dengan Amfoterisin B. ES utama dari Amfoterisin: kerusakan ginjal, depresi (neutropenia,trombositopenia). Terapi pemeliharaan: oral Flukonazol harian.
f. Varicella-Zoster Virus Infection
Terapi pilihan: oral Acyclovir (800 mg 5x/hari selama 7-10 hari). Alternatif: oral Famciclovir & IV Foscarnet.
g. Herpes Simplex Virus Infection
Luka mungkin muncul pada berbagai tempat, termasuk bibir, lidah, kelamin & dubur. Pada pasien dengan komplikasi HIV, HSV mungkin menginfeksi esofagus, kolon, tulang, mata & CNS. Acyclovir adalah obat pilihan yang diberikan secara oral / IV. Respon biasanya tampak selama 3-10 hari. Waktu pengobatan 7-21 hari. Pada pasien resisten Acyclovir, dapat menggunakan Foscarnet IV.
h. Candidiasis
Infeksi oleh Candida albicans yang terdapat pada orofaring & esofagus. Sebesar 70% pasien yang diberikan oral candidiasis (sariawan), dimana sering berespon pada terapi topikal (misalnya mendesir & menelan sebuah suspensi Nistatin / menghisap troches Mikonazol). Sebagai alternatif, dapat diberikan terapi sistemik dengan oral azole (Flukonazol, Ketokenazol / Itrakonazol).

SEXUALLY TRANSMITTED DISEASES (STDs)
1. Chlamydia Trachomatis Infections
Disebabkan oleh bakteri STD. Dapat menyebabkan:
a. Infeksi saluran kelamin (uretra, serviks & epididymitis) biasanya dengan Chlamydia trachomatis. Untuk dewasa, ada 2 pengobatan yang direkomendasikan yaitu dosis tunggal 1-gm oral Azitromisin / 100 mg Doksisiklin 2x/hari oral selama 7 hari. Ofloksasin adalah alternatif.
b. Infeksi kehamilan: obat pilihan untuk infeksi selama kehamilan ini adalah Eritromisin 500 mg oral selama 7 hari. Preparasi lain yang dapat digunakan adalah E. base, E. stearat / E. etilsuksinat. E. estolat kontraindikasi pada kehamilan karena resiko dari kerusakan hati pada bayi. Untuk wanita yang tidak bisa menggunakan Eritromisin, dapat menggunakan Amoksisilin. Meskipun Doksisiklin & Tetrasiklin dapat melawan Chlamydia trachomatis, tapi ke-2 obat ini kontraindikasikan karena dapat menyebabkan kerusakan pada gigi & tulang bayi. Sulfisoksazol & Sulfonamid juga KI, karena menyebabkan kernikterus pada bayi.
c. Neonatal Opthalmia & Pneumonia: sekitar ½ dari kehamilan bayi pada wanita dengan serviks C. trachomatis menimbulkan infeksi selama proses melahirkan. Bayi tsb beresiko terhadap konjungtivitas & pneumonia. Pengobatan pilihan untuk infeksi ke-2nya adalah sistemik Eritromisin 12,5 mg/kg (oral/IV) 4x/hari selama 2 minggu.
d. Lymphogranuloma Venereum: disebabkan oleh rantai unik dari C. trachomatis. Transmisi melalui hubungan seks. Pengobatan pilihan: Doksisiklin 100 mg oral 2x/hari selama 3 minggu.

2. Gonococcal Infections
Disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, diplokokus gram negatif sering berubah menjadi gonokokus. Transmisi melalui hubungan seks.
Gejala pada pria: rasa terbakar pada saat urinasi & gangguan pus-like pada penis. Pada wanita biasanya asimptomatis, namun infeksi serius dari struktur reproduksi wanita (vagina, uretra, servik, ovarium & saluran fallopian) dapat terjadi, sehingga berpengaruh pada sterilitas.
Bacteremia dapat terjadi pada kedua jenis kelamin ini, menyebabkan lesi pada daerah mukosa, artritis & jarang meningitis & endocarditis.
Obat pilihan untuk uncomplicated gonorrhea: Seftriakson dosis IM tunggal (125-250 mg), alternatif: Sefiksim, Siprofloksasin & Ofloksasin. Apabila terkena infeksi N. gonorrhoeae & C. trachomatis, maka dapat diberikan oral Doksisiklin / Azitromisin.
Untuk gonorrhea yang sudah menyebar (bacteremia, artritis, meningitis), dibutuhkan terapi parenteral, meliputi Seftriakson (1 gm IV harian selama 7-10 hari) / Seftriakson (1 g IV harian selama 3 hari), yang diikuti dengan Sefiksim (400 mg oral 2x/hari)
a. Gonococcal Neonatal Optalmia: 0,5% Eritromisin, 1% Tetrasiklin / 1% silver nitrat. Pada bayi baru lahir dengan optalmia aktif, terapi parenteral Seftriakson (IM) / Sefotaksim (IM / IV)

3. Nongonococcal Urethritis
Disebabkan oleh Chlamydia trachomatis (25-40%), Ureaplasma urealyticum (sekitar 20%) & Trichomonas vaginalis (<5%).
Obat pilihan: Doksisiklin 100 mg 2x/hari selama 7 hari. Pada pasien yang KI, dapat menggunakan Eritromisin.

4. Pelvic Inflammatory Disease
Disebabkan oleh N. gonorrhoeae &/ atau C. trachomatis.
Pada pasien rawat inap, pengobatan awal: Sefotaksim (IV) / Sefotetan (IV) diikuti dengan Doksisiklin (IV).
Pada pasien rawat jalan: Sefoksitin (IM) kombinasi dengan Probenesid / dengan Seftriakson (IV). Terapi awal diikuti dengan oral Doksisiklin selama 14 hari.

5. Acute Epididymitis
Disebabkan oleh N. gonorrhoeae &/ atau C. trachomatis.
Pengobatan: Ofloksasin 300 mg oral 2x/hari selama 10 hari.

6. Syphilis
Disebabkan oleh Treponema pallidum.
Karakteristik: Sifilis terbentuk dalam 3 tahap, primer, sekunder & tersier. T. pallidum masuk kedalam tubuh melalui penetrasi membran mukosa dari mulut, vagina / uretra dari penis. Setelah masa inkubasi 1-4 minggu, luka primer, yang disebut chancre, terbentuk ditempat masuknya. Chancre ini keras, merah, protruding & sangat nyeri. Kerusakan saluran limfa mungkin terjadi. Setelah beberapa minggu chancre sembuh secara spontan, meskipun T. pallidum masih ada.
2-6 minggu setelah chancre sembuh, sifilis sekunder terbentuk. Gejalanya sebagai hasil dari penyebaran T. pallidum melalui aliran darah. Luka kulit & gejala seperti flu (demam, sakit kepala, nafsu makan berkurang & malaise) adalah khas. Pembesaran kelenjar limfa & nyeri mungkin terjadi. Gejala sifilis sekunder ini dapat hilang selama 4-8 minggu-tapi dapat muncul kembali dalam waktu lebih dari 3-4 tahun kedepan.
Sifilis tersier terbentuk 5-40 tahun setelah infeksi dini. Menyerang sebagian besar organ. Infeksi otak-Neurosifilis-adalah umum & menyebabkan kehilangan intelegensia, paralisis & gejala psikiatrik lainnya. Katup jantung & aorta mungkin rusak. Luka mungkin terjadi pada kulit, tulang & mata.
Pengobatan: Penisilin G, dosis tergantung tahap penyakit.
Early sifilis (primer, sekunder & sifilis yang belum terlihat dalam waktu ≤ 1 tahun) dapat diobati dengan dosis IM tunggal Benzatin Penisilin G.
Late Sifilis (≥ 1 tahun) juga diobati dengan IM Benzatin Penisilin G, tapi dosis ditingkatkan (2,4 juta unit seminggu sekali selama 3 minggu).
Neurosifilis membutuhkan terapi lebih aggresif. Pengobatan rekomendasi: 2-4 juta unit IV Penisilin G setiap 4 jam selama 10-14 hari.
Congenital sifilis, 2 pengobatan yang direkomendasikan: Penisilin G (IM/IV) 50.000 unit/kg setiap 8-12 jam selama 10-14 hari / Prokain Penisilin IM 50.000 unit/kg 1x/hari selama 10-14 hari.
Pada kehamilan, harus diterapi dengan Penisilin G dengan dosis yang disesuaikan pada tahapan penyakit.

7. AIDS
Disebabkan oleh HIV

8. Chancroid
Disebabkan oleh Haemophilus ducreyi. Transmisi melalui hubungan seks. Karakteristik infeksi adalah sangat sakit, ulser yang tidak ratapada tempat dari inokulasi, biasanya kelamin luar. Pengobatan:
a. Eritromisin 500 mg oral 4x/hari selama 7 hari
b. Seftriakson 250 mg IM 1x/hari
c. Azitromisin 1 gm oral 1x/hari

9. Trichomoniasis
Disebabkan oleh Trachomonas vaginalis. Pada wanita, infeksi mungkin asimptomatis / disebabkan gangguan cairan vagina, yang diikuti dengan rasa terbakar & panas. Pada pria, tidak ada gejala infeksi. Infeksi dapat dihilangkan dengan dosis tunggal Metronidazol 2 gm. Dosis dapat diulangi jika pengobatan gagal. Metronidazol KI selama kehamilan trimester pertama.

10. Bacterial Vaginosis
Hasil dari perubahan mikroflora vagina. Disebabkan oleh Gardnerella vaginalis (yang dikenal H. vaginalis), Mycoplasma hominis & anaerob lainnya.
Pengobatan: Metronidazol oral 500 mg 2x/hari selama 7 hari. Intravaginal: Metronidazol (0,75% gel) 5 gm 2x/hari selama 5 hari & Klindamisin (krem 2%) 5 gm setiap sore selama 7 hari.

11. Herpes Simplex Infections
Disebabkan oleh HSV-2.
Pengobatan: Acyclovir (oral / IV)

12. Genital & Anal Warts
Disebabkan oleh Human papillomavirus.
Pengobatan pilihan: Cryotherapy
Pengobatan alternatif: Podophyllum resin / Asam trikloroasetat (ke-2nya topikal).


13. Pediculosis Pubis
Disebabkan oleh Phthirus pubis (pubis lice)
Pengobatan: 1% Permethrin (topikal)

14. Scabies
Disebabkan oleh Sarcoptes scabiei.
Pengobatan: 5% Permethrin (topikal).

ADRENOCORTICAL AND OTHER HORMONAL DYSFUNCTION
1. Pemberian klinik dari Steroid: pemberian glukokortikoid harus hati2 karena bersifat imunosupresan.
Kapan Glukokortikoid digunakan:
1. Kekurangan Adrenokortikol primer / sekunder
2. Rematik
a. Artritis gout akut
b. Artritis rematoid
c. Osteoartritis
3. Gangguan ginjal
a. Glomerulonefritis
b. Sindrom nefrotik
4. Gangguan kolagen
a. SLE
b. Polimositis
5. Gangguan alergi
a. Angioderma
b. Urtikardia
6. Gangguan saluran nafas
a. Asma bronkial
b. Pnemonitis
7. Gangguan kulit
8. Gangguan GI
a. Kolitis ulser
b. Penyakit Crohn’s
9. Malignansi
a. Kanker payudara
b. Leukimia
10. Gangguan hati
a. Hepatitis aktif kronik
b. Hepatitis alkohol
11. Miscellaneous
a. Sarkodosis
b. Anemia hemolitik









2. Fungsi Paratiroid:
 Meningkatkan pembentukan Ca & pospat dari resorpsi tulang
 Meningkatkan reasorpsi Ca & Mg melalui ginjal
 Meningkatkan absorpsi intestinal dari Ca secara langsung melalui vit. D
 Meningkatkan konversi metabolisme 25-hidroksikolekalsiferol menjadi bentuk aktif vit D3 melalui rangsangan aktivitas dari tubular ginjal 25-OH-1-α-hidoksilase
 Meningkatkan ekskresi ginjal dari bikarbonat, membentuk asidosis dimana dapat menurunkan kemampuan sirkulasi albumin menjadi Ca, oleh karena itu meningkatkan Ca secara psikokimia.