Kamis, 05 Mei 2011

FRS UAS2

 Pharmaceutical care adalah penggunaan obat demi tercapainya peningkatan kualitas hidup manusia.

 Tujuan pharmaceutical care :
a) Menyembuhkan penyakit
b) Mengurangi gejala penyakit
c) Menahan/memperlambat proses penyebaran penyakit
d) Mencegah gejala penyakit
e) Mencegah penyakit

 Peran mendasar Apoteker dalam Pharmaceutical Care
a) Mengidentifikasi DRP
b) Mencegah DRP
c) Mengatasi DRP

 Drug Related Problem (DRP) adalah masalah yang timbul pada seseorang yang sedang mengkonsumsi obat.

 Kategori DRP
a) Masalah yang timbul karena tidak tepat indikasi
Alergi diberi Antibiotik (Amoxicilin)
b) Masalah yang timbul karena tidak tepat regimen
Ciprofolxacin seharusnya diberikan 2x1, tapi pada kenyataannya diberikan 3x1.
c) Masalah yang timbul karena tidak tepat obat
Parasetamol tidak boleh diberikan pada pasien gagal ginjal. Kloramfenikol diberikan pada bayi. Tetrasiklin diberikan pada ibu hamil
d) Masalah yang timbul karena interaksi obat
Tetrasiklin + Antasid
e) Masalah yang timbul karena efek samping obat
Obat Antihipertensi Captopril dapat menyebabkan batuk. Kloramfenikol tidak untuk Anemia, karena dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang, sehingga dapat terjadi Anemia Aplastik. Phenylpropanolamin menyebabkan mengantuk.
f) Masalah yang timbul karena tidak mendapat obat
Pasien tidak punya biaya untuk membeli obat, harga obat terlalu mahal, obat tidak ada/habis
 Siklus Manajemen Obat









Seleksi = obat apa saja yang dipilih, data yang dibutuhkan :
- Pola penyakit di RS tsb / Penyakit yang ada di RS
- Rasio antara efektifitas dan keamanan yang besar
- Mutu obat dibuktikan dengan Bioavailability
- Data literatur yang paling lengkap

 PFT adalah badan yang membantu pimpinan RS untuk menetapkan kebijakan menyeluruh tentang pengelolaan dan penggunaan obat di RS.

 Tujuan PFT adalah penggunaan obat yang rasional : 4T + 1 W (tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis, waspada efek samping)

 Dasar pembentukan PFT yaitu obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan, menyerap 40-60% dari anggaran pelayanan kesehatan, kebutuhan makin meningkat, jumlah obat semakin banyak, penggunaan meningkat.

 Tugas umum PFT
1) Memformulasikan kebijakan tentang evaluasi, seleksi dan terapi obat yang digunakan di RS.
2) Memformulasikan kebijakan RS untuk meningkatkan pengetahuan dokter, perawat dan farmasi RS tentang obat dan penggunaan obat

 Tugas khusus PFT
1) Menentukan “Automatic Stop Order” untuk obat-obatan berbahaya, contohnya : narkotik, sedatif, hipnotik, dan antikoagulan
2) Membuat daftar obat emergency
3) Membuat pelaporan MESO
4) Melaksanakan program pengkajian obat

 Fungsi PFT :
1) Sebagai badan penasehat bagi pimpinan RS dan staf medik dalam segala hal yang menyangkut obat
2) Mengadakan dan mengembangkan formularium obat yang disepakati digunakan di RS
3) Menyeleksi obat yang boleh dan ditolak digunakan di RS
4) Membuat kategori obat yang dipakai di RS
5) Membantu farmasis RS mengkaji dan mengembangkan kebijaksanaan dan peraturan pemakaian obat yang berkaitan dengan peraturan pemerintah
6) Mengkaji penggunaan obat di RS dan mempromosikan standar terapi untuk pengobatan yang rasional
7) Mengumpulkan dan melengkapi laporan ESO
8) Mengadakan edaran/buletin yang bersifat ilmiah dan mendidik tentang obat untuk lingkungan RS


 Tujuan KONAS :
1) Ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial.
2) Keamanan, khasiat, dan mutu semua obat yang beredar serta melindungi masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat.
3) Penggunaan obat yang rasional

 Formularium adalah dokumen berisi kumpulan produk obat yang dipilih PFT disertai informasi tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut serta kebijakan dan prosedur berkaitan obat yang relevan untuk RS tsb yang terus menerus direvisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf profesional pelayanan kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf medik RS.

 Sistem Formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari suatu RS yang bekerja melalui PFT, mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia yang dianggap paling berguna dalam perawatan penderita.

 Kelompok Obat :
1) Obat Formularium
Obat yang direkomendasi sebagai obat esensial untuk perawatan pasien dan ada di pasaran. Semua dokter boleh menulis obat ini
2) Obat yang disetujui untuk periode percobaan
Obat yang sudah beredar di pasaran tapi baru diusulkan masuk formularium dan perlu dievaluasi selama 6-12 bulan. Selama masa ini dokter boleh menulis obat ini, kemudian dievaluasi dan diputuskan diterima atau tidak
3) Obat Formularium khusus
Obat yang beredar di pasaran direkomendasikan untuk pasien tertentu. Obat ini diterima rapat atas usul anggota PFT atau dokter lain dan ditentukan siapa yang boleh menulis resep obat itu
4) Obat uji klinik
Obat ini belum beredar di pasaran, tapo oleh BPOM diijinkan dipakai oleh peneliti utama.

 Keuntungan Formularium :
1) Terapeutik : memberikan manfaat besar bagi pasien dan dokter
2) Ekonomi : menghilangkan duplikasi obat dengan mengurangi duplikasi pengadaan obat dan memberikan harga yang rendah kepada pasien
3) Edukasi : formularium yang baik berisi informasi bagaimana membuat resep dan informasi tambahan mengenai obat untuk kepentingan edukasi

 Formularium membantu manajemen farmasi sebab dengan adanya Formularium pengaturan dan pengendalian mutu, pengelolaan, peredaran dan penggunaan obat di RS dapat terlaksana dengan tertib, selain itu Formularium menghilangkan duplikasi obat sehingga dapat menghemat dalam hal pengadaan.
 Persamaan Doen dan Formularium : sama2 seleksi obat
 Proses pengadaan yang efektif, yaitu :
1) Membeli obat-obatan yang tepat dalam jumlah yang tepat
2) Memperoleh harga pembelian serendah mungkin
3) Yakin bahwa seluruh obat yang dibeli telah diketahui standar kualitasnya
4) Mengatur pembelian obat dari penyalur secara berkala (dalam waktu tertentu), untuk menghindari kelebihan maupun kekurangan persediaan.
5) Yakin akan kehandalan penyalur dalam hal pemberian pelayanan dan kualitas terjaga.
6) Mengatur jadwal pembelian obat.
7) Tingkat penyimpanan yang aman untuk mencapai total biaya rendah.

 Mekanisme Metode Pengadaan Obat
1) Penawaran terbuka (tender)
2) Penawaran terbatas
3) Penawaran kompetitif
4) Pengadaan langsung

Prinsip :
1) Pengadaan berdasarkan nama generik
2) Pengadaan terbatas dari daftar obat esensial atau formularium
3) Pengadaan dalam jumlah besar
4) Kualifikasi dan pemantauan penyalur resmi
5) Pengadaan yang bersaing
6) Komitmen sumber tunggal
7) Jumlah pesanan berdasarkan perkiraan kebutuhan sebenarnya
8) Pembayaran dan manajemen keuangan yang baik
9) Prosedur yang transparan dan tertulis
10) Pemisahan fungsi-fungsi pokok
11) Program jaminan mutu produk
12) Publikasi pemeriksaan tahunan
13) Laporan pengadaan secara periodik

Fungsi-fungsi pengadaan apa saja yang harus ditangani secara terpisah, hal ini dikarenakan
Terdapat beberapa fungsi kunci pada pengadaan yang secara khusus memerlukan keahlian berbeda. Secara umum, fungsi ini harus ditangani secara terpisah, baik secara individu, unit, komite, maupun subkomite. Beberapa fungsi meliputi :
1. Pemilihan obat-obatan
2. Penentuan jumlah kebutuhan obat
3. Penyiapan spesifikasi produk
4. Persetujuan dari penyalur (sebelum maupun setelah kualifikasi)
5. Penunjukkan dan penawaran melalui tender
Mengapa demikian : Tanpa pemisahan fungsi, proses pengadaan jauh lebih sulit dalam menetapkan pengadaan suatu obat. Pemasok atau personil pengadaan dapat menjadi bias dalam pemilihan obat, dapat memanipulasi pesanan untuk meningkatkan pengadaan sejumlah obat-obatan tertentu, keliru dalam menetapkan kualifikasi pemasok, memanipulasi keputusan akhir tender, dan menurunkan spesifikasi produk untuk membatasi persaingan. (misalnya, dengan cara memilih bentuk dosis tidak umum). Pemisahan dari kunci-kunci tersebut berkontribusi dalam profesionalitas dan akuntabilitas.

 Metode umum yang digunakan dalam penghitungan kebutuhan (perencanaan)
1) Metode Konsumsi merupakan metode yang menggunakan data konsumsi obat individu sebelumnya (disesuaikan dengan barang keluar dan perubahan rencana dalam pemanfataan obat) untuk penyediaan kebutuhan yang akan datang
2) Metode Morbiditas merupakan merupakan metode dengan perkiraan kebutuhan berdasarkan pada jumlah kehadiran pasien (kasus) dan pola pengobatan standar untuk pertimbangan penyakit.
3) Metode konsumsi yang disesuaikan merupakan metode dengan perkiraan kebutuhan menggunakan data insiden penyakit dan atau pengeluaran obat dari sebuah sistem suplai dan perhitungan konsumsi obat sistem pasokan target, berdasarkan cakupan populasi atau tingkat layanan yang akan disediakan.
4) Metode anggaran merupakan metode dengan perkiraan kebutuhan anggaran menggunakan biaya pengadaan obat rata-rata per pertemuan atau per tempat tidur per hari dalam berbagai jenis fasilitas kesehatan dalam sistem standar untuk proyek biaya obat dalam jenis fasilitas dan sistem target yang sama.

 Fungsi persediaan
1) Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman barang atau barang farmasi yang dibutuhkan RS
2) Menghilangkan resiko jika barang yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan
3) Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang akibat inflasi
4) Untuk menyiapkan bahan baku/obat yang dihasilkan secara musiman sehingga RS tidak akan kesulitan bahan baku tsb tidak tersedia di pasaran
5) Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantity discount)
6) Memberikan pelayanan kepada pasien

 Pengelompokan persediaan berdasarkan fungsinya
1) Fluctuation stock: tidak dapat diperkirakan kesalahan perkiraan pengiriman barang
2) Anticipation stock: permintaan yang dapat diramalkan, misalnya DB
3) Lot size inventory: potongan kuantitas
4) Pipe line inventory: sedang dalam proses kirim

 Biaya-biaya dalam persediaan
1) Biaya item: biaya dari pembelian dari suatu item persediaan.
Biaya item = harga per unit x jumlah obat
2) Biaya pemesanan: biaya yang terjadi akibat adanya pemesanan (biaya pengetikan, telepon, transportasi, dll). Jika item diproduksi sendiri disebut Biaya Set up
3) Biaya penyimpanan: biaya yang timbul akibat penyimpangan pengiriman dalam suatu periode ttt. Biaya ini terdiri dari 3 komponen :
- Cost of capital: jika item disimpan di gudang, biaya bunga, lost opportunities
- Cost of storage: asuransi, pajak, sewa, gedung, fasilitas fisik gedung
- Cost of obsolescence: biaya kerusakan, kekurangan/ketinggalan mode, obat hilang
4) Biaya stock : biaya yang timbul akibat dari kekurangan persediaan, tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan

 Analisa ABC (Analisa Pareto)
1) Kelas A : pengawasan ketat, nilai pemakaian tahunan tinggi (misal 80%), jumlah item 5%
2) Kelas B : pengawasan sedang, nilai pemakaian tahunan sedang (misal 15%), jumlah item 30%
3) Kelas C : pengawasan ringan, nilai pemakaian tahunan rendah (misal 5%), jumlah item 50%

 Analisa VEN
1) Vital (life saving) : persediaan obat untuk penyelamatan hidup manusia. Contoh obat Hipertensi, DM, Struk, epilepsi, dll
2) Esensial (banyak digunakan)
3) Non esensial : obat penunjang, misal suplemen, vitamin

 Analisa VEN-ABC
V E N
A VA EA NA
B VB EB NB
C VC EC NC
VA : obat-obat mahal, belum tentu fast moving, membeli dalam jumlah sedikit. Contoh obat Norvask, Transamin
VB : obat-obat dengan merek dagang, nilai pembelian sedang.
VC : obat vital golongan generik, harus diprioritaskan terlebih dahulu, harga penjualan murah. Contoh Captopril, Glibenklamid
EA : merupakan obat fast moving
EB : obat generik
EC : obat yang digunakan untuk racikan. Contoh Prednison, CTM
NA : harus diperiksa, biasanya merupakan suplemen mahal. Contoh Thermolyte, Nourish Skin.
NB dan NC : vitamin dengan harga terjangkau. Contoh Sangobion, Hemaviton

 Persyaratan gudang farmasi:
1) Lokasi tempat penyimpanan harus aman
2) Tempat perbekalan berada dalam kondisi yang benar
3) Melakukan pencatatan yang akurat
4) Efektif pada saat penyediaan kebutuhan berikutnya
5) Efektif pada pemutaran stok & monitoring kadaluarsanya
6) Terhindar dari bahaya kebakaran secara efektif & mencegah dari tindakan pencurian

 GCP (Good Clinical Practice) merupakan pedoman untuk melakukan uji klinik obat yang dibuat sebagai tuntutan globalisasi dalam bidang kefarmasian

 Yang terlibat dalam Uji Klinik:
1) Sponsor
2) Monitor
3) Investigator
4) Pasien
5) Audito
6) Inspektor

MESO diperlukan karena informasi secara lengkap mengenai obat sebelum beredar di pasaran sulit didapat, sehingga perhatian terhadap reaksi yang tidak diinginkan selama pemakaian sulit diketahui.

Meso perlu dilakukan terkait dg uj klinik obat, karena meso juga merupakan bagian dari uji klinik tapah 4 yaitu post marketing survailance (PMS), dimana pd saat uji klinik tahap 1 sampai 3 masih sangat terbatas baik dari sisi jumlah pasien, lama pengujian, pemilihan pasien, dll

 Kegunaan MESO:/manfaat meso
1) Badan Pengawas Obat; menilai hubungan kausal obat dengan gejala yang dicurigai sebagai keluhan ESO, berdampak pada peredaran & penandaan
2) Perusahaan Obat; pengamanan investigasi yang telah ditanam dalam pengembangan & penelitian obat baru, berdampak pada keamanan obat
3) Sisi Akademik; menguji suatu hipotesis, analisa struktur kimia obat/golongan obat. Misal: MESO Cimetidine dilakukan karena struktur kimianya mirip Methiamide yang telah ditarik karena menyebabkan agranulositosis

 MESO bagian dari PFT, karena :
1) Kegiatan ini menyangkut pengetahuan, kemampuan dan kewaspadaan dan dari tim pelayanan kesehatan (dokter, perawat, farmasis)
2) KFT merupakan forum komunikasi para dokter dan farmasis tentang segala aspek obat dalam seluruh kegiatan pelayanan kesehatan di RS

 Peran farmasis dalam MESO:
1) Verifikasi
2) Analisa
3) Evaluasi
 Peran Farmasis dalam Uji klinik obat:
1) Menyimpan obat dengan baik & aman
2) Mencatat setiap mutasi obat
3) Obat hanya untuk penelitian
4) Mengikuti prosedur randomisasi

 Akreditasi adalah sebuah pengakuan kepada RS yang telah memenuhi standar yang ditetapkan.

 Kegiatan akreditasi mencakup Self Assesment & proses Peer review oleh Komisi Akreditasi.

 Tujuan umum akreditasi adalah meningkatkan mutu pelayanan RS.
 Tujuan khusus akreditasi:
1) Jaminan kepuasan & perlindungan
2) Pengakuan atas penerapan standar yang telah ditetapkan
3) Membentuk lingkungan yang kondusif untuk penyembuhan, pengobatan & pencegahan sesuai standar

 Manfaat akreditasi:
1) Bagi pasien & masyarakat
2) Bagi pegawai/petugas RS
3) Bagi RS
4) Bagi pemilik RS
5) Bagi perusahaan asuransi
6) Bagi pemerintah

 Standar dan parameter instrument akreditasi
• Falsafah dan tujuan 2
• Administrasi dan pengelolaan 2
• Staf dan pimpinan 3
• Fasilitas dan peralatan 2
• Kebijaksanaan dan prosedur 2
• Pengembangan staf dan prog pendidikan 2
• Evaluasi dan pengendalian mutu 3

 Pelaksanaan akreditasi: RS dapat memilih tingkat akreditasi sesuai kemampuan
1) Tahap I: Akreditasi (tingkat dasar) meliputi 5 pelayanan Administrasi, Pelayanan Medik, Gawat darurat, Keperawatan, Rekam Medis.
2) Tahap II: Akreditasi (tingkat lanjut) meliputi 12 pelayanan terdiri dari 5 pelayanan ditambah Kamar Operasi, Lab, Radiologi, Farmasi, K3, PIN, Peristi.
3) Tahap III: Akreditasi lengkap meliputi 16 pelayanan terdiri dari 12 pelayanan ditambah Perpustakaan, Pemeliharaan Sarana, Pelayanan Anastesi, Pelayanan Sterilisasi.

 Hasil akreditasi:
1) Tidak terakreditasi: ada 1/lebih pelayanan yang mendapat skor <60% / nilai rata2 dari semua pelayanan ≤65%
2) Akreditasi bersyarat
 Memenuhi persyaratan minimal
 Skor total 65% < skor < 75% tanpa 1 pelayanan dengan skor <60%
 Berlaku untuk 1 tahun
3) Akreditasi penuh
 Berlaku untuk 3 tahun
 Total skor ≥75% tanpa 1 pelayanan dengan skor <50%
4) Akreditasi istimewa: memenuhi standar akreditasi selama 3 periode berturut2 dan status akreditasi untuk masa 5 tahun.

SDO bagi pasien dirawat:
1) SDO Persediaan lengkap di ruangan (Total Floor Stock) adalah sistem pengelolaan obat & distribusi yang dilakukan perawat yang berada di ruangan rawat inap pada RS. Cara ini biasa dipakai pada RSU milik pemerintah, karena umumnya jarang dipakai obat2an yang mahal kecuali resep khusus. Pemakaian cara ini sudah semakin berkurang karena menurut penelitian sering terjadi kesalahan obat yang merugikan.
Keuntungan:
a. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia
b. Meniadakan retur obat
c. Pasien tidak harus membayar obat berlebih
d. Mengurangi jumlah personil farmasi
Kelemahan:
a. Sering terjadi kesalahan obat (salah order dari dokter, salah peracikan oleh perawat dan salah etiket obat)
b. Persediaan obat di ruangan banyak
c. Kemungkinan kehilangan & kerusakan obat lebih besar
d. Menambah beban pekerjaan bagi perawat
2) SDO Resep individual / permintaan lengkap (Individual Prescription) adalah sistem pengelolaan & distribusi yang sering digunakan di RS Swasta. Pada sistem ini obat diberikan kepada pasien berdasarkan resep yang ditulis dokter. Bagian farmasis adalah dalam mereviev resep asli dokter & bukan transparansi dari perawat sebelum dosis pertama diberikan.
Keuntungan:
a. Resep dikaji dulu oleh dokter
b. Ada interaksi antara apoteker, dokter, perawat
c. Ada pengendalian persediaan
Kelemahan:
a. Bila obat berlebih, pasien harus bayar
b. Obat dapat terlambat sampai ke pasien
c. Masih memerlukan tenaga perawat untuk menyiapkan obat
d. Kehilangan & kesalahan penggunaan obat masih cukup besar karena tidak adanya proses pengawasan ganda
3) SDO Unit Dosis (Unit dose) adalah sistem pengelolaan & distribusi yang sepenuhnya bertanggung jawab pada bagian farmasi yang bekerjasama dengan perawat, administrasi & staf medik sehingga kesalahan /pun keterlambatan & pemberian obat kepada pasien dapat direkam sekecil mungkin. Sistem distribusi ini menggunakan wadah dosis tunggal untuk tiap dosis obat baik pada peroral, cairan peroral, terapi pernafasan / injeksi yang diberikan.
Keuntungan:
a. Pasien hanya membayar obat yang telah dipakainya
b. Tidak ada kelebihan obat / yang tidak terpakai di ruang perawatan
c. Semua obat dipersiapkan oleh farmasi, sehingga perawat mempunyai waktu yang lebih untuk merawat pasien
d. Menciptakan sistem pengawasan ganda yaitu oleh farmasi ketika membaca resep dokter, sebelum & sesudah menyiapkan obat serta oleh perawat ketika membaca formulir instruksi obat sebelum memberikan obat kepada pasien. Hal ini akan mengurangi kesalahan pengobatan
e. Mengurangi ruang untuk persediaan obat di ruang perawatan
f. Memperbesar kesempatan komunikasi antara farmasi, perawat & dokter
g. Memungkinkan farmasi mempunyai profil farmasi penderita yang dibutuhkan untuk Drug Use Review (pengkajian penggunaan obat)
h. Farmasi dapat keluar dari bagian farmasi & masuk ke ruang perawatan dimana dia dapat berfungsi sebagai konsultan obat serta membantu dokter & perawat demi perawatan yang lebih baik
Kerugian
a) Membutuhkan tenaga farmasi lebih banyak
b) Membutuhkan sarana dan prasarana lebih banyak (kereta obat, formulir resep, formulir instruksi obat, formulir pemberian obat insidentil, formulir lembar pemakaian obat, map pasien, klip plastik, lemari emergensi)
4) Kombinasi

 Semua sistem tsb dapat dilakukan secara:
1) Sentralisasi
2) Desentralisasi

Obat yg SDO nya selalu total floor stock adalah obat2 yg bersifat life saving seperti adrenalin, karena obat tersebut dibutuhkan untuk penyelamatan jiwa pasien.

 Farmasi klinis lebih mudah dijalankan jk SDO dg unit dose karena adanya nteraksi antara farmasi, perawat dan dokter sehingga akan terjadin komunikasi yg baik dg unsur2 tsb




 Perbandingan SDO
Faktor Persediaan di Ruangan Resep Individu Unit Dosis
Biaya obat Rendah Sedang-Tinggi Tinggi
Biaya tenaga farmasi Rendah Sedang Tinggi
Biaya tenaga perawat Sedang- Rendah Rendah Rendah
Resiko kebocoran Tinggi Sedang Rendah
Resiko kesalahan Tinggi Sedang-Tinggi Rendah

 Indikator inti & pelengkap dalam DUS sesuai pandangan WHO:
Indikator Inti:
a. Indikator penulis resep obat / tenaga kesehatan
• Jumlah rata2 obat setiap kali kunjungan
• Presentase penulisan resep dengan nama generik
• Presentase penulisan resep antibiotik
• Presentase penulisan resep injeksi
• Presentase penulisan resep sesuai DOEN / Formularium
b. Indikator pelayanan pasien
• Rata2 waktu konsultasi
• Rata2 waktu dispensing
• Presentase dari obat yang diberikan
• Presentase dari obat dengan etiket lengkap (
• Pengetahuan pasien tentang dosis yang tepat
c. Pelengkap fasilitas kesehatan
• Tersedianya buku DOEN / Formularium
• Tersedianya obat esensial & obat formularium dalam jumlah yang cukup
Indikator Pelengkap:
a. Rata2 biaya obat perlembar resep
b. Rata2 biaya antibiotik
c. Rata2 biaya injeksi
d. Presentase pasien yang tidak diberi obat
e. Presentase obat yang masih dalam standar diagnosa & terapi
f. Presentase pasien yang puas terhadap pelayanan yang diterimanya
g. Presentase fasilitas kesehatan yang memberi informasi obat

 Tujuan DUS:
1) Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter ttt.
2) Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/dokter yang satu dengan yang lain / kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
3) Penilaian berkala atas penggunaan obat yang spesifik.
4) Menilai pengaruh investasi atas pola penggunaan obat. Disini perlu pengkajian yang sahih sebelum & sesudah intervensi, pada kelompok yang diintervensi pada kelompok kontrol.
 CSSD adalah tempat dilaksanakan proses sterilisasi alat2 medik & alat lain dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial.

 Unit sterilisasi sentral berada dibawah Instalasi Farmasi/berdiri sendiri. (Hubungan CSSD dengan IFRS:CSSD berada dibawah naungan Instalasi Farmasi yaitu pada bagian produksi / berdiri sendiri).

 Perbedaan Sterilisasi & Disinfeksi:
1) Sterilisasi: semua mikoorganisme akan mati termasuk spora
2) Disinfeksi: mikroorganisme akan dimusnahkan pada level yang tidak berbahaya bagi manusia, tidak termasuk spora.

 Tujuan CSSD:
1) Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien
2) Mendistribusikan alat2 yang dibutuhkan oleh ruang perawatan, kamar operasi/ruangan lain
3) Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan yang aman & efekif
4) Mempertahankan stok inventori yang memadai untuk keperluan perawatan pasien
5) Mempertahankan standar yang telah ditetapkan
6) Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi maupun sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.

 Aseptik dispensing adalah melakukan kegiatan dalam suasana steril, untuk sediaan steril & menghasilkan sediaan yang steril (bukan hasil sterilisasi).

 Kegiatan Aseptik dispensing:
1) Total Parenteral Nutrisi (TPN): pencampuran karbohidrat, protein, lipid, vitamin & elektrolit sesuai dengan yang dibutuhkan menjadi suatu sediaan yang siap pakai.
2) IV Admixture: penyiapan sediaan IV untuk kebutuhan masing2 pasien sesuai dengan dosis yang diperlukan.
3) Pencampuran obat kanker (obat sitotoksik): pencampuran / penyediaan obat kanker ke dalam cairan pembawa sesuai dosis yang diperlukan.

 Persamaan & perbedaan Aspetik Dispensing dengan Produksi Obat Steril:
Persamaan: keduanya melakukan kegiatan dalam suasana steril untuk mendapatkan hasil yang steril.
Perbedaan: Aseptik dispensing: melakukan kegiatan dalam suasana steril, untuk sediaan yang sudah steril.
Produksi Obat Steril: melakukan kegiatan dalam suasana steril untuk sediaan yang belum steril & hasilnya disterilkan terlebih dahulu.

Perbedaan mendasar dalam aseptic dispensing obat kanker dibanding obat steril lain: pada laminar air flow nya, obat kanker dari atas ke bawah, obat steril dari dalam ke luar
 Rekonstitusi Obat Sitostatika:
1) Bersifat karsinogenik
2) Operator berpotensi terpapar
3) Memerlukan ruangan steril
4) Memerlukan Laminar Air Flow khusus
5) Tekanan udara diluar lebih besar dari didalam
6) Baju perlindungan menyeluruh

 Dispensing/peracikan obat adalah proses yang mencakup berbagai kegiatan yang dilakukan oleh seorang tenaga farmasi / apoteker, mulai dari penerimaan resep / permintaan obat bebas dengan memastikan penyerahan obat yang tepat pada penderita/pasien serta kemampuan mengonsumsi/menggunakan obat tersebut dengan baik.

Proses Peracikan/Dispensing
• Menerima dan memvalidasi resep
• Mengkaji Resep untuk kelengkapan
• Mengerti dan menginterpretasi resep
• Mencatat profil pengobatan pasien (P-3)
• Menyiapkan, Membuat, atau Meracik Sediaan Obat
• Menyerahkan obat kepada pasien

 Tujuan K3: agar tercipta cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman & dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS.

 Manfaat K3:
1) RS: meningkatkan mutu pelayanan citra RS & mempertahankan kelangsungan operasional
2) Karyawan RS: melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK) & mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja (KAK)
3) Pasien & Pengunjung RS: mendapat mutu layanan yang baik & kepuasan pasien & pengunjung.

 Upaya K3 di RS
Menyangkut: Tenaga kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja & lingkungan kerja. Meliputi: peningkatan, pencegahan, pengobatan & pemulihan.

 Penerapan K3 di IFRS:
• Keselamatan terhadap faktor penyebab penyakit
• Keselamatan terhadap faktor peralatan medik / non medik
• Keselamatan dari bahan berbahaya & beracun
• Keselamatan dari kebakaran
• Keselamatan dari bencana

 K3 perlu ada disuatu RS karena RS harus memperhatikan keselamatan terhadap faktor penyebab penyakit, faktor peralatan medik & non medik, keselamatan bahan berbahaya & beracun, kebakaran, bencana, selain itu harus perhatikan kondisi & lingkungan tempat kerja, kesadaran & kualitas kerja serta perencanaan dalam kualitas manajemen.

 Klasifikasi Limbah Klinis:
1) Golongan A
a. Dresssing bedah, swab & semua limbah terkontaminasi dari daerah ini
b. Bahan2 linen dari kasus penyakit infeksi
c. Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak)
2) Golongan B: Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas & benda2 tajam lainnya
3) Golongan C: Limbah dari ruang lab & post marcum kecuali yang termasuk dalam golongan A
4) Golongan D: Limbah bahan2 kimia & bahan2 farmasi ttt
5) Golongan E: Pelapis bad-pan disposible, urinair, incotipence-pad & stamogbaps.

 Cara menangani limbah klinis:
No. Warna Kantong Jenis Limbah
1. Hitam Limbah RT biasa, tidak digunakan untuk menyimpan / mengangkut limbah klinis
2. Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar
3. Kuning dengan strip hitam Jenis limbah yang sebaiknya dibakar tapi biasanya dengan dibuang, di sanitary lanafil, bila dilakukan pengumpulannya terpisah & pengaturan pembangunan
4. Biru muda / transparan dengan strip biru tua Limbah untuk autoclaving / pengolahan sejenis sebelum pembuangan akhir

Cara pemusnahan limbah klinis:
1) Cara pemusnahan limbah padat:
Dibakar di incinerator untuk limbah infectus, sedangkan untuk limbah RT bisa dibuang seperti biasa
2) Cara pemusnahan limbah cair dengan Instalasi Pembuangan Air Limbah:
Dibuang seperti biasa hanya saja dibiarkan dahulu dengan air mengalir untuk beberapa saat untuk tujuan pengenceran agar limbah yang dibuang tidak meracuni air pembuangan yang nantinya ada kemungkinan digunakan oleh masyarakat.
3) Cara pemusnahan limbah gas:
Dengan lemari asam, yaitu dengan cara dibuang ke udara bebas dengan cerobong asap yang setinggi mungkin untuk tujuan apabila gas tsb sampai dibawah konsentrasinya sudah kecil sehingga bahayanya bisa diminimalisir


 QA adalah kegiatan pemantauan & penelitian terhadap pelayanan yang diberikan secara terencana & sistematis sehingga dapat di identifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk peningkatan mutu yang berkesinambungan:
1) Audit obat yang tengah dibuat
2) Pengkajian efisiensi
3) Pengkajian2 sumber daya
4) Pengkajian penggunaan obat
5) Peer review

 Siklus QA/tahapan QA
Lingkar QA
Evaluasi Pemantauan
Umpan Balik
Tindakan Penilaian

1) Pemantauan: pengumpulan data untuk menidentifikasi masalah yang dikaji, data dari laporan kegiatan, survey & angket.
2) Penilaian: menyusun, membandingkan dengan teliti & menafsirkan data2 dari informasi terhadap sering terabaikan, sehingga adanya kekurangan / kesalahan tidak terlihat.
3) Tindakan: aksi yang dilakukan berdasarkan hasil penelitian
4) Evaluasi: efektifitas tindakan untuk peningkatan mutu pelayanan
5) Umpan balik: bagian integral dari setiap tahapan QA. Umpan balik penting agar semua staf merasa tertarik dengan dillihatkan dalam program QA.

 Bagian produksi di RS:
1) Karena formula khusus
Ada permintaan khusus dari dokter, terutama sering dilakukan penelitian di RS Pendidikan. Misalnya peracikan sirup OBH, tapi dokter minta ditambah obat lain, dimana dokter tsb akan menggunakan formula tsb secara terus menerus / larutan infus yang harus ditambah obat lain.
2) Produk di pasaran diskontinyu
3) Untuk keperluan uji klinik
4) Pengemasan kembali (Repackaging)
Alasan utamanya faktor ekonomi, biasanya terjadi pada RS yang besar, karena dengan membeli produk dalam wadah yang besar lebih murah daripada produk dengan wadah yang kecil, misalnya Betadine.
5) Aseptik dispensing : IV Admixture & Rekonstitusi Obat Sitostatika
6) Obat tidak stabil. Contoh H2O2 3%
7) Terjalin hubungan dengan dokter & Apoteker (kerasionalan resep)




 Faktor2 yang harus diperhatikan dalam produksi
1) Jumlah & frekuensi kebutuhan
2) Spesifikasi bahan baku
3) Mesin/alat & proses produksi
4) SDM
5) Kestabilan produk
6) Ukuran & jenis kemasan
7) Labeling
8) Biaya produksi
9) Quality control

Tidak ada komentar: